Sabtu, Mei 18, 2024
25.4 C
Palangkaraya

Gereja di Kalteng Ini Miliki Mosaik Langka, Hanya Tiga di Dunia

GEREJA Imanuel GKE Mandomai sudah berumur 146 tahun. Banyak benda berharga dan langka masih tersimpan rapi di tempat ibadah umat Kristen itu. Di antaranya adalah tiga mosaik yang masing-masing menggambarkan sejarah kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus.

Mosaik-mosaik tersebut merupakan peninggalan paling berharga bagi Gereja Imanuel. Sampai saat ini hanya ada tiga gereja di dunia yang menggunakan mosaik itu. Berdasarkan penuturan tokoh masyarakat setempat, Uhing Mihing, tiga jendela kaca dengan gambar mosaik itu dibuat tahun 1910 oleh perusahaan pelukisan kaca bernama Glass Malerai F Mueller di Quedlinburg, Jerman. Mosaik itu diterima di Mandomai pada tahun 1925.

“Gambar mosaik tentang kelahiran Yesus dipasang di sebelah kiri menggantikan tempat tulisan kesepuluh hukum taurat, gambar Yesus disalibkan dipasang di tengah menggantikan jendela setengah lingkaran ventilasi cahaya, sedangkan mosaik tentang kelahiran Yesus dipasang di bagian kanan menggantikan tulisan pengakuan iman Kristen,” kata Uhing kepada Kalteng Pos, Minggu (11/12).

Baca Juga :  Lapak Judi Liang Pandan Dibongkar

Pria berusia 72 tahun itu menunjuk satu per satu mosaik. Dikatakannya, mosaik-mosaik tersebut telah berumur 112 tahun. Hanya ada tiga gereja di dunia yang memiliki mosaik serupa.

“Ketiga tempat itu terpencar, ada yang di Ceko Eropa Timur, Brasil Amerika Latin, dan di sini (Mandomai, red),” ungkapnya.

Selain mosaik, juga ada harmonium atau orgel, terompet, mimbar, dan bangku. Harmonium/orgel, terang Uhing, merupakan peralatan penting dalam beribadah tiap hari Minggu. Digunakan untuk mengiringi nyanyian dalam ibadah. Harmonium dalam gereja ini sudah beberapa kali diganti.

Awalnya menggunakan harmonium dari Zending Bermen sekitar tahun 1915. Kemudian harmonium itu rusak tahun 1959. Harmonium kedua yang digunakan di gereja ini adalah pemberian dari misionaris A Reiser (Guru Sekolah Alkitab) di Mandomai. Karena cukup sulit membawa pulang harmonium itu ke Eropa, Reiser memutuskan untuk menyerahkan kepada jemaat GKE Mandomai sebagai kenang-kenangan. Harmonium itu pun digunakan untuk keperluan ibadah hingga akhirnya rusak tahun 2000. Pada tahun yang sama, jemaat gereja di Jerman menyumbangkan sebuah orgel listrik senilai Rp12 juta rupiah. Sayangnya orgel tersebut tak lama digunakan karena mengalami kerusakan. Menurut Uhing, kurang lebih ada 20 orang pemain orgel sejak tahun 1915 hingga 2016.

Baca Juga :  Istri Di-Prank Kencan Berbayar, Suami Berakhir di Pengadilan

“Orgel yang ada sekarang ini merupakan sumbangan dari panitia Natal warga Mandomai di Palangka Raya,” ujarnya.

GEREJA Imanuel GKE Mandomai sudah berumur 146 tahun. Banyak benda berharga dan langka masih tersimpan rapi di tempat ibadah umat Kristen itu. Di antaranya adalah tiga mosaik yang masing-masing menggambarkan sejarah kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus.

Mosaik-mosaik tersebut merupakan peninggalan paling berharga bagi Gereja Imanuel. Sampai saat ini hanya ada tiga gereja di dunia yang menggunakan mosaik itu. Berdasarkan penuturan tokoh masyarakat setempat, Uhing Mihing, tiga jendela kaca dengan gambar mosaik itu dibuat tahun 1910 oleh perusahaan pelukisan kaca bernama Glass Malerai F Mueller di Quedlinburg, Jerman. Mosaik itu diterima di Mandomai pada tahun 1925.

“Gambar mosaik tentang kelahiran Yesus dipasang di sebelah kiri menggantikan tempat tulisan kesepuluh hukum taurat, gambar Yesus disalibkan dipasang di tengah menggantikan jendela setengah lingkaran ventilasi cahaya, sedangkan mosaik tentang kelahiran Yesus dipasang di bagian kanan menggantikan tulisan pengakuan iman Kristen,” kata Uhing kepada Kalteng Pos, Minggu (11/12).

Baca Juga :  Lapak Judi Liang Pandan Dibongkar

Pria berusia 72 tahun itu menunjuk satu per satu mosaik. Dikatakannya, mosaik-mosaik tersebut telah berumur 112 tahun. Hanya ada tiga gereja di dunia yang memiliki mosaik serupa.

“Ketiga tempat itu terpencar, ada yang di Ceko Eropa Timur, Brasil Amerika Latin, dan di sini (Mandomai, red),” ungkapnya.

Selain mosaik, juga ada harmonium atau orgel, terompet, mimbar, dan bangku. Harmonium/orgel, terang Uhing, merupakan peralatan penting dalam beribadah tiap hari Minggu. Digunakan untuk mengiringi nyanyian dalam ibadah. Harmonium dalam gereja ini sudah beberapa kali diganti.

Awalnya menggunakan harmonium dari Zending Bermen sekitar tahun 1915. Kemudian harmonium itu rusak tahun 1959. Harmonium kedua yang digunakan di gereja ini adalah pemberian dari misionaris A Reiser (Guru Sekolah Alkitab) di Mandomai. Karena cukup sulit membawa pulang harmonium itu ke Eropa, Reiser memutuskan untuk menyerahkan kepada jemaat GKE Mandomai sebagai kenang-kenangan. Harmonium itu pun digunakan untuk keperluan ibadah hingga akhirnya rusak tahun 2000. Pada tahun yang sama, jemaat gereja di Jerman menyumbangkan sebuah orgel listrik senilai Rp12 juta rupiah. Sayangnya orgel tersebut tak lama digunakan karena mengalami kerusakan. Menurut Uhing, kurang lebih ada 20 orang pemain orgel sejak tahun 1915 hingga 2016.

Baca Juga :  Istri Di-Prank Kencan Berbayar, Suami Berakhir di Pengadilan

“Orgel yang ada sekarang ini merupakan sumbangan dari panitia Natal warga Mandomai di Palangka Raya,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/