Minggu, Oktober 13, 2024
27 C
Palangkaraya

Gereja Tertua Kedua di Palangka Raya Terbakar Hebat, Salib Masih Berdiri Tegak

PALANGKA RAYA-Kebakaran terjadi di Jalan Tambun Bungai, Kota Palangka Raya, Selasa (24/9/2024). Api yang berkobar pada tengah hari itu menghanguskan tiga bangunan, yakni Gereja Maranatha, rumah pengurus gereja, dan bangunan SMP Kristen.

Rumah ibadah umat Kristen Protestan tersebut merupakan salah satu gereja tua di Kota Cantik, julukan Palangka Raya.

Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Palangka Raya, BPK, BPBD, dan stakeholder terkait bahu-membahu memadamkan api.

Ada empat ruangan di SMP Kristen yang tak luput dari amukan si jago merah. Ruangan kelas, ruang multimedia, ruang komputer, dan gudang ikut terdampak karena peristiwa yang terjadi sekitar pukul 13.30 WIB.

Hampir seluruh kekuatan petugas pemadam kebakaran di Kota Palangka Raya diturunkan untuk memadamkan api. Perlu waktu kurang lebih 1,5 jam bagi petugas untuk bisa menjinakkan api, dibantu warga sekitar.

Belum diketahui penyebab peristiwa kebakaran ini. Api diduga berasal dari bagian atap Gereja Maranatha.

Bangunan atap gereja yang sebagian besar masih berbahan kayu, serta embusan angin yang cukup kencang, membuat api cepat berkobar, sehingga cukup menyulitkan upaya pemadaman.

Kobaran api yang besar itu merembet ke bangunan SMP Kristen yang terletak di belakang gereja. Berkat kerja sama petugas pemadam kebakaran dan warga, akhirnya api dijinakkan sekitar pukul 15.00 WIB.

Kasek Pengendalian Operasi dan Komunikasi Penyelamatan DPKP Kota Palangka Raya, Sucipto menjelaskan, pihaknya menerima laporan dari pengurus gereja dan masyarakat sekitar pukul 13.45 WIB.

Karena yang terbakar merupakan bangunan gereja, Sucipto berpikir bahwa tim BPK tidak bisa memadamkannya. Sebab, dibutuhkan selang sepanjang 50-70 meter untuk bisa mencapai titik api di atap gereja.

Baca Juga :  Dorong Pendirian Kodam di Kalteng

“Celakanya lagi, sumber air di selokan itu tidak ada. Kalau ada, kawan-kawan BPK bisa memadamkan api dari bawah, lalu kami dari atas,” ujarnya.

Kendala lain yang dihadapi adalah bangunan gereja yang tinggi dan api yang cepat membesar, sehingga membuat tim kesulitan.

“Ketika kami datang, masih belum ada asap. Waktu mau menyemprot, api malah cepat membesar ke bagian atas,” tuturnya.

Hingga kini penyebab kebakaran masih belum diketahui. Namun Sucipto sempat bertanya kepada saksi mata, pengurus gereja.

Saksi mengatakan bahwa sebelum kejadian, listrik di gereja sempat padam. Kemudian ada plafon yang jatuh dan hampir menimpanya.

“Menurut pengakuan ibu itu, ada api di bagian atas gereja. Sontak ibu itu membangunkan rekannya yang sedang tertidur pulas,” bebernya.

Kesimpulan sementara, kemunculan api diduga karena hubungan arus pendek serta tekanan hawa panas pada siang hari.

Untuk memadamkan api dalam peristiwa itu, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya mengerahkan 4 unit water cannon serta 50 personel.

“Api dijinakkan sekitar dua jam kemudian, dengan estimasi kerugian mencapai miliaran rupiah,” terangnya.

PJ Wali Kota Palangka Raya Hera Nugrahayu terlihat menunggu di lokasi kejadian hingga proses pemadaman selesai.

Berdasarkan informasi dari saksi mata yang mengetahui kejadian, awal mula api muncul dari atap bagian belakang gereja.

