Selasa, Mei 14, 2024
23.5 C
Palangkaraya

Mulai Mencintai Pertanian, Menjaga Hutan Tetap Kekal

Begitu kekayaan dan keindahan alam hilang, menyesal tak ada artinya. Menjaga adalah langkah yang paling utama untuk kelangsungan hidup anak cucu kelak.

AGUS PRAMONO, Pulang Pisau

“LESTARI alamku, lestari desaku, di mana Tuhanku menitipkan aku.” Penggalan lirik dari lagu berjudul Berita Cuaca karya Gombloh itu menggambarkan asa yang ingin diwujudkan oleh warga Desa Parahangan.

Desa yang berada di Kabupaten Pulang Pisau itu memang masih awam di telinga masyarakat. Kalah istimewa dibanding Desa Belanti Siam yang dikenal dengan food estate-nya. Kalah viral dengan Desa Penda Barania yang dikenal dengan banjirnya, sampai-sampai memutus jalur darat antarkabupaten/kota.

Namun, desa yang ada di Kecamatan Kahayan Tengah ini memiliki modal untuk menjadi desa yang maju. Mulai dari ketersediaan lahan, keindahan alam, luasnya hutan desa yang masih perawan, dan yang terpenting adalah gairah warganya.

Akhir pekan lalu, pagi-pagi saya (penulis) berangkat ke sana. Menumpang mobil. Jarak tempuhnya 46 kilometer dari Palangka Raya. Gabak sepanjang jalan. Tanpa hujan. 85 menit berlalu, akhirnya sampai juga di tujuan. Agak lambat dari estimasi awal. Kata sopirnya, biasanya satu jam. Wajar lambat. Karena sempat macet di desa yang selalu viral ketika musim hujan. Aspal jalan rusak. Terkikis oleh banjir.

Baca Juga :  Vonis Edy Mulyadi Ringan, Kawal Sidang Adat Dayak

Sesampai di sana, disambut hangat oleh pemuda-pemudi desa. Mereka mengatasnamakan kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Ada yang masih sekolah. Ada yang sudah siap menikah. Para taruna itulah yang kelak menjadi pilar utama keberlangsungan desa.

Dalam kesempatan itu, mereka ingin menunjukkan Agrowisata Tanggaring. Berdiri di lahan tak lebih satu hektare. Ada sungai selebar tiga meter. Namanya Sungai Tanggaring. Airnya kemerah-merahan khas Kalimantan.

Sekilas memang tak istimewa. Di dalamnya hanya ada tenda untuk kamping dan bersantai. Ada tempat duduk lesehan di bawah pohon. Ada juga tanaman dari berbagai jenis sayuran di sekitarnya.

MERINTIS WISATA: Agrowisata Tanggaring di Desa Parahangan menawarkan wisata alam dan susur sungai. FOTO: FOTO: AGUS PRAMONO/KALTENG POS

Ke depan, selain menawarkan keindahan alam, ada juga mancakrida. Lalu akan dipajang hasil kerajinan tangan. Cocok banget bagi warga kota yang ingin bersantai ria. Bagi pengguna jalan ruas Palangka Raya-Gunung Mas, jika ingin mencari tempat melepas lelah, juga akan tersedia. Berbagai jenis makanan lokal dan minuman pelepas dahaga tak ketinggalan.

Baca Juga :  PPDB dan PTM, Harus Lampirkan Surat Vaksinasi Orang Tua

“Kami bermimpi berperan memajukan desa, ini cara kami, meski masih banyak kekurangan,” ucap Ketua Pokdarwis Ahmad Junaidi saat menyampaikan sambutan dalam acara peresmian yang sangat sederhana.

Duduk di bagian depan Camat Kahayan Tengah Siswo dan Kepala Desa Parahangan Agus Yulianto yang dipercaya untuk meresmikan. Dua orang asli Jawa Timur yang sudah fasih bahasa lokal. Menemani kedua orang itu, Penyuluh Kehutanan UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kahayan Tengah Nikolaus Dandi dan perwakilan kepolisian.
Tak ada spanduk yang terpampang di belakang mereka seperti acara resmi pada umumnya. Namun, lagu Indonesia Raya tetap cumengkling mengawali kegiatan. Mereka juga tak melupakan tradisi lokal. Tarian selamat datang ditampilkan oleh dua remaja perempuan sebelum pemotongan pita.

Begitu kekayaan dan keindahan alam hilang, menyesal tak ada artinya. Menjaga adalah langkah yang paling utama untuk kelangsungan hidup anak cucu kelak.

AGUS PRAMONO, Pulang Pisau

“LESTARI alamku, lestari desaku, di mana Tuhanku menitipkan aku.” Penggalan lirik dari lagu berjudul Berita Cuaca karya Gombloh itu menggambarkan asa yang ingin diwujudkan oleh warga Desa Parahangan.

Desa yang berada di Kabupaten Pulang Pisau itu memang masih awam di telinga masyarakat. Kalah istimewa dibanding Desa Belanti Siam yang dikenal dengan food estate-nya. Kalah viral dengan Desa Penda Barania yang dikenal dengan banjirnya, sampai-sampai memutus jalur darat antarkabupaten/kota.

Namun, desa yang ada di Kecamatan Kahayan Tengah ini memiliki modal untuk menjadi desa yang maju. Mulai dari ketersediaan lahan, keindahan alam, luasnya hutan desa yang masih perawan, dan yang terpenting adalah gairah warganya.

Akhir pekan lalu, pagi-pagi saya (penulis) berangkat ke sana. Menumpang mobil. Jarak tempuhnya 46 kilometer dari Palangka Raya. Gabak sepanjang jalan. Tanpa hujan. 85 menit berlalu, akhirnya sampai juga di tujuan. Agak lambat dari estimasi awal. Kata sopirnya, biasanya satu jam. Wajar lambat. Karena sempat macet di desa yang selalu viral ketika musim hujan. Aspal jalan rusak. Terkikis oleh banjir.

Baca Juga :  Vonis Edy Mulyadi Ringan, Kawal Sidang Adat Dayak

Sesampai di sana, disambut hangat oleh pemuda-pemudi desa. Mereka mengatasnamakan kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Ada yang masih sekolah. Ada yang sudah siap menikah. Para taruna itulah yang kelak menjadi pilar utama keberlangsungan desa.

Dalam kesempatan itu, mereka ingin menunjukkan Agrowisata Tanggaring. Berdiri di lahan tak lebih satu hektare. Ada sungai selebar tiga meter. Namanya Sungai Tanggaring. Airnya kemerah-merahan khas Kalimantan.

Sekilas memang tak istimewa. Di dalamnya hanya ada tenda untuk kamping dan bersantai. Ada tempat duduk lesehan di bawah pohon. Ada juga tanaman dari berbagai jenis sayuran di sekitarnya.

MERINTIS WISATA: Agrowisata Tanggaring di Desa Parahangan menawarkan wisata alam dan susur sungai. FOTO: FOTO: AGUS PRAMONO/KALTENG POS

Ke depan, selain menawarkan keindahan alam, ada juga mancakrida. Lalu akan dipajang hasil kerajinan tangan. Cocok banget bagi warga kota yang ingin bersantai ria. Bagi pengguna jalan ruas Palangka Raya-Gunung Mas, jika ingin mencari tempat melepas lelah, juga akan tersedia. Berbagai jenis makanan lokal dan minuman pelepas dahaga tak ketinggalan.

Baca Juga :  PPDB dan PTM, Harus Lampirkan Surat Vaksinasi Orang Tua

“Kami bermimpi berperan memajukan desa, ini cara kami, meski masih banyak kekurangan,” ucap Ketua Pokdarwis Ahmad Junaidi saat menyampaikan sambutan dalam acara peresmian yang sangat sederhana.

Duduk di bagian depan Camat Kahayan Tengah Siswo dan Kepala Desa Parahangan Agus Yulianto yang dipercaya untuk meresmikan. Dua orang asli Jawa Timur yang sudah fasih bahasa lokal. Menemani kedua orang itu, Penyuluh Kehutanan UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kahayan Tengah Nikolaus Dandi dan perwakilan kepolisian.
Tak ada spanduk yang terpampang di belakang mereka seperti acara resmi pada umumnya. Namun, lagu Indonesia Raya tetap cumengkling mengawali kegiatan. Mereka juga tak melupakan tradisi lokal. Tarian selamat datang ditampilkan oleh dua remaja perempuan sebelum pemotongan pita.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/