Kamis, Juli 4, 2024
31.1 C
Palangkaraya

Menjelajahi Riam Jerawi, Destinasi Wisata yang Berpotensi Jadi PLTA

Mata Dimanjakan Pesona Alam, Batu Keramat Menarik Perhatian

EKSPEDISI ke Riam Jerawi akhirnya bisa terlaksana tahun ini. Saya (penulis) ikut dalam rombongan untuk menjelajahi kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Katingan. Pagi itu, Selasa (13/6) sekitar pukul 08.00 WIB saya bersama dengan teman-teman dari PWI Katingan berjumlah 11 orang, langsung berangkat dari rumah dan bergabung dengan peserta lain di halaman Kantor Dinas Pekerjaaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Katingan.

Rombongan kami berangkat menggunakan dua unit mobil, Jenis Mitsubishi Triton dan Kijang Inova. Kami berangkat sehari lebih dulu dari rombongan Bupati Katingan Sakariyas yang dijadwalkan pada Rabu (14/6).

Setelah semua peserta kumpul dan doa bersama. Rombongan yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas PUPR Katingan Christian Rain pun berangkat tepat pada pukul 09.00 WIB. Tujuan kami di hari pertama tidak langsung ke lokasi Riam Jerawi, tapi ke lokasi titik kemah yang telah disiapkan di pinggir sungai Roha wilayah Desa Tumbang Tangoi Kecamatan Petak Malai. Dengan jarak tempuh dari Kasongan kurang lebih sekitar 195 kilometer.

Baca Juga :  Bangga Menggunakan Batik Benang Bintik

Selama perjalanan dari Kasongan secara beriring-iringan, kami sempat berhenti di Desa Telok Kecamatan Katingan Tengah untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sambil istirahat sejenak. Dari Desa Telok perjalanan dilanjutkan lagi ke Desa Tumbang Kaman Kecamatan Sanaman Mantikei. Dari situ baru masuk ke jalan perusahaan milik PT Dwima Grup. Selama perjalanan, beberapa kali ketemu truk logging membawa muatan kayu log.

Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan dengan indahnya pesona alam hutan Katingan. Rute perjalanan yang dilintasi naik turun bukit. Di kiri kanan badan jalan terlihat ada beberapa anak sungai, air terjun, pepohonan tinggi dan hijau. Di puncak bukit juga terlihat beberapa titik awan dengan posisi lebih rendah dari bukit. Pemandangan ini menjadi pelengkap, hiburan selama perjalanan.

Setelah beberapa jam perjalanan, jalur kali ini melewati batu Balai Kameluh yang dikeramatkan oleh warga. Lokasinya di Desa Tumbang Kanei Kecamatan Sanaman Mantikei. Di tempat ini rombongan berhenti sekitar pukul 12.40 WIB.

Baca Juga :  PT KDS Gugat Rp 50 Miliar BP2JK Wilayah Kalteng

Dari info yang didapat, batu Balai Kameluh ini ketika dibuatkan jalan oleh perusahaan waktu itu tidak bisa digeser atau dibongkar. Ini disebabkan batu itu memiliki cerita mistik atau gaib. Bahkan waktu mau digeser menggunakan alat berat pun. Ceritanya alat berat yang digunakan tiba-tiba rusak. Tidak hanya itu, orang yang berupaya dan memaksa menggeser batu itupun juga tiba-tiba sakit. Oleh sebab itulah batu besar dengan bentuk sebagiannya meruncing ke atas itu, hingga sekarang dibiarkan posisinya berada dipinggir jalan dan dipagar menggunakan kayu. Di tempat itu juga ada terdapat rumah-rumah kecil atau disebut dengan tempat keramat.

