Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Menderita Gagal Ginjal Akut, Anak Asal Kalteng Meninggal

PALANGKA RAYA-Gagal ginjal akut menjadi momok selama seminggu terakhir. Ratusan anak di Indonesia dilaporkan meninggal akibat mengidap penyakit ini. Satu dari sekian banyak anak yang meninggal itu berasal dari Kalimantan Tengah (Kalteng). Meninggal setelah sempat dirawat di Surabaya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalteng dr Suyuti Syamsul mengatakan, sejuah ini di Kalteng tidak ada pasien yang dirawat karena mengidap penyakit gagal ginjal akut. Namun ada seorang anak pengidap gagal ginjal akut yang sempat dirawat di Surabaya pada Juli lalu. Karena anak tersebut berdomisili di Kalteng, maka datanya dimasukkan sebagai penderita gagal ginjal akut dari Kalteng.

“Ada satu anak yang sempat dirawat di Surabaya, itu kasus gagal ginjal akut, masuk rumah sakit bulan Juli, karena domisilinya di Kalteng maka datanya sebagai anak asal Kalteng,” beber Suyuti kepada wartawan, Rabu (26/10).

Suyuti mengatakan, selain mengalami gagal ginjal, anak bersangkutan juga mengidap beberapa penyakit. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan Dinkes Kotim, anak bersangkutan sempat dirawat karena menderita penyakit hati, sebelum akhirnya dirujuk ke Surabaya.

“Anak itu (pasien, red) sempat dirawat dengan penyakit hati, setelah dirawat beberapa waktu di daerah asal, kemudian dirujuk ke Surabaya, karena memang ada keluarga di Kediri. Namun berdasarkan hasil penyelidikan, obat-obat yang diminum justru tidak berkaitan langsung dengan obat-obat yang dipermasalahkan selama ini,” ungkap Suyuti.

Baca Juga :  Bocah Berusia Enam Tahun Tenggelam di Sungai Lahei

Ditanya terkait penyebab gagal ginjal akut, pria yang malang melintang di dunia kesehatan itu mengatakan bahwa gagal ginjal akut progresif atipikal tidak hanya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, melainkan ada banyak sebab lain.
“Bisa saja karena virus, atau karena kasus imunologis, atau karena penyakit-penyakit lainnya, jadi tidak hanya disebabkan oleh obat yang dikonsumsi,” tuturnya.

Selama ini rata-rata yang menderita gagal ginjal akut adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun. Suyuti mengakui memang terdapat beberapa obat yang masuk kategori nefrotoksik, yang dapat merusak ginjal jika sering dikonsumsi.

“Itulah alasannya kenapa obat seperti itu dimasukkan dalam kelompok obat keras, konsumsi obat seperti itu harus disertai resep dokter, karena dokterlah yang memutuskan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, mereka bisa memperkirakan takaran yang sanggup ditoleransi oleh tubuh pengonsumsi obat.

Namun dalam praktiknya kan banyak orang yang mengobati diri sendiri, menggunakan dosis sesuai anjuran pabrik, padahal belum tentu tubuhnya sanggup dengan takaran sesuai anjuran pabrik itu,” jelas Suyuti.
Ketidaksesuaian tingkat toleransi tubuh pada resep obat yang telah ditentukan oleh pabrik itulah yang dapat memengaruhi fungsi ginjal.

Seharusnya dosis ditentukan oleh dokter yang telah memperkirakan berdasarkan kondisi tubuh pengonsumsi obat. Jika seorang pengonsumsi obat telah mengalami penurunan fungsi ginjal dan hati, maka pengaturan dosis dan cara minum pun diubah.

Baca Juga :  Pemprov Dukung Pendirian Perseroan Perseorangan

Tidak boleh mengikuti dosis yang ditentukan oleh pabrik. Harus mengikuti dosis yang ditentukan oleh dokter. Selain karena obat, saat ini masyarakat terbiasa dengan berbagai jajanan yang mengandung pengawet dan pewarna. “Itu semua bisa berdampak pada ginjal,” ucapnya.

Juga ada makanan-makanan tertentu yang bisa berdampak pada ginjal. Termasuk minuman-minuman tertentu. Salah satunya minuman berenergi.

“Kita punya pengalaman di rumah sakit, ada sejumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena sering minum minuman energi. Kalau satu kali seminggu boleh lah, tapi kalau sudah dua kali sehari, itu kan berisiko sekali,” tambahnya.

Suyuti menambahkan, demi mencegah terjadinya gagal ginjal, masyarakat diimbau untuk sesering mungkin mengonsumsi makanan alamiah.

“Kita perlu menjaga ginjal kita dengan makan makanan yang alamiah, sebetulnya makin alamiah makanan dan tidak melalui proses pabrikan, makin bagus untuk dikonsumsi,” jelasnya.

Suyuti juga mengingatkan orang tua yang punya anak, agar rutin memantau durasi keluaran urine pada anak. Dibutuhkan sensitifitas orang tua dalam memperhatikan durasi kencing anak. Karena salah satu gejala awal gagal ginjal adalah menurunnya produksi air kencing atau urine.

