PALANGKA RAYA-Padagelaran FBIM, ada beberapa olahraga tradisional yang dilombakan. Salah satu yang menyedot perhatian masyarakat adalah lomba besei kambe. Perlombaan ini dilaksanakan di Sungai Kahayan, tepatnya di bawah Jembatan Kahayan, Jumat (20/5) lalu.
Lomba besei kambe dibagi menjadi dua kategori, yakni putra dan putri. Kelompok putra diikuti peserta dari delapan daerah, yakni Palangka Raya, Barito Utara, Barito Timur, Pulang Pisau, Murung Raya, Katingan, Lamandau, dan Gunung Mas.
Untuk kategori putri diikuti peserta dari lima daerah, yakni Palangka Raya, Gunung Mas, Lamandau, Murung Raya, dan Barito Utara. Sementara ada tiga orang juri yang memberikan penilaian, yaitu Rudit, Hardelis, dan Sudarman.
Dalam lomba besei kambe, tiap tim beranggota dua orang. Untuk teknis perlombaan, dua tim masuk ke dalam satu perahu yang sama, lalu duduk dengan posisi saling membelakang. Dalam posisi berlawanan itu, kedua tim beradu kekuatan mendayung. Seperti pada tarik tambang, ada tanda khusus di bagian tengah perahu sebagai tanda finish. Tim yang mampu mendayung perahu mencapai garis finish merupakan pemenang.
Lomba besei kambe kategori putra tahun ini dimenangkan tim dari Katingan. Sementara posisi kedua ditempati tim dari Gunung Mas, disusul tim Pulang Pisau di tempat ketiga. Sedangkan pada kategori putri, juara pertama diraih tim Barito Utara, menyusul Gunung Mas di posisi kedua, dan Palangka Raya di tempat ketiga.
Daya Susanti, peserta lomba besei kambe dari Barito Utara mengungkapkan rasa senangnya karena bisa menjuarai lomba ini. Meski diawali dengan skor seri 1-1, ia dan rekannya tak patah semangat.
“Saya bangga sekali bisa juara mewakili Kabupaten Barito Utara. Saking bangganya, saya sampai joget-joget di atas perahu” ujarnya sembari tersenyum.
Sementara, Tomi dari tim besei kambe Pulang Pisau mengaku sebelumnya telah mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba ini. “Kami ikut lomba ini tidak hanya untuk mendapatkan juara, tapi juga untuk memeriahkan ulang tahun Provinsi Kalteng. Alhamdulillah berhasil meraih juara tiga,” tuturnya.
Rusita Murniasi selaku koordinator lomba besei kambe mengatakan, penilaian yang digunakan dalam lomba ini yakni siapa yang tercepat melewati garis finish merupakan yang menang.
Ia juga menjelaskan perihal latar belakang olahraga tradisional ini. Olahraga ini, sebutnya, termasuk salah satu tradisi yang diturunkan dari nenek moyang dahulu kala dan melegenda hingga sekarang ini.
“Cerita zaman dahulu, di salah satu desa ada sebuah perayaan. Tiba-tiba saat tengah malam, terdengar suara keributan di sungai. Setelah dilihat, ternyata ada makhluk yang sedang berebutan perahu sehingga membuat perahu pecah,” cerita Rusita soal asal usul nama permainan olahraga tradisional besei kambe ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Adiah Chandra Sari mengatakan, lomba besei kambe sangat menarik dan unik. Lomba besei kambe ini hanya ada di Kalteng dan menjadi kekhasan daerah. Karena itu Adiah berharap pada pelaksanaan FBIM ke depannya, mengundang juga peserta dari provinsi lain untuk mengikuti perlombaan ini.
“Lomba ini sangat menarik. Kami ingin Kalteng bisa dikenal oleh nasional bahkan mancanegara. Jadi tidak hanya orang Kalteng saja yang bertanding. Kami akan coba membuat standar juknis, agar orang luar bisa ikut serta dalam lomba ini,” tutur Adiah. (*/abw/ce/ala)