Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Arsitektur Bangunan Perpaduan Lokal dan Eropa

KUALA KAPUAS-Gereja Imanuel GKE Mandomai mKemiliki bentuk arsitektur yang unik. Perpaduan antara budaya lokal dan eropa direpresentasikan oleh bangunan tersebut. Tak ayal gereja ini harus terus dirawat dan dijaga eksistensinya.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalteng Ristia Heranidewi mengatakan Gereja Imanuel GKE Mandomai merupakan bangunan bersejarah kategori rumah ibadah yang juga tertua di Pulau Kalimantan.

“Dari segi arsitektur bangunan ini cukup unik, gaya arsitektur yang diambil adalah gaya dari Eropa, terlihat dari bentuk jendela dan pintu. Dan kemudian gaya itu digabungkan dengan konstruksi yang ada di Kalimantan, karena waktu itu material yang tersedia dan cukup banyak di sini adalah kayu, jadi gereja dibangun dengan material kayu tapi bergaya arsitektur Eropa,” jelasnya kepada Kalteng Pos, Minggu (11/12/2022).

Selain itu, ada beberapa detail bangunan yang juga menggambarkan campuran gaya Eropa dan lokal. “Jadi mereka sudah membangun cara-cara tersebut untuk membangun gereja ini, cara dari Swiss dan Jerman, kemudian dipadupadankan dengan tipe konstruksi bangunan di Kalteng,” tuturnya.

Baca Juga :  Gereja di Kalteng Ini Miliki Mosaik Langka, Hanya Tiga di Dunia

Dari segi kelestarian bangunan itu sudah diregistrasi menjadi objek cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang. Dengan dilindungi undang-undang, maka mendapat perlakuan khusus yang harus dijaga keasliannya. “Jadi tidak boleh diubah, jika ditingkatkan pun harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah tertentu,” ucapnya.

Sesuai ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Cagar Budaya, jika ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan, harus dikaji dahulu sebelum ada perbaikan.

“Jadi bukan dipugar, tapi direkonstruksi, artinya beberapa bagian itu bisa direkonstruksikan ulang, dibuat pembaruan strukturnya, tapi tetap mengikuti kaidah-kaidah konstruksi asal, tidak melakukan pembaruan konstruksinya, misalkan fondasinya berupa tiang, maka harus dibuat seperti itu juga,” jelasnya.

Ia berharap ke depannya objek cagar budaya seperti Gereja Imanuel Mandomai terus dijaga dan dimaksimalkan. Gereja itu merupakan potensi dan aset besar bagi Provinsi Kalteng. Untuk itu, perlu peran aktif dari pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan merawat keberadaan gereja ini.

Baca Juga :  Dekan Pertanian UPR Jadi Pembicara Pada Kegiatan G20- EDM-CSWG

“Ke depan sih berharap pemerintah lebih aktif, masyarakat juga ikut menjaga, supaya keasliannya tetap dipertahankan,” ucapnya.

Sebagai seorang arsitek, Ristia mengharapkan agar konstruksi berikut beserta gaya-gaya arsitekturnya harus dijadikan aset dan didokumentasikan. Jika bisa dilakukan dokumentasi terhadap arsitekturnya, dibuat buku khusus yang membahas mengenai arsitektur Gereja Imanuel GKE Mandomai. “Jadi melalui buku itu orang bisa mengerti sejarah dan konstruksinya,” ucapnya.

Ristia mengaku pihaknya juga melakukan upaya dokumentasi tersebut. Ada banyak kabupaten/kota yang mereka kunjungi untuk melakukan pendataan terkait konstruksi bangunan-bangunan bersejarah. “Melalui upaya itu ke depannya pemerintah kita mudah untuk melakukan rehab ya, kita udah tahu konstruksinya seperti apa dan itu harus dibuat sama persis,” jelasnya.

Upaya itu dilakukan demi bersama-sama mewujudkan sikap kepedulian terhadap bangunan bersejarah agar generasi selanjutnya bisa melihat sejarah itu eksis sampai saat ini. “Jadi tidak kehilangan suatu legasi warisan yang penting buat generasi selanjutnya,” tandasnya. (dan/ce/ala)

 

 

KUALA KAPUAS-Gereja Imanuel GKE Mandomai mKemiliki bentuk arsitektur yang unik. Perpaduan antara budaya lokal dan eropa direpresentasikan oleh bangunan tersebut. Tak ayal gereja ini harus terus dirawat dan dijaga eksistensinya.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalteng Ristia Heranidewi mengatakan Gereja Imanuel GKE Mandomai merupakan bangunan bersejarah kategori rumah ibadah yang juga tertua di Pulau Kalimantan.

“Dari segi arsitektur bangunan ini cukup unik, gaya arsitektur yang diambil adalah gaya dari Eropa, terlihat dari bentuk jendela dan pintu. Dan kemudian gaya itu digabungkan dengan konstruksi yang ada di Kalimantan, karena waktu itu material yang tersedia dan cukup banyak di sini adalah kayu, jadi gereja dibangun dengan material kayu tapi bergaya arsitektur Eropa,” jelasnya kepada Kalteng Pos, Minggu (11/12/2022).

Selain itu, ada beberapa detail bangunan yang juga menggambarkan campuran gaya Eropa dan lokal. “Jadi mereka sudah membangun cara-cara tersebut untuk membangun gereja ini, cara dari Swiss dan Jerman, kemudian dipadupadankan dengan tipe konstruksi bangunan di Kalteng,” tuturnya.

Baca Juga :  Gereja di Kalteng Ini Miliki Mosaik Langka, Hanya Tiga di Dunia

Dari segi kelestarian bangunan itu sudah diregistrasi menjadi objek cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang. Dengan dilindungi undang-undang, maka mendapat perlakuan khusus yang harus dijaga keasliannya. “Jadi tidak boleh diubah, jika ditingkatkan pun harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah tertentu,” ucapnya.

Sesuai ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Cagar Budaya, jika ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan, harus dikaji dahulu sebelum ada perbaikan.

“Jadi bukan dipugar, tapi direkonstruksi, artinya beberapa bagian itu bisa direkonstruksikan ulang, dibuat pembaruan strukturnya, tapi tetap mengikuti kaidah-kaidah konstruksi asal, tidak melakukan pembaruan konstruksinya, misalkan fondasinya berupa tiang, maka harus dibuat seperti itu juga,” jelasnya.

Ia berharap ke depannya objek cagar budaya seperti Gereja Imanuel Mandomai terus dijaga dan dimaksimalkan. Gereja itu merupakan potensi dan aset besar bagi Provinsi Kalteng. Untuk itu, perlu peran aktif dari pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan merawat keberadaan gereja ini.

Baca Juga :  Dekan Pertanian UPR Jadi Pembicara Pada Kegiatan G20- EDM-CSWG

“Ke depan sih berharap pemerintah lebih aktif, masyarakat juga ikut menjaga, supaya keasliannya tetap dipertahankan,” ucapnya.

Sebagai seorang arsitek, Ristia mengharapkan agar konstruksi berikut beserta gaya-gaya arsitekturnya harus dijadikan aset dan didokumentasikan. Jika bisa dilakukan dokumentasi terhadap arsitekturnya, dibuat buku khusus yang membahas mengenai arsitektur Gereja Imanuel GKE Mandomai. “Jadi melalui buku itu orang bisa mengerti sejarah dan konstruksinya,” ucapnya.

Ristia mengaku pihaknya juga melakukan upaya dokumentasi tersebut. Ada banyak kabupaten/kota yang mereka kunjungi untuk melakukan pendataan terkait konstruksi bangunan-bangunan bersejarah. “Melalui upaya itu ke depannya pemerintah kita mudah untuk melakukan rehab ya, kita udah tahu konstruksinya seperti apa dan itu harus dibuat sama persis,” jelasnya.

Upaya itu dilakukan demi bersama-sama mewujudkan sikap kepedulian terhadap bangunan bersejarah agar generasi selanjutnya bisa melihat sejarah itu eksis sampai saat ini. “Jadi tidak kehilangan suatu legasi warisan yang penting buat generasi selanjutnya,” tandasnya. (dan/ce/ala)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/