“Kalau sudah ada tanda-tanda itu, mestinya segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan advice, nasihat, atau pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu,” tandasnya. (dan/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Gagal ginjal akut menjadi momok selama seminggu terakhir. Ratusan anak di Indonesia dilaporkan meninggal akibat mengidap penyakit ini. Satu dari sekian banyak anak yang meninggal itu berasal dari Kalimantan Tengah (Kalteng). Meninggal setelah sempat dirawat di Surabaya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalteng dr Suyuti Syamsul mengatakan, sejuah ini di Kalteng tidak ada pasien yang dirawat karena mengidap penyakit gagal ginjal akut. Namun ada seorang anak pengidap gagal ginjal akut yang sempat dirawat di Surabaya pada Juli lalu. Karena anak tersebut berdomisili di Kalteng, maka datanya dimasukkan sebagai penderita gagal ginjal akut dari Kalteng.

“Ada satu anak yang sempat dirawat di Surabaya, itu kasus gagal ginjal akut, masuk rumah sakit bulan Juli, karena domisilinya di Kalteng maka datanya sebagai anak asal Kalteng,” beber Suyuti kepada wartawan, Rabu (26/10).

Suyuti mengatakan, selain mengalami gagal ginjal, anak bersangkutan juga mengidap beberapa penyakit. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan Dinkes Kotim, anak bersangkutan sempat dirawat karena menderita penyakit hati, sebelum akhirnya dirujuk ke Surabaya.

“Anak itu (pasien, red) sempat dirawat dengan penyakit hati, setelah dirawat beberapa waktu di daerah asal, kemudian dirujuk ke Surabaya, karena memang ada keluarga di Kediri. Namun berdasarkan hasil penyelidikan, obat-obat yang diminum justru tidak berkaitan langsung dengan obat-obat yang dipermasalahkan selama ini,” ungkap Suyuti.

Baca Juga :  Bocah Berusia Enam Tahun Tenggelam di Sungai Lahei

Ditanya terkait penyebab gagal ginjal akut, pria yang malang melintang di dunia kesehatan itu mengatakan bahwa gagal ginjal akut progresif atipikal tidak hanya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, melainkan ada banyak sebab lain.
“Bisa saja karena virus, atau karena kasus imunologis, atau karena penyakit-penyakit lainnya, jadi tidak hanya disebabkan oleh obat yang dikonsumsi,” tuturnya.

Selama ini rata-rata yang menderita gagal ginjal akut adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun. Suyuti mengakui memang terdapat beberapa obat yang masuk kategori nefrotoksik, yang dapat merusak ginjal jika sering dikonsumsi.

“Itulah alasannya kenapa obat seperti itu dimasukkan dalam kelompok obat keras, konsumsi obat seperti itu harus disertai resep dokter, karena dokterlah yang memutuskan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, mereka bisa memperkirakan takaran yang sanggup ditoleransi oleh tubuh pengonsumsi obat.

Namun dalam praktiknya kan banyak orang yang mengobati diri sendiri, menggunakan dosis sesuai anjuran pabrik, padahal belum tentu tubuhnya sanggup dengan takaran sesuai anjuran pabrik itu,” jelas Suyuti.
Ketidaksesuaian tingkat toleransi tubuh pada resep obat yang telah ditentukan oleh pabrik itulah yang dapat memengaruhi fungsi ginjal.

Seharusnya dosis ditentukan oleh dokter yang telah memperkirakan berdasarkan kondisi tubuh pengonsumsi obat. Jika seorang pengonsumsi obat telah mengalami penurunan fungsi ginjal dan hati, maka pengaturan dosis dan cara minum pun diubah.

Baca Juga :  Pemprov Dukung Pendirian Perseroan Perseorangan

Tidak boleh mengikuti dosis yang ditentukan oleh pabrik. Harus mengikuti dosis yang ditentukan oleh dokter. Selain karena obat, saat ini masyarakat terbiasa dengan berbagai jajanan yang mengandung pengawet dan pewarna. “Itu semua bisa berdampak pada ginjal,” ucapnya.

Juga ada makanan-makanan tertentu yang bisa berdampak pada ginjal. Termasuk minuman-minuman tertentu. Salah satunya minuman berenergi.

“Kita punya pengalaman di rumah sakit, ada sejumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena sering minum minuman energi. Kalau satu kali seminggu boleh lah, tapi kalau sudah dua kali sehari, itu kan berisiko sekali,” tambahnya.

Suyuti menambahkan, demi mencegah terjadinya gagal ginjal, masyarakat diimbau untuk sesering mungkin mengonsumsi makanan alamiah.

“Kita perlu menjaga ginjal kita dengan makan makanan yang alamiah, sebetulnya makin alamiah makanan dan tidak melalui proses pabrikan, makin bagus untuk dikonsumsi,” jelasnya.

Suyuti juga mengingatkan orang tua yang punya anak, agar rutin memantau durasi keluaran urine pada anak. Dibutuhkan sensitifitas orang tua dalam memperhatikan durasi kencing anak. Karena salah satu gejala awal gagal ginjal adalah menurunnya produksi air kencing atau urine.

“Kalau sudah ada tanda-tanda itu, mestinya segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan advice, nasihat, atau pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu,” tandasnya. (dan/ce/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/