Sabtu, Oktober 5, 2024
34.4 C
Palangkaraya

Banjir Makin Menjadi, 33 Kecamatan di 7 Kabupaten Terdampak

MENDUNG menggelayut di atas langit Kota Kasongan, ibu kota Kabupaten Katingan. Di Taman Religi, tepat di bawah jembatan yang membentang di atas Sungai Katingan, para pengungsi berlindung dari amarah alam. Mereka dirundung kecemasan. Membayangkan awan gelap itu menangis lagi. Banjir makin menjadi.
Hefi dan 40 orang warga memilih mengungsi. Sudah lima hari. Bagian dalam rumahnya yang berada di Gang Saudara, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir digenangi air. Ia terpaksa tinggal di tenda pengungsian bersama suami, tiga anaknya, dan sanak saudara.

Sore itu, ibu berusia 31 tahun itu sibuk menatap meja yang difungsikan sebagai dapur dadakan. Didirikan di atas bangunan terbuka beratap genting. Para ibu dan anak-anak mereka bercengkerama sambil bermain di atas tikar. Menunggu matang pisang goreng olahan Hefi yang tampak menggiurkan di atas wajan.
Hangatnya pisang goreng yang disuguhkan menjadi pengganjal di saat perut sudah lapar. Terlebih buat anak-anak yang baru saja selesai bermain air di tepian Sungai Katingan. Nasi bungkus belum diantar oleh petugas dapur umum.

Baca Juga :  Korban Banjir Antusias Terima Bantuan Sembako dari Pemkab Kotim

Lokasinya berada sekitar 500 meter dari tenda pengungsian.
“Silakan dicicip mas,” ucap Hefi sesaat setelah mengangkat pisang goreng matang ke wadah plastik berwarna hijau.
“Sudah dua edisi banjir terakhir ini kami mengungsi, dulu-dulunya tidak pernah,” keluhnya.
Selama mengungsi, makan dijamin tiga kali sehari. Lauk berganti-ganti. Ikan, sarden, dan telur. Jika bosan, bersama-ibu-ibu lain memilih membeli sayur-sayuran. Memasak sesuai selera lidah. “Untuk bantuan, ada satu kali dari kapolda, dan ada juga dari komunitas-komunitas,” bebernya.

Senada disampaikan Rukiyah, pengungsi lain yang berharap cepat kembali pulang. Mengungsi bersama tiga orang anak dan enam orang cucu. Meninggalkan rumah sejak 26 Agustus lalu.
“Kami memilih mengungsi, cari aman. Cucu kan masih kecil-kecil. Di sini (pengungsian, red) air bersih dan listrik juga terjamin,” bebernya.

Baca Juga :  Siapkan Seleksi Tahap III PPPK

Kondisi banjir yang diprediksi masih terjadi sepekan ke depan ini juga menambah beban kerja bagi anggota yang bertugas. Seperti yang dirasakan salah satu anggota yang tergabung dalam Satgas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Kelurahan Kasongan Lama.

Selain memberikan edukasi soal protokol kesehatan dan melacak persebaran Covid-19, saban hari mereka juga mengurusi para pengungsi dan memberi pelayanan kepada warga yang masih bertahan di rumah masing-masing.
Dalam kesempatan itu, wartawan Kalteng Pos menyempatkan mengikuti langkah Babinsa Kelurahan Lama Sertu Sutiono, Bhabinkamtibmas Kelurahan Kasongan Lama Bripka Gatot, Kasi Trantip Eti Supriyati, dan anggota Satgas PPKM menyusuri permukiman padat penduduk.

MENDUNG menggelayut di atas langit Kota Kasongan, ibu kota Kabupaten Katingan. Di Taman Religi, tepat di bawah jembatan yang membentang di atas Sungai Katingan, para pengungsi berlindung dari amarah alam. Mereka dirundung kecemasan. Membayangkan awan gelap itu menangis lagi. Banjir makin menjadi.
Hefi dan 40 orang warga memilih mengungsi. Sudah lima hari. Bagian dalam rumahnya yang berada di Gang Saudara, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir digenangi air. Ia terpaksa tinggal di tenda pengungsian bersama suami, tiga anaknya, dan sanak saudara.

Sore itu, ibu berusia 31 tahun itu sibuk menatap meja yang difungsikan sebagai dapur dadakan. Didirikan di atas bangunan terbuka beratap genting. Para ibu dan anak-anak mereka bercengkerama sambil bermain di atas tikar. Menunggu matang pisang goreng olahan Hefi yang tampak menggiurkan di atas wajan.
Hangatnya pisang goreng yang disuguhkan menjadi pengganjal di saat perut sudah lapar. Terlebih buat anak-anak yang baru saja selesai bermain air di tepian Sungai Katingan. Nasi bungkus belum diantar oleh petugas dapur umum.

Baca Juga :  Korban Banjir Antusias Terima Bantuan Sembako dari Pemkab Kotim

Lokasinya berada sekitar 500 meter dari tenda pengungsian.
“Silakan dicicip mas,” ucap Hefi sesaat setelah mengangkat pisang goreng matang ke wadah plastik berwarna hijau.
“Sudah dua edisi banjir terakhir ini kami mengungsi, dulu-dulunya tidak pernah,” keluhnya.
Selama mengungsi, makan dijamin tiga kali sehari. Lauk berganti-ganti. Ikan, sarden, dan telur. Jika bosan, bersama-ibu-ibu lain memilih membeli sayur-sayuran. Memasak sesuai selera lidah. “Untuk bantuan, ada satu kali dari kapolda, dan ada juga dari komunitas-komunitas,” bebernya.

Senada disampaikan Rukiyah, pengungsi lain yang berharap cepat kembali pulang. Mengungsi bersama tiga orang anak dan enam orang cucu. Meninggalkan rumah sejak 26 Agustus lalu.
“Kami memilih mengungsi, cari aman. Cucu kan masih kecil-kecil. Di sini (pengungsian, red) air bersih dan listrik juga terjamin,” bebernya.

Baca Juga :  Siapkan Seleksi Tahap III PPPK

Kondisi banjir yang diprediksi masih terjadi sepekan ke depan ini juga menambah beban kerja bagi anggota yang bertugas. Seperti yang dirasakan salah satu anggota yang tergabung dalam Satgas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Kelurahan Kasongan Lama.

Selain memberikan edukasi soal protokol kesehatan dan melacak persebaran Covid-19, saban hari mereka juga mengurusi para pengungsi dan memberi pelayanan kepada warga yang masih bertahan di rumah masing-masing.
Dalam kesempatan itu, wartawan Kalteng Pos menyempatkan mengikuti langkah Babinsa Kelurahan Lama Sertu Sutiono, Bhabinkamtibmas Kelurahan Kasongan Lama Bripka Gatot, Kasi Trantip Eti Supriyati, dan anggota Satgas PPKM menyusuri permukiman padat penduduk.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/