Sabtu, November 23, 2024
23.7 C
Palangkaraya

Menelisik Teori dan Praktik Tridharma di Era Merdeka Belajar – Kampus Merdeka

Teori diberikan dosen kepada mahasiswa tidaklah sempurna. Melengkapinya, praktik melalui KKN menjadi jalan utama. Lantas, apa saja yang dilakukan untuk menerapkan teori dan praktik? Berikut ulasannya.

ALBERT M SHOLEH, Palangka Raya

MENDENGAR istilah Kuliah Kerja Nyata (KKN), kerap diidentifikasi dengan adanya gapura dan plang nama di sejumlah pelosok. Apakah kegiatan KKN mahasiswa bersama dosen pendamping lapangan hanya bisa membuat gapura dan plang nama? tentu tidak. Buktinya, banyak karya patut dijadikan pembelajaran bersama insan cendekia dan masyarakat pada umumnya.

Ikut perjalanan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Palangka Raya (UPR), membuka mata dan telinga banyaknya kegiatan pengabdian. Ya. Pencanangan UPR Membangun Desa Berkarya Untuk Indonesia, menjadi satu bukti nyata.

Di Kelurahan Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Gunung Mas, mahasiswa dan dosen pendamping lapangan menciptakan banyak karya, terjun langsung membantu warga. Mulai dari turut membuat kerajinan, kudapan (kuliner) khas, hingga mengajar dan membantu menyukseskan program pemerintah daerah menurunkan stunting (gagal tumbuh / kurang gizi).

Sekitar 142 Km dari kampus UPR Kota Palangka Raya, Kelurahan Tumbang Talaken menjadi saksi penerapan Tridharma kampus meliputi inovasi pendidikan dan pembelajaran, penelitian dan pengembangan, pengabdian kepada masyarakat.

“Merdeka belajar, kampus merdeka, kebijakan Mendikbud Ristek RI, menitikberatkan pada kreativitas dan inovasi agar pembangunan Indonesia berkelanjutan. Untuk itu, mahasiswa harus disiapkan menjadi pembelajar sejati, terampil, lentur dan ulet (agile learner),” ucap Rektor UPR Andrie Elia, Senin (30/11) pagi.

Baca Juga :  Karena Hobi, Sisihkan Uang Jajan untuk Sewa Kamera

Andrie meyakini, konsep Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) kaitannya sebagai jalan utama menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, sesuai kebutuhan zaman, siap menjadi pemimpin di berbagai bidang.

“Yang terpenting saat ini adalah kita berbicara karya. Mahasiswa mau demo atau turun jalan silakan. Tapi, jika tidak ada hasilnya, lebih baik kita berkarya,” teriak sang rektor sambil memekikkan “hidup mahasiswa” sebanyak tiga kali sembari mengangkat kepalan tangan kiri.

Daerahnya menjadi salah satu percontohan UPR membangun desa, Bupati Gunung Mas Jaya S Monong menanggapinya dengan senyum bahagia.

Jaya lantas mengungkapkan program kabupaten yang dijuluki Habangkalan Penyang Karuhei Tatau itu. Pengembangan smart agro hingga smart tourism di Gunung Mas akan terlaksana dengan adanya peran khusus generasi milenial, mahasiswa dan para sarjana muda.

“Kita mengembangkan smart agro dengan menanam jagung hibrida, pisang, ikan dan lainnya. Tenaga ahli tentu saja pihak UPR bersama kelompok tani. Karya bersama. Begitu juga smart tourism dikembangkan dengan melibatkan generasi muda yang kreatif dan inovatif,” kata Jaya.

Tak hanya itu, program kesehatan dalam menangani stunting atau masalah kekurangan gizi, sangat membutuhkan peran kaum muda sebagai pembelajar, untuk memberikan pemahaman dan edukasi bersama tentang pentingnya ketahanan pangan, khususnya kebutuhan gizi.

Baca Juga :  Hari Ini, PPDB Tingkat SMA Sederajat Dibuka

Secara teknis, Ketua LPPM UPR Aswin Usup menjabarkan delapan program dilakukan pihaknya.

Pertama, membangun desa dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT). Kedua, pertukaran pelajar. Ketiga, magang belajar. Keempat, asistensi mengajar. Kelima penelitian atau riset. Keenam proyek kemanusiaan. Ketujuh, kegiatan kewirausahaan dan kedelapan, studi atau proyek independen.

“Sebagai contoh, mahasiswa kita minta menanam minimal 5 batang pohon pisang. Membantu mengajar hingga menyelipkan pentingnya asupan gizi kaitannya mengurangi potensi stunting. Ada juga bersama masyarakat terkait kewirausahaan, mengemas dan memasarkan produk lokal lebih luas lagi,” beber Aswin.

Usai Pencanangan UPR Membangun Desa Berkarya Untuk Indonesia, Ketua Panitia Yorgen K Nahan menuturkan, penandatanganan kerjasama antara Ketua LPPM UPR dengan lima kepala desa tentang pemberdayaan masyarakat desa, ketahanan pangan, pengembangan desa percontohan, kewirausahaan desa, kesehatan dan stanting.

Di antaranya Kades Bungai Jaya, Basarang, Kapuas, Kades Garong, Jabiren Raya, Pulang Pisau, Kades Tewai Baru, Sepang, Gumas, Kades Mabuan, Dusel, Barsel dan Kades Tumbang Jutuh, Rungan, Gumas.

Rektor, bupati, camat Manuhing, lurah Tumbang Talaken dan perwakilah Kalimantan Hamparan Sawit (KHS) turut membubuhkan tanda tangan di papan komitmen bersama membangun desa.

“Kami siap memfasilitasi kegiatan desa dan perguruan tinggi. Termasuk menerima magang dan lulusan UPR juga kita terima,” singkat Senior Manager PT KHS Tua Gerson Zendrato. (ko)

Teori diberikan dosen kepada mahasiswa tidaklah sempurna. Melengkapinya, praktik melalui KKN menjadi jalan utama. Lantas, apa saja yang dilakukan untuk menerapkan teori dan praktik? Berikut ulasannya.

ALBERT M SHOLEH, Palangka Raya

MENDENGAR istilah Kuliah Kerja Nyata (KKN), kerap diidentifikasi dengan adanya gapura dan plang nama di sejumlah pelosok. Apakah kegiatan KKN mahasiswa bersama dosen pendamping lapangan hanya bisa membuat gapura dan plang nama? tentu tidak. Buktinya, banyak karya patut dijadikan pembelajaran bersama insan cendekia dan masyarakat pada umumnya.

Ikut perjalanan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Palangka Raya (UPR), membuka mata dan telinga banyaknya kegiatan pengabdian. Ya. Pencanangan UPR Membangun Desa Berkarya Untuk Indonesia, menjadi satu bukti nyata.

Di Kelurahan Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Gunung Mas, mahasiswa dan dosen pendamping lapangan menciptakan banyak karya, terjun langsung membantu warga. Mulai dari turut membuat kerajinan, kudapan (kuliner) khas, hingga mengajar dan membantu menyukseskan program pemerintah daerah menurunkan stunting (gagal tumbuh / kurang gizi).

Sekitar 142 Km dari kampus UPR Kota Palangka Raya, Kelurahan Tumbang Talaken menjadi saksi penerapan Tridharma kampus meliputi inovasi pendidikan dan pembelajaran, penelitian dan pengembangan, pengabdian kepada masyarakat.

“Merdeka belajar, kampus merdeka, kebijakan Mendikbud Ristek RI, menitikberatkan pada kreativitas dan inovasi agar pembangunan Indonesia berkelanjutan. Untuk itu, mahasiswa harus disiapkan menjadi pembelajar sejati, terampil, lentur dan ulet (agile learner),” ucap Rektor UPR Andrie Elia, Senin (30/11) pagi.

Baca Juga :  Karena Hobi, Sisihkan Uang Jajan untuk Sewa Kamera

Andrie meyakini, konsep Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) kaitannya sebagai jalan utama menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, sesuai kebutuhan zaman, siap menjadi pemimpin di berbagai bidang.

“Yang terpenting saat ini adalah kita berbicara karya. Mahasiswa mau demo atau turun jalan silakan. Tapi, jika tidak ada hasilnya, lebih baik kita berkarya,” teriak sang rektor sambil memekikkan “hidup mahasiswa” sebanyak tiga kali sembari mengangkat kepalan tangan kiri.

Daerahnya menjadi salah satu percontohan UPR membangun desa, Bupati Gunung Mas Jaya S Monong menanggapinya dengan senyum bahagia.

Jaya lantas mengungkapkan program kabupaten yang dijuluki Habangkalan Penyang Karuhei Tatau itu. Pengembangan smart agro hingga smart tourism di Gunung Mas akan terlaksana dengan adanya peran khusus generasi milenial, mahasiswa dan para sarjana muda.

“Kita mengembangkan smart agro dengan menanam jagung hibrida, pisang, ikan dan lainnya. Tenaga ahli tentu saja pihak UPR bersama kelompok tani. Karya bersama. Begitu juga smart tourism dikembangkan dengan melibatkan generasi muda yang kreatif dan inovatif,” kata Jaya.

Tak hanya itu, program kesehatan dalam menangani stunting atau masalah kekurangan gizi, sangat membutuhkan peran kaum muda sebagai pembelajar, untuk memberikan pemahaman dan edukasi bersama tentang pentingnya ketahanan pangan, khususnya kebutuhan gizi.

Baca Juga :  Hari Ini, PPDB Tingkat SMA Sederajat Dibuka

Secara teknis, Ketua LPPM UPR Aswin Usup menjabarkan delapan program dilakukan pihaknya.

Pertama, membangun desa dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT). Kedua, pertukaran pelajar. Ketiga, magang belajar. Keempat, asistensi mengajar. Kelima penelitian atau riset. Keenam proyek kemanusiaan. Ketujuh, kegiatan kewirausahaan dan kedelapan, studi atau proyek independen.

“Sebagai contoh, mahasiswa kita minta menanam minimal 5 batang pohon pisang. Membantu mengajar hingga menyelipkan pentingnya asupan gizi kaitannya mengurangi potensi stunting. Ada juga bersama masyarakat terkait kewirausahaan, mengemas dan memasarkan produk lokal lebih luas lagi,” beber Aswin.

Usai Pencanangan UPR Membangun Desa Berkarya Untuk Indonesia, Ketua Panitia Yorgen K Nahan menuturkan, penandatanganan kerjasama antara Ketua LPPM UPR dengan lima kepala desa tentang pemberdayaan masyarakat desa, ketahanan pangan, pengembangan desa percontohan, kewirausahaan desa, kesehatan dan stanting.

Di antaranya Kades Bungai Jaya, Basarang, Kapuas, Kades Garong, Jabiren Raya, Pulang Pisau, Kades Tewai Baru, Sepang, Gumas, Kades Mabuan, Dusel, Barsel dan Kades Tumbang Jutuh, Rungan, Gumas.

Rektor, bupati, camat Manuhing, lurah Tumbang Talaken dan perwakilah Kalimantan Hamparan Sawit (KHS) turut membubuhkan tanda tangan di papan komitmen bersama membangun desa.

“Kami siap memfasilitasi kegiatan desa dan perguruan tinggi. Termasuk menerima magang dan lulusan UPR juga kita terima,” singkat Senior Manager PT KHS Tua Gerson Zendrato. (ko)

Artikel Terkait

Serap Aspirasi, PT BGA Gelar Forsimas

Pilkada Kapuas Diikuti Lima Paslon

MAKAN BERGIZI GRATIS

Terpopuler

Artikel Terbaru

/