Memiliki keterbatasan bukan jadi alasan untuk berdiam diri. Justru keterbatasan itu mendorong Galang Ramadan ingin membuktikan bahwa tiap manusia memiliki hak yang sama. Termasuk berpresti di dunia pendidikan.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
PERJUANGAN memang tak mengkhianati hasil. Ketekunan dan bakat yang dimiliki Galang Ramadan berhasil membawanya meraih juara satu LKSN PDBK cabang membatik. Galang Ramadan pun siap mewakili Kalteng untuk berlomba pada tingkat nasional Oktober mendatang. Ia (Galang, red) merupakan siswa SLB 1 Pulang Pisau. Seorang tunarungu sekaligus tunawicara. Meski demikian, ia memiliki bakat luar biasa di bidang lukis. Karena itulah ia bisa membatik.
“Saya bangga bisa juara satu, saya tidak minder, nantinya saya ingin mengembangkan bakat ini dan ingin menjadi pembatik profesional,” ucapnya menggunakan bahasa isyarat yang kemudian diterjemahkan pendampingnya.
Guru pendamping membatik SLB 1 Pulang Pisau Wanto Pirnadi mengatakan, pihaknya mengirimkan peserta untuk sembilan cabang lomba. Berharap kegiatan lomba ini dapat memberi manfaat kepada peserta didik.
“Keterampilan ini untuk mereka nanti saat lulus dari SLB sehingga bisa mandiri,” tegasnya.
Sebagai pembimbing di sekolah, pihaknya berusaha maksimal membantu peserta didik agar bisa menyalurkan bakat dan potensi diri selama ada kemauan. Meski dengan segala keterbatasan, para peserta didiknya masih bisa bersaing dengan peserta dari SLB lain.
“Karya peserta didik kami sudah banyak dijual di beberapa gerai, antara lain olahan makanan dan hasil kerajinan tangan dari rotan seperti tas,” bebernya.
Untuk menjaring bakat kaum disabilitas di Kalteng, tiap tahun Dinas Pendidikan (Disdik) Kalteng menggelar lomba keterampilan siswa nasional peserta didik berkebutuhan khusus (LKSN-PDBK) bagi peserta didik yang menempuh pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) di Kalteng jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
LKSN digelar selama empat hari, sejak 4 hingga 7 Juli lalu. Ada sembilan cabang lomba yang diseleksi. Nantinya pemenang tiap cabang lomba akan mewakili Kalteng ke tingkat nasional. Kepala Seksi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter Pendidikan Khusus Juliansyah mengatakan, sembilan cabang tersebut di antaranya membatik, kriya kayu, tata boga, kecantikan, merangkai bunga, menjahit, teknologi informasi (TI), hantaran, dan kreasi barang bekas.
“Sembilan cabang lomba ini pelaksanaannya tersebar di beberapa titik, misalnya lomba membatik dilaksanakan di tempat membatik, begitu pun cabang lomba lainnya,” katanya saat diwawancarai di Batik Paramita, tempat digelarnya lomba membatik untuk LKSN tahun ini.
Diungkapkannya, LKSN ini memiliki dua tujuan. Selain sebagai agenda tahunan yang pelaksanaannya berjenjang dari tingkat sekolah, provinsi, hingga nasional, pihaknya juga berharap agar melalui perlombaan ini keterampailan dan bakat yang dimiliki peserta didik selama menempuh pendidikan di SLB bisa diekspos sehingga menjadi bekal masa depan peserta didik saat telah lulus sekolah nanti.
“Sistem registrasi perlombaan seleksi ini sesuai kuota, jadi sekolah yang mau ikut harus mendaftar terlebih dahulu, apabila kuota penuh, maka kami tutup,” ungkapnya.
Ada 67 kuota dari sembilan cabang yang dilombakan. Tahun ini hanya Kabupaten Kapuas dan Lamandau yang tidak mengirimkan peserta didik.
Buah dari keterampilan yang dibekali kepada para peserta didik ini, tahun lalu telah membuahkan hasil. Pasalnya, putra-putri daerah Kalteng membawa pulang juara III kategori informasi teknologi (IT) dan juara harapan II cabang menjahit.
“Penghargaan itu kami peroleh tahun lalu pada perlombaan di kancah nasional, harapannya tahun ini kami bisa dapat prestasi yang lebih baik lagi. Perlombaan tingkat nasional tahun ini akan dilaksanakan secara daring karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, pelaksanaannya mulai Oktober hingga November,” sebutnya.
Saat ini Kalteng memang belum memiliki pusat pembinaan bakat siswa disabilitas. Ke depan, lanjut dia, diharapkan Kalteng memiliki pusat pembinaan agar dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam mengembangkan bakat dan kemampuan.
“Selama ini pembinaan dilakukan di sekolah-sekolah saja, sehingga pretasi peserta didik tergantung oleh sekolah dan guru-guru pendamping, jika pembinaan kurang, maka prestasi juga akan kurang, apabila sudah memiliki pusat pembinaan, anak-anak akan dibina di situ,” pungkasnya. (*/ce/ala)