“Ada banyak versi cerita tentang batu itu (Batu Balai Kameluh). Ada yang menyebutkan suatu benda berubah menjadi batu. Lalu ada yang bilang batu itu jatuh dari langit. Makanya banyak versinya. Yang jelas itu batu dikeramatkan dan tidak bisa dipindah atau digeser,” kata Dany.  (*/bersambung/ala)

EKSPEDISI ke Riam Jerawi akhirnya bisa terlaksana tahun ini. Saya (penulis) ikut dalam rombongan untuk menjelajahi kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Katingan. Pagi itu, Selasa (13/6) sekitar pukul 08.00 WIB saya bersama dengan teman-teman dari PWI Katingan berjumlah 11 orang, langsung berangkat dari rumah dan bergabung dengan peserta lain di halaman Kantor Dinas Pekerjaaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Katingan.

Rombongan kami berangkat menggunakan dua unit mobil, Jenis Mitsubishi Triton dan Kijang Inova. Kami berangkat sehari lebih dulu dari rombongan Bupati Katingan Sakariyas yang dijadwalkan pada Rabu (14/6).

Setelah semua peserta kumpul dan doa bersama. Rombongan yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas PUPR Katingan Christian Rain pun berangkat tepat pada pukul 09.00 WIB. Tujuan kami di hari pertama tidak langsung ke lokasi Riam Jerawi, tapi ke lokasi titik kemah yang telah disiapkan di pinggir sungai Roha wilayah Desa Tumbang Tangoi Kecamatan Petak Malai. Dengan jarak tempuh dari Kasongan kurang lebih sekitar 195 kilometer.

Baca Juga :  Bangga Menggunakan Batik Benang Bintik

Selama perjalanan dari Kasongan secara beriring-iringan, kami sempat berhenti di Desa Telok Kecamatan Katingan Tengah untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sambil istirahat sejenak. Dari Desa Telok perjalanan dilanjutkan lagi ke Desa Tumbang Kaman Kecamatan Sanaman Mantikei. Dari situ baru masuk ke jalan perusahaan milik PT Dwima Grup. Selama perjalanan, beberapa kali ketemu truk logging membawa muatan kayu log.

Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan dengan indahnya pesona alam hutan Katingan. Rute perjalanan yang dilintasi naik turun bukit. Di kiri kanan badan jalan terlihat ada beberapa anak sungai, air terjun, pepohonan tinggi dan hijau. Di puncak bukit juga terlihat beberapa titik awan dengan posisi lebih rendah dari bukit. Pemandangan ini menjadi pelengkap, hiburan selama perjalanan.

Setelah beberapa jam perjalanan, jalur kali ini melewati batu Balai Kameluh yang dikeramatkan oleh warga. Lokasinya di Desa Tumbang Kanei Kecamatan Sanaman Mantikei. Di tempat ini rombongan berhenti sekitar pukul 12.40 WIB.

Baca Juga :  PT KDS Gugat Rp 50 Miliar BP2JK Wilayah Kalteng

Dari info yang didapat, batu Balai Kameluh ini ketika dibuatkan jalan oleh perusahaan waktu itu tidak bisa digeser atau dibongkar. Ini disebabkan batu itu memiliki cerita mistik atau gaib. Bahkan waktu mau digeser menggunakan alat berat pun. Ceritanya alat berat yang digunakan tiba-tiba rusak. Tidak hanya itu, orang yang berupaya dan memaksa menggeser batu itupun juga tiba-tiba sakit. Oleh sebab itulah batu besar dengan bentuk sebagiannya meruncing ke atas itu, hingga sekarang dibiarkan posisinya berada dipinggir jalan dan dipagar menggunakan kayu. Di tempat itu juga ada terdapat rumah-rumah kecil atau disebut dengan tempat keramat.

“Ada banyak versi cerita tentang batu itu (Batu Balai Kameluh). Ada yang menyebutkan suatu benda berubah menjadi batu. Lalu ada yang bilang batu itu jatuh dari langit. Makanya banyak versinya. Yang jelas itu batu dikeramatkan dan tidak bisa dipindah atau digeser,” kata Dany.  (*/bersambung/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/