Rabu, Oktober 2, 2024
25 C
Palangkaraya

Kisah Pembatik Benang Bintik di Kota Cantik

Satu tahun mengais rezeki di perantauan, Anang memutuskan untuk mempersunting Paramita, gadis Dayak asal Kabupaten Pulang Pisau. Pada tahun ketiga masa kerjanya, ia memilih berhenti dari pekerjaannya itu, lalu mendirikan usaha sendiri.

“Saat itu saya hanya memiliki satu karyawan untuk membantu saya membatik, istri saya yang keluar memasarkan batik, termasuk mengikuti berbagai agenda pameran,” katanya kepada Kalteng Pos.

Saat itu Anang bersama istrinya masih menyewa rumah yang sekaligus digunakan sebagai rumah produksi membatik. Setelah enam tahun berjalan, ia pun bisa membangun rumah pribadi di Jalan Badak. Rumah produksi dibangun tepat di depan rumahnya itu.

“Saya sudah enam tahun berada di rumah ini, jadi usaha saya membatik dari 2009 hingga 2021 sudah berjalan selama 12 tahun,” ujarnya.

Pria tiga anak ini menyebut, selain untuk mendapatkan penghasilan, tujuannya mengembangkan usaha benang bintik ini adalah untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Karyawan yang bekerja di rumah produksi itu semuanya merupakan warga sekitar. Rata-rata merupakan warga asli Kalteng.

Baca Juga :  Jalur Trans Kalimantan di Kasongan Ditutup Sementara

“Mereka bukan orang Jawa, hanya ada satu yang orang Jawa. Para perempuan perajin batik ini semuanya orang sini (suku Dayak),” ucap dia.

Ia berharap usaha yang dirintisnya dari nol ini bisa menjadi pusat pendidikan bagi anak-anak Kalteng yang berkeinginan belajar membatik. Ia merasa bangga karena kegiatan lomba keterampilan siswa nasional peserta didik berkebutuhan khusus (LKSN-PDBK) yang digelar oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kalteng beberapa waktu lalu dilaksanakan di rumah produksinya.

“Kami ingin usaha ini juga menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak di Kalteng untuk belajar membatik khas daerah ini,” ujarnya.

Dijelaskan Anang, ada dua cara membatik yang digunakan, yakni batik cap dan batik tulis. Semua teknik yang dilakukan secara manual, termasuk batik cap. Anang perlu menggambar terlebih dahulu secara manual, dan selanjutnya dibuatkan canting. Proses dalam batik tulis juga dilakukan secara manual.

Baca Juga :  Gugatan Reja Framika ke Partai Solidaritas Indonesia Kandas di Pengadilan

“Saya tidak menggunakan komputer, motifnya saya gambar secara manual pakai pensil,” ucap dia.

Pada dasarnya menggunakan motif batang garing. Selebihnya dikreasi sendiri. Proses mendesain skema batik ini memerlukan waktu tiga hari.

“Untuk batik tulis, terlebih dahulu saya menggambar, kemudian perajin membatik menggunakan canting secara manual. Selanjutnya batikan itu diberi warna, lalu warna batik itu ditutup dengan lilin yang dicairkan. Setelah kering, kain dicelupkan pada pewarna dasar kain. Selanjutnya dikebas agar warna muncul. Setelah itu kain direbus untuk menghilangkan lilin. Sebagai finishingnya, kain dijemur,” beber Anang.

Satu tahun mengais rezeki di perantauan, Anang memutuskan untuk mempersunting Paramita, gadis Dayak asal Kabupaten Pulang Pisau. Pada tahun ketiga masa kerjanya, ia memilih berhenti dari pekerjaannya itu, lalu mendirikan usaha sendiri.

“Saat itu saya hanya memiliki satu karyawan untuk membantu saya membatik, istri saya yang keluar memasarkan batik, termasuk mengikuti berbagai agenda pameran,” katanya kepada Kalteng Pos.

Saat itu Anang bersama istrinya masih menyewa rumah yang sekaligus digunakan sebagai rumah produksi membatik. Setelah enam tahun berjalan, ia pun bisa membangun rumah pribadi di Jalan Badak. Rumah produksi dibangun tepat di depan rumahnya itu.

“Saya sudah enam tahun berada di rumah ini, jadi usaha saya membatik dari 2009 hingga 2021 sudah berjalan selama 12 tahun,” ujarnya.

Pria tiga anak ini menyebut, selain untuk mendapatkan penghasilan, tujuannya mengembangkan usaha benang bintik ini adalah untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Karyawan yang bekerja di rumah produksi itu semuanya merupakan warga sekitar. Rata-rata merupakan warga asli Kalteng.

Baca Juga :  Jalur Trans Kalimantan di Kasongan Ditutup Sementara

“Mereka bukan orang Jawa, hanya ada satu yang orang Jawa. Para perempuan perajin batik ini semuanya orang sini (suku Dayak),” ucap dia.

Ia berharap usaha yang dirintisnya dari nol ini bisa menjadi pusat pendidikan bagi anak-anak Kalteng yang berkeinginan belajar membatik. Ia merasa bangga karena kegiatan lomba keterampilan siswa nasional peserta didik berkebutuhan khusus (LKSN-PDBK) yang digelar oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kalteng beberapa waktu lalu dilaksanakan di rumah produksinya.

“Kami ingin usaha ini juga menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak di Kalteng untuk belajar membatik khas daerah ini,” ujarnya.

Dijelaskan Anang, ada dua cara membatik yang digunakan, yakni batik cap dan batik tulis. Semua teknik yang dilakukan secara manual, termasuk batik cap. Anang perlu menggambar terlebih dahulu secara manual, dan selanjutnya dibuatkan canting. Proses dalam batik tulis juga dilakukan secara manual.

Baca Juga :  Gugatan Reja Framika ke Partai Solidaritas Indonesia Kandas di Pengadilan

“Saya tidak menggunakan komputer, motifnya saya gambar secara manual pakai pensil,” ucap dia.

Pada dasarnya menggunakan motif batang garing. Selebihnya dikreasi sendiri. Proses mendesain skema batik ini memerlukan waktu tiga hari.

“Untuk batik tulis, terlebih dahulu saya menggambar, kemudian perajin membatik menggunakan canting secara manual. Selanjutnya batikan itu diberi warna, lalu warna batik itu ditutup dengan lilin yang dicairkan. Setelah kering, kain dicelupkan pada pewarna dasar kain. Selanjutnya dikebas agar warna muncul. Setelah itu kain direbus untuk menghilangkan lilin. Sebagai finishingnya, kain dijemur,” beber Anang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/