“Api dari belakang sana (belakang gereja), plafonnya habis rubuh,” kata Muliati, pegawai gereja yang mengetahui awal peristiwa kebakaran itu.

Baca Juga :  Pemilu Serentak 2024, Dukung Ide Surat Suara Digabung

Diceritakan perempuan berusia 55 tahun itu, saat itu ia sempat masuk ke dalam gereja dan melihat asap hitam keluar dari bagian plafon. “Terus saya lihat plafonnya habis rubuh,” ujarnya.

Sadar bahwa bagian dalam gereja terbakar, Muliati segera berteriak meminta pertolongan.

“Baru asap hitam saja saya sudah tahu api itu ada, terus saya teriak, nyuruh anak saya manggil Pak Yuli Ester yang kerja di bagian pemadam kebakaran, makanya petugas pemadam cepat datang ke sini,” ucap perempuan yang terlihat masih syok karena kejadian itu.

Muliati mengaku hampir tertimpa plafon yang rubuh akibat terbakar api. Keterangan Muliati dikuatkan dengan keterangan Ketua Majelis Jemaat Langkai, Pendeta Yuprinadi.

“Waktu itu kami sudah mau pulang, terus ada orang yang ngasih tahu bahwa ada asap di atap gereja,” kata Yuprinadi sembari menyebut api menyebar dengan sangat cepat.

Yuprinadi mengatakan, saat terjadi kebakaran, tidak ada aktivitas jemaat dalam gereja. Saat itu kegiatan dilaksanakan di Kantor Majelis Jemaat GKE Langkai yang terletak di samping bangunan gereja.

Sebagai informasi, bangunan gereja yang terbakar itu sudah eksis di Kota Palangka Raya sejak tahun 1960-an.

Bangunan Gereja GKE Maranatha itu merupakan bangunan gereja tertua setelah Gereja GKE Imanuel yang berlokasi di kompleks Pasar Besar.

Yuprinadi mengaku belum bisa memperkirakan nilai kerugian materiel akibat kebakaran itu. Dia juga belum tahu apa yang akan dilakukan ke depan terkait kegiatan peribadatan jemaat. “Nanti kita adakan rapat dahulu untuk bahas itu,” ucapnya. (sja/ham/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Kebakaran terjadi di Jalan Tambun Bungai, Kota Palangka Raya, Selasa (24/9/2024). Api yang berkobar pada tengah hari itu menghanguskan tiga bangunan, yakni Gereja Maranatha, rumah pengurus gereja, dan bangunan SMP Kristen.

Rumah ibadah umat Kristen Protestan tersebut merupakan salah satu gereja tua di Kota Cantik, julukan Palangka Raya.

Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Palangka Raya, BPK, BPBD, dan stakeholder terkait bahu-membahu memadamkan api.

Ada empat ruangan di SMP Kristen yang tak luput dari amukan si jago merah. Ruangan kelas, ruang multimedia, ruang komputer, dan gudang ikut terdampak karena peristiwa yang terjadi sekitar pukul 13.30 WIB.

Hampir seluruh kekuatan petugas pemadam kebakaran di Kota Palangka Raya diturunkan untuk memadamkan api. Perlu waktu kurang lebih 1,5 jam bagi petugas untuk bisa menjinakkan api, dibantu warga sekitar.

Belum diketahui penyebab peristiwa kebakaran ini. Api diduga berasal dari bagian atap Gereja Maranatha.

Bangunan atap gereja yang sebagian besar masih berbahan kayu, serta embusan angin yang cukup kencang, membuat api cepat berkobar, sehingga cukup menyulitkan upaya pemadaman.

Kobaran api yang besar itu merembet ke bangunan SMP Kristen yang terletak di belakang gereja. Berkat kerja sama petugas pemadam kebakaran dan warga, akhirnya api dijinakkan sekitar pukul 15.00 WIB.

Kasek Pengendalian Operasi dan Komunikasi Penyelamatan DPKP Kota Palangka Raya, Sucipto menjelaskan, pihaknya menerima laporan dari pengurus gereja dan masyarakat sekitar pukul 13.45 WIB.

