Minggu, Oktober 6, 2024
29.3 C
Palangkaraya

Gairah Koran, Persaingan Online, dan Era Baru TV Digital

Bahkan, orang-orang koran yang telah lempar handuk dari industri media cetak pun berkesimpulan: koran akan mati, ayo cepat pergi!

Menghadapi gulungan gelombang opini sekaligus ganasnya gelombang Covid-19, sekarang ini, sungguh sangat aduhai beratnya. Ciamik soro, kata orang Surabaya.

Bersyukur, enam bulan terakhir suasananya menjadi berbeda. Imun meningkat. Ya, tumbuhnya readership koran Jawa Pos yang dibarengi melonjaknya jumlah pembaca harian Kompas, juga naiknya pembaca koran legendaris dari Bandung Pikiran Rakyat, versi AC Nielsen di awal tahun 2021 –lanjutan dari tren positif triwulan sebelumnya– adalah sinyal kuat untuk kembali bergairahnya industri surat kabar. Sebab, tumbuh bareng-bareng adalah syarat mutlak bagi sebuah industri untuk hidup dan berkembang.

Sebuah industri akan selalu menyerupai pujasera. Ia tidak akan hidup manakala hanya satu brand atau satu tenant saja yang dikunjungi pembeli. Semakin banyak tenant ramai, semakin hiduplah pujasera.

Baca Juga :  DPRD Usulkan Pembangunan Jembatan Timbang

Tumbuhnya readership Jawa Pos, Kompas, Pikiran Rakyat, dan beberapa brand koran lain tak hanya menjadi harapan baru industri media cetak. Lebih penting dari itu, koran akan terus ada sebagai pemenuhan atas kebutuhan penting hidup bermasyarakat.

Menandai usia kami yang ke-72 tahun, Jawa PosTV akan hadir menjawab tantangan industri televisi digital yang oleh Undang-Undang Cipta Kerja harus sudah berlaku serempak pada 2 November 2022 mendatang. Hari-hari ini hingga tiga bulan ke depan adalah hari sibuk buat newsroom Jawa Pos di gedung Graha Pena Surabaya. Ruang redaksi yang oleh Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA) diberi penghargaan sebagai newsroom paling keren itu sekarang dalam perombakan total. Diubah menjadi ruang redaksi multiplatform, rumah berita satu atap bagi Jawa Pos koran, jawapos.com, dan Jawa PosTV untuk bekerja secara sinergis guna memproduksi aneka konten.

Baca Juga :  Di Kalteng, Sehari 16 Ribu Dosis Vaksin Digunakan

Yang paling gres memang kehadiran Jawa PosTV. Menyambut era televisi digital menggantikan era televisi terestrial yang analog switch off (ASO)-nya tidak lama lagi. Akan ada start baru di bidang pertelevisian Indonesia. Zaman baru bidang media yang secara penampakan akan lebih glowing setelah terjadi lompatan teknologi.

Terus, Jawa PosTV akan menjadi TV berita atau TV hiburan?

Jawa PosTV akan menjadi TV Jawa Pos!

Ya, konsep Jawa PosTV adalah ”ke-ayu-an” yang dibentuk dengan daya tarik nilai-nilai etik dan norma. Sikap independen dari pribadi-pribadi berintegritas, fun, antusias, dan respek pada sesama.

Bahkan, orang-orang koran yang telah lempar handuk dari industri media cetak pun berkesimpulan: koran akan mati, ayo cepat pergi!

Menghadapi gulungan gelombang opini sekaligus ganasnya gelombang Covid-19, sekarang ini, sungguh sangat aduhai beratnya. Ciamik soro, kata orang Surabaya.

Bersyukur, enam bulan terakhir suasananya menjadi berbeda. Imun meningkat. Ya, tumbuhnya readership koran Jawa Pos yang dibarengi melonjaknya jumlah pembaca harian Kompas, juga naiknya pembaca koran legendaris dari Bandung Pikiran Rakyat, versi AC Nielsen di awal tahun 2021 –lanjutan dari tren positif triwulan sebelumnya– adalah sinyal kuat untuk kembali bergairahnya industri surat kabar. Sebab, tumbuh bareng-bareng adalah syarat mutlak bagi sebuah industri untuk hidup dan berkembang.

Sebuah industri akan selalu menyerupai pujasera. Ia tidak akan hidup manakala hanya satu brand atau satu tenant saja yang dikunjungi pembeli. Semakin banyak tenant ramai, semakin hiduplah pujasera.

Baca Juga :  DPRD Usulkan Pembangunan Jembatan Timbang

Tumbuhnya readership Jawa Pos, Kompas, Pikiran Rakyat, dan beberapa brand koran lain tak hanya menjadi harapan baru industri media cetak. Lebih penting dari itu, koran akan terus ada sebagai pemenuhan atas kebutuhan penting hidup bermasyarakat.

Menandai usia kami yang ke-72 tahun, Jawa PosTV akan hadir menjawab tantangan industri televisi digital yang oleh Undang-Undang Cipta Kerja harus sudah berlaku serempak pada 2 November 2022 mendatang. Hari-hari ini hingga tiga bulan ke depan adalah hari sibuk buat newsroom Jawa Pos di gedung Graha Pena Surabaya. Ruang redaksi yang oleh Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA) diberi penghargaan sebagai newsroom paling keren itu sekarang dalam perombakan total. Diubah menjadi ruang redaksi multiplatform, rumah berita satu atap bagi Jawa Pos koran, jawapos.com, dan Jawa PosTV untuk bekerja secara sinergis guna memproduksi aneka konten.

Baca Juga :  Di Kalteng, Sehari 16 Ribu Dosis Vaksin Digunakan

Yang paling gres memang kehadiran Jawa PosTV. Menyambut era televisi digital menggantikan era televisi terestrial yang analog switch off (ASO)-nya tidak lama lagi. Akan ada start baru di bidang pertelevisian Indonesia. Zaman baru bidang media yang secara penampakan akan lebih glowing setelah terjadi lompatan teknologi.

Terus, Jawa PosTV akan menjadi TV berita atau TV hiburan?

Jawa PosTV akan menjadi TV Jawa Pos!

Ya, konsep Jawa PosTV adalah ”ke-ayu-an” yang dibentuk dengan daya tarik nilai-nilai etik dan norma. Sikap independen dari pribadi-pribadi berintegritas, fun, antusias, dan respek pada sesama.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/