Jumat, November 22, 2024
24.6 C
Palangkaraya

Wagub Buka Kongres Dunia ke-16 SUBUD

PALANGKA RAYA-Kongres Dunia Asosiasi Susila Budhi Dharma (Subud) ke-16 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H Edy Pratowo di Swiss-Belhotel Danum, Palangka Raya, Jumat (19/7/2024). Kongres Dunia Subud tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan di Indonesia dan dihadiri peserta dari 43 negara.

“Saya apresiasi kegiatan ini. Kami sangat bahagia dengan adanya kegiatan ini. Dengan dilaksanakan Kongres Dunia ke-16 Subud ini, menjadi momen tepat untuk memperkenalkan lebih luas keindahan alam dan budaya di Kalimantan Tengah, yaitu budaya adat Dayak yang sangat kaya dan beragam,” kata H Edy Pratowo.

Edy menyampaikan, Kalteng dihuni berbagai suku dan agama yang menjunjung falsafah huma betang (bermakna hidup bersama, bahu-membahu dalam keberagaman). Selain itu, masyarakat Kalteng juga patut berbangga dengan keberadaan lokasi-lokasi wisata di provinsi ini.

“Khusus di Palangka Raya ada ikon provinsi yakni Bundaran Besar, Tugu Soekarno, serta Jembatan Kahayan yang membentang di atas Sungai Kahayan, kemudian ada pula Taman Nasional Sebangau. Kepada peserta kongres kami persilakan untuk dapat meluangkan waktu mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut,” katanya.

Baca Juga :  Berharap Menjadi Kabupaten Berdaya Saing

“Kami juga mendukung agar rangkaian kegiatan kongres ini berjalan lancar dan sukses, serta dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat. Semoga di masa mendatang peserta kongres bisa datang lagi berkunjung ke Bumi Tambun Bungai ini,” imbuh Edy.

Di tempat yang sama, Ketua Eksekutif Asosiasi Subud Internasional (WSA), Suyono H Sumohadiwidjojo menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini pihaknya berharap bisa membantu perekonomian daerah.

“Sebab dengan adanya tamu-tamu dari mancanegara, tentu akan membantu meningkatkan perekonomian daerah. Tidak hanya berkaitan dengan pelaku ekonomi kecil, tetapi juga vendor-vendor, karena kegiatan ini dilaksanakan selama 11 hari, sejak 19 Juli hingga 29 Juli 2024,” ucap Suyono H Sumohadiwidjojo.

Mengenai agenda selama 11 hari itu, ia menjelaskan, akan ada rapat pleno dan delegasi untuk merancang kebijakan yang dapat mendukung perkembangan jangka panjang Subud, menentukan Ketua WSA dan Ketua Eksekutif WSA, serta menentukan lokasi kongres selanjutnya.

Baca Juga :  Siapa Saja yang Mau Belajar, Kami Sediakan Alatnya

“Paling utama adalah kegiatan organisasi spiritual atau latihan kejiwaan khusus bagi anggota. Kali ini ada perasaan yang lebih spesial, karena bisa bersama dengan peserta dari luar negeri,” tandasnya.

Subud merupakan organisasi kejiwaan yang didirikan RM Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo. Saat ini anggota Subud tersebar di 80 negara, sejak dikenalkan oleh Bapak Subuh ke luar negeri pada 1957 lalu. Dari 80 negara tersebut, ada 54 negera yang memiliki organisasi Subud nasional, dan tergabung dalam Asosiasi Subud Internasional atau World Subud Association (WSA).

Subud bukanlah agama dan juga bukan suatu ajaran. Kata SUBUD merupakan akronim dari kata Susila, Budhi, dan Dharma. Susila, mengandung arti pekerti manusia yang baik, sejalan dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Budhi, artinya kekuatan diri pribadi yang ada pada manusia. Sedangkan Dharma, mengandung pengertian penyerahan, ketawakalan, dan keikhlasan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (soc/aza/ce/b25)

PALANGKA RAYA-Kongres Dunia Asosiasi Susila Budhi Dharma (Subud) ke-16 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H Edy Pratowo di Swiss-Belhotel Danum, Palangka Raya, Jumat (19/7/2024). Kongres Dunia Subud tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan di Indonesia dan dihadiri peserta dari 43 negara.

“Saya apresiasi kegiatan ini. Kami sangat bahagia dengan adanya kegiatan ini. Dengan dilaksanakan Kongres Dunia ke-16 Subud ini, menjadi momen tepat untuk memperkenalkan lebih luas keindahan alam dan budaya di Kalimantan Tengah, yaitu budaya adat Dayak yang sangat kaya dan beragam,” kata H Edy Pratowo.

Edy menyampaikan, Kalteng dihuni berbagai suku dan agama yang menjunjung falsafah huma betang (bermakna hidup bersama, bahu-membahu dalam keberagaman). Selain itu, masyarakat Kalteng juga patut berbangga dengan keberadaan lokasi-lokasi wisata di provinsi ini.

“Khusus di Palangka Raya ada ikon provinsi yakni Bundaran Besar, Tugu Soekarno, serta Jembatan Kahayan yang membentang di atas Sungai Kahayan, kemudian ada pula Taman Nasional Sebangau. Kepada peserta kongres kami persilakan untuk dapat meluangkan waktu mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut,” katanya.

Baca Juga :  Berharap Menjadi Kabupaten Berdaya Saing

“Kami juga mendukung agar rangkaian kegiatan kongres ini berjalan lancar dan sukses, serta dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat. Semoga di masa mendatang peserta kongres bisa datang lagi berkunjung ke Bumi Tambun Bungai ini,” imbuh Edy.

Di tempat yang sama, Ketua Eksekutif Asosiasi Subud Internasional (WSA), Suyono H Sumohadiwidjojo menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini pihaknya berharap bisa membantu perekonomian daerah.

“Sebab dengan adanya tamu-tamu dari mancanegara, tentu akan membantu meningkatkan perekonomian daerah. Tidak hanya berkaitan dengan pelaku ekonomi kecil, tetapi juga vendor-vendor, karena kegiatan ini dilaksanakan selama 11 hari, sejak 19 Juli hingga 29 Juli 2024,” ucap Suyono H Sumohadiwidjojo.

Mengenai agenda selama 11 hari itu, ia menjelaskan, akan ada rapat pleno dan delegasi untuk merancang kebijakan yang dapat mendukung perkembangan jangka panjang Subud, menentukan Ketua WSA dan Ketua Eksekutif WSA, serta menentukan lokasi kongres selanjutnya.

Baca Juga :  Siapa Saja yang Mau Belajar, Kami Sediakan Alatnya

“Paling utama adalah kegiatan organisasi spiritual atau latihan kejiwaan khusus bagi anggota. Kali ini ada perasaan yang lebih spesial, karena bisa bersama dengan peserta dari luar negeri,” tandasnya.

Subud merupakan organisasi kejiwaan yang didirikan RM Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo. Saat ini anggota Subud tersebar di 80 negara, sejak dikenalkan oleh Bapak Subuh ke luar negeri pada 1957 lalu. Dari 80 negara tersebut, ada 54 negera yang memiliki organisasi Subud nasional, dan tergabung dalam Asosiasi Subud Internasional atau World Subud Association (WSA).

Subud bukanlah agama dan juga bukan suatu ajaran. Kata SUBUD merupakan akronim dari kata Susila, Budhi, dan Dharma. Susila, mengandung arti pekerti manusia yang baik, sejalan dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Budhi, artinya kekuatan diri pribadi yang ada pada manusia. Sedangkan Dharma, mengandung pengertian penyerahan, ketawakalan, dan keikhlasan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (soc/aza/ce/b25)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/