“Semenjak saya bertugas di sekolah ini 2005 lalu, tidak pernah mendapati satu kelas itu dihuni oleh lebih dari sepuluh murid, kecuali kelas enam yang tahun ini lulus, jumlah mereka sebelas orang,” ucap Dino.Pria yang ramah dan suka bercanda ini menyebut, selama ini jumlah peserta didik dalam satu kelas hanya dua hingga empat murid saja. Total murid SDN 1 Tanjung Pusaka tahun ini 14 orang. Awalnya 20 orang, 11 murid telah lulus. Ada lima murid baru pada penerimaan tahun ini. Sehingga totalnya 14 murid saat ini.“Pernah terjadi dalam satu kelas hanya ada satu orang saja, karena memang hanya ada satu pendaftar, kondisi desa yang memang hanya ada satu anak saja yang memiliki cukup usia untuk masuk jenjang SD,” tegas dia.
Dino diangkat menjadi Plt Kepala Sekolah SDN Tanjung Pusaka sejak 2017 lalu. Berdasarkan pangkat, semestinya ia belum bisa menduduki jabatan sebagai kepala sekolah. Namun karena kepala sekolah sebelumnya pensiun, ia pun diangkat menempati posisi jabatan untuk eselon IIIa itu.“Awal bertugas di sekolah ini, saya menetap di sini selama dua tahun, tapi kemudian saja putuskan tinggal di Palangka Raya, tiap hari pulang pergi Palangka Raya-Pulang Pisau,” ujarnya.Hal serupa juga dilakukan rekan guru. Semua guru di sekolah ini berasal dari Kota Palangka Raya.
Ada empat guru PNS dan satu guru honorer.“Walau kondisi seperti ini, saya masih betah mengajar di sini, karena saya sayang sama anak-anak, dan saya bangga menjadi seorang guru,” tegas dia.Pihaknya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kepedulian tim Donasi Literasi yang rela datang ke desa yang aksesnya cukup sulit. “Harapan kami bantuan yang diberikan ini dapat memberi manfaat kepada anak-anak kami,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua RT III Tanjung Taruna Sino mengatakan, wilayah Tanjung Pusaka awalnya bagian dari Desa Tumbang Nusa. Karena ada pemekaran, lalu masuk dalam wilayah administrasi Desa Tanjung Taruna. Tanjung Pusaka ini hanya memiliki panjang wilayah 400 meter saja. Semua rumah warga berdiri di bantaran Sungai Kahayan.“Tidak ada rumah lagi selain di 400 meter ini, ada rumah di sisi kanan dan kiri sepanjang jalan 400 meter ini, hanya ada 46 KK seluruhnya,” katanya saat dibincangi.
Mata pencaharian sebagian besar masyarakat desa ini sebagai nelayan. Mengambil sumber daya alam berupa ikan dari Sungai Kahayan, dikumpulkan pada satu orang, lalu dikirim ke Kota Palangka Raya. Sungguh sebuah kehidupan yang serbakurang. Mulai dari kurang listrik hingga kurang air bersih.“Kami tidak ada listrik, untuk penerangan mengandalkan tenaga surta bantuan pemerintah tujuh tahun lalu, tapi sudah banyak yang rusak, sebagian warga ada yang sudah memiliki genset,” bebernya.