Karena yang terbakar merupakan bangunan gereja, Sucipto berpikir bahwa tim BPK tidak bisa memadamkannya. Sebab, dibutuhkan selang sepanjang 50-70 meter untuk bisa mencapai titik api di atap gereja.

Baca Juga :  Dorong Pendirian Kodam di Kalteng

“Celakanya lagi, sumber air di selokan itu tidak ada. Kalau ada, kawan-kawan BPK bisa memadamkan api dari bawah, lalu kami dari atas,” ujarnya.

Kendala lain yang dihadapi adalah bangunan gereja yang tinggi dan api yang cepat membesar, sehingga membuat tim kesulitan.

“Ketika kami datang, masih belum ada asap. Waktu mau menyemprot, api malah cepat membesar ke bagian atas,” tuturnya.

Hingga kini penyebab kebakaran masih belum diketahui. Namun Sucipto sempat bertanya kepada saksi mata, pengurus gereja.

Saksi mengatakan bahwa sebelum kejadian, listrik di gereja sempat padam. Kemudian ada plafon yang jatuh dan hampir menimpanya.

“Menurut pengakuan ibu itu, ada api di bagian atas gereja. Sontak ibu itu membangunkan rekannya yang sedang tertidur pulas,” bebernya.

Kesimpulan sementara, kemunculan api diduga karena hubungan arus pendek serta tekanan hawa panas pada siang hari.

Untuk memadamkan api dalam peristiwa itu, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya mengerahkan 4 unit water cannon serta 50 personel.

“Api dijinakkan sekitar dua jam kemudian, dengan estimasi kerugian mencapai miliaran rupiah,” terangnya.

PJ Wali Kota Palangka Raya Hera Nugrahayu terlihat menunggu di lokasi kejadian hingga proses pemadaman selesai.

Berdasarkan informasi dari saksi mata yang mengetahui kejadian, awal mula api muncul dari atap bagian belakang gereja.

“Api dari belakang sana (belakang gereja), plafonnya habis rubuh,” kata Muliati, pegawai gereja yang mengetahui awal peristiwa kebakaran itu.

Baca Juga :  Pemilu Serentak 2024, Dukung Ide Surat Suara Digabung

Diceritakan perempuan berusia 55 tahun itu, saat itu ia sempat masuk ke dalam gereja dan melihat asap hitam keluar dari bagian plafon. “Terus saya lihat plafonnya habis rubuh,” ujarnya.

Sadar bahwa bagian dalam gereja terbakar, Muliati segera berteriak meminta pertolongan.

“Baru asap hitam saja saya sudah tahu api itu ada, terus saya teriak, nyuruh anak saya manggil Pak Yuli Ester yang kerja di bagian pemadam kebakaran, makanya petugas pemadam cepat datang ke sini,” ucap perempuan yang terlihat masih syok karena kejadian itu.

Muliati mengaku hampir tertimpa plafon yang rubuh akibat terbakar api. Keterangan Muliati dikuatkan dengan keterangan Ketua Majelis Jemaat Langkai, Pendeta Yuprinadi.

“Waktu itu kami sudah mau pulang, terus ada orang yang ngasih tahu bahwa ada asap di atap gereja,” kata Yuprinadi sembari menyebut api menyebar dengan sangat cepat.

Yuprinadi mengatakan, saat terjadi kebakaran, tidak ada aktivitas jemaat dalam gereja. Saat itu kegiatan dilaksanakan di Kantor Majelis Jemaat GKE Langkai yang terletak di samping bangunan gereja.

Sebagai informasi, bangunan gereja yang terbakar itu sudah eksis di Kota Palangka Raya sejak tahun 1960-an.

Bangunan Gereja GKE Maranatha itu merupakan bangunan gereja tertua setelah Gereja GKE Imanuel yang berlokasi di kompleks Pasar Besar.

Yuprinadi mengaku belum bisa memperkirakan nilai kerugian materiel akibat kebakaran itu. Dia juga belum tahu apa yang akan dilakukan ke depan terkait kegiatan peribadatan jemaat. “Nanti kita adakan rapat dahulu untuk bahas itu,” ucapnya. (sja/ham/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/