Sebagai tim garis depan melawan Covid-19, imunitas para tenaga kesehatan (nakes) harus dipastikan maksimal. Karena untuk mencegah terpapar virus tidak cukup hanya dengan memakai alat pelindung diri (APD), tapi juga perlu imun yang kuat untuk membentengi diri. Caranya dengan mendapatkan vaksinasi.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
JUMAT (6/8), nakes di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya diberikan vaksinasi dosis ketiga. Vaksinasi kali ini tidak menggunakan vaksin Sinovac sebagaimana yang diberikan pada dosis pertama dan kedua, melainkan vaksin Moderna yang didatangkan beberapa waktu lalu.
Pemberian vaksin dosis ketiga kepada tim garis depan penanganan Covid-19 ini merupakan bentuk perlindungan bagi nakes agar daya tahan tubuh makin kuat, sehingga setiap hari selalu siap bergulat dalam menangani pasien yang terpapar virus mematikan ini. Apalagi tiap hari para nakes melakukan tindakan pemeriksaan Covid-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), serta perawatan kepada pasien (treatment). Termasuk mengejar target penyuntikan vaksin Covid-19.
“Vaksinasi dosis ketiga untuk nakes ini memang program pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada para nakes, terutama yang bertugas di fasilitas kesehatan dan berhadapan langsung dengang penyakit atau virus ini,” kata Direktur RSDS Palangka Raya Yayu Indriaty saat diwawancarai usai menerima vaksinasi dosis ketiga, kemarin.
Dijelaskannya, pada Juli lalu memang terjadi peningkatan angka kasus nakes terpapar Covid-19, meski sudah mendapat vaksinasi tahap satu dan dua. Beruntung bahwa sampai saat ini tidak ada nakes yang mengalami gejala berat atau kasus parah. Rata-rata hanya menjalani isolasi mandiri (isoman).
“Vaksinasi dosis tiga ini adalah upaya pemerintah supaya nakes yang melayani kesehatan bisa memiliki antibodi kuat sehingga memiliki sel memori yang tinggi, apabila nanti terpapar Covid-19, daya tahan tubuh siap mengadakan pertahanan untuk menghadapi serangan virus ini,” bebernya.
Seperti diketahui virus ini bisa sembuh sendiri. Namun apabila daya tahan tubuh tidak kuat, maka virus akan mudah menyerang paru. Jika seseorang tidak memiliki antibodi yang kuat, dampaknya akan parah. Pihaknya juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat yang sampai saat ini belum menerima vaksinasi dosis pertama maupun kedua.
“Kami sudah mendapatkan vaksinasi dosis ketiga, tapi ada warga yang belum lengkap terima vaksinasi, bahkan ada yang belum dapat sama sekali,” tegasnya.
Alokasi vaksinasi tahap tiga di RSDS sebanyak 1.400 dosis. Ini akan dilakukan secara bertahap. Per hari bisa disuntikkan 75 hingga 100 dosis.
Seperti diketahui, capaian vaksinasi di Kalteng saat ini sudah berkisar 21 persen atau lebih dari 400.000 jiwa. Namun perlu disadari oleh masyarakat bahwa vaksin yang diterima Kalteng jumlahnya terbatas sesuai jatah pendistribusian dari pemerintah pusat. Sebab, vaksin yang digunakan di Indonesia diimpor dari negara lain.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, saat ini seluruh orang di Indonesia berebut vaksin. Hanya pemerintah pusat yang bisa membeli vaksin. Daerah tidak bisa membelinya.
“Namun kami tetap yakin bahwa target 70 persen masyarakat Kalteng mendapat vaksinasi bisa tercapai,” katanya.
Diungkapkan Suyuti, kemampuan Kalteng melaksanakan vaksinasi sebanyak 50 ribu dosis per hari. Dari total sasaran 1,8 juta penduduk, saat ini warga Kalteng yang sudah divaksin sekitar 400 ribu orang. Diperkirakan masih ada 1,4 juta jiwa yang belum divaksin.
“Jika sepuluh hari saja bisa dilakukan vaksinasi untuk 500 orang, maka dalam sebulan sudah bisa memberi vaksinasi untuk 1,5 juta orang, artinya dalam dua bulan saja sudah bisa mencapai target,” ungkapnya.
Hal itu akan tercapai jika stok vaksin mencukupi. Namun kenyataannya bawah Kalteng sangat bergantung pada pendistribusian vaksin dari pusat. Target vaksinasi akan mudah dicapai apabila pendistribusian vaksin dari pusat lancar. Pada sisi lain, tidak mudah bagi pemerintah pusat untuk mendatangkan vaksin dari luar negeri.
“Karena itu masyarakat diminta bersabar ya, sudah pasti bahwa semua warga Kalteng akan kami suntik vaksin, sebelum mendapat vaksinasi, kuncinya hanyalah taat prokes,” tegasnya.
Suyuti menyebut, jika ada warga yang sudah mendapat vaksinasi tahap pertama maupun kedua, tapi masih saja terpapar virus, hal itu dinilai wajar. Permasalahan bukanlah pada program vaksinasinya. Sebab, program vaksinasi ini untuk menciptakan kekebalan kelompok, bukan kekebalan individu.
“Kekebalan kelompok itu akan terbentuk jika sudah 70 persen penduduk divaksin, jika saat ini masih tercapai 21 persen, kemudian ada 10 atau 20 orang yang terpapar setelah divaksin, itu tidak masalah, karena memang belum terbentuk kekebalan kelompoknya,” ucapnya. (*/ce/ala)