“Pas benar, mengganjal perut,” celetuk semua orang yang ada di depan meja.
Camat Kahayan Tengah Siswo yang duduk di samping Dandi menyimak betul perencanaan yang disampaikan. Sambil mengunyah kudapan. Kacamata hitam digeser ke atas. Tepat di bagian depan topi warna hitam. Menutupi tulisan merek produk ternama itu. “Tak tutupi saja, nanti dikira pamer,” kelakarnya.
Mantan guru sekolah dasar yang masuk ke Kecamatan Kahayan Tengah tahun 1994 itu melanjutkan obrolan. Ia selaku kepanjangan tangan dari Pemkab Pulang Pisau sangat mendukung inovasi-inovasi di desa. Baik wisata, pelestarian hutan desa, sampai kepentingan pangan. Apalagi melibatkan kawula muda. “Susah cari anak muda untuk kumpul-kumpul sekadar menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk membuat terobosan,” ujarnya.
Apa sih potensi yang ada di Kecamatan Kahayan Tengah? Pria yang meninggalkan tanah kelahirannya Lamongan sejak berusia 7 tahun itu menyebut banyak. Ada wisata budaya, religi, potensi perkebunan, dan kerajinan tangan. “Yang terkenal kan banjirnya saja. Padahal, lokasi banjir hanya ada di Desa Penda Barania. Desa yang lain tidak ada banjir,” ungkapnya.
“Enak ya minumannya,” celetuk Dandi saat melihat saya menegak minuman berwarna ungu itu.
Padahal mau saya tanyakan. “Apa hayo?” tambahnya.
Mikir sesaat. Ujung-ujungnya tak bisa menjawab. “Itu teh bunga Telang,” kata Dandi.
“Di rumah saya banyak. Nanti kita lihat,” sahut Agus Yulianto.
Tanaman bunga Telang biasanya hidup di tanah kering yang ada di sekitar permukiman. Warga sudah mulai menanamnya di pelataran rumah. Warna yang mencolok dan bentuknya seperti kupu-kupu memanjakan mata yang memandang.
Ibu-ibu di desa itu mulai banyak menanam. Ketika sudah mekar, bunga-bunga itu dikeringkan, lalu diseduh seperti teh. “Untuk saat ini belum kami pasarkan secara luas. Warga belum punya keterampilan lebih untuk mengolah secara benar dan membuat kemasan, apalagi perizinan,” ujar Agus. “Nanti saya akan meminta dinas terkait untuk membimbing warga agar usaha kecil seperti ini bisa berkembang,” ucap Siswo.
Obrolan pun berlanjut di rumah kepala desa. Di halaman belakang, ternyata ada kotak-kotak berjejer di tengah tanaman bunga berwarna-warni. Ternyata budi daya lebah kelulut. Membudidayakan lebah kelulut adalah potensi lain yang ada di desa ini. Milik kelompok usaha tani. Baru berjalan tiga bulan. Ada 40 kotak. Baru sekali panen. Madunya sementara dijual di lingkup desa. Harganya Rp400-500 ribu per liter. Rasanya sedikit asam saat saya menyedot langsung madu dari sarangnya. Ada juga rasa manis dan pahit ketika mencoba di tempat lain.
Saya juga mengunjungi lokasi pembibitan. Ada 400 ribu bibit tanaman ditanam di plastik berwarna hitam. Hamparan paranet melindunginya dari terik matahari. Meliputi petai, jengkol, sengon, jeruk, durian, kelengkeng, mangga, dan matoa. Usianya belum genap satu bulan.