Selain itu, kendala lain yang ditemukan yakni soal anggaran, seperti biaya transportasi bagi petugas medis untuk melakukan upaya jemput bola. Apabila vaksinasi hanya dilaksanakan di puskesmas, tentu lansia yang dilayani pun terbatas.
“Kendala di lapangan yakni ketersediaan anggaran, yang penting itu biaya transportasi dulu, sedangkan untuk uang saku bisa belakangan, dengan begitu vaksinator bisa bergerak dari satu tempat satu ke tempat lainnya,” ucapnya.
Beberapa daerah sudah melakukan upaya alternatif untuk mempercepat vaksinasi bagi lansia. Salah satunya yakni bekerja sama dengan pihak desa. Desa yang memiliki ambulans bisa membantu proses mengantar jemput para vaksinator, sehingga capaian vaksinasi di wilayah desa itu cukup tinggi.
“Alternatif kedua yakni bekerja sama dengan organisasi pensiunan,” beber Suyuti.
Selain itu, juga bisa memanfaatkan waktu pada awal bulan ketika para lansia menerima gaji pensiunan. Kesempatan itu bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan program vaksinasi.
“Harapan kami vaksinasi untuk lansia ini bisa dipercepat, bahkan kami juga memberlakukan vaksinasi gratis bagi warga berusia 18 hingga 59 tahun yang bisa mengantar dua orang lansia untuk ikut vaksinasi,” kata Suyuti. (nue/abw/ce/ala)