Bermula dari sini, Dicki makin menggemari dunia fotografi. Setelah lulus SMA, ia memutuskan bergabung dengan beberapa komunitas fotografi untuk menekuni hobinya itu. Namun karena belum memiliki modal yang cukup, ia memutuskan untuk bekerja.
“Pekerjaan pertama saya setelah lulus SMA adalah menjaga rental play station selama enam bulan, kemudian lanjut kerja di salah satu perusahaan BUMN, tapi hobi saya di fotografi tetap berjalan,” kisah Dicki saat ditemui di studionya, Jalan Arjuna, Palangka Raya.
Tidak lama kemudian, pria kelahiran 20 Februari 1997 ini memutuskan melanjutkan pendidikan di Universitas Palangka Raya. Mengambil jurusan ekonomi dan bisnis. Ia pun memutuskan berhenti bekerja. Memutuskan untuk serius menekuni hobinya.
“Saya coba cari komunitas dan relasi untuk menghidupkan hobi saya, akhirnya saya menemukan Komunitas Hitam Putih Borneo melalui akun Instagram, saat dibuka kelas foto angkatan 2 yang merupakan anak komunitas Hitam Putih Borneo ini, saya pun ikut kelas itu,” tuturnya.
Keputusan itu diambilnya karena usahanya untuk belajar fotografi secara autodidak melalui YouTube tidak membuahkan hasil. Pemuda Dayak ini merasa bahwa belajar tanpa mentor terasa kurang maksimal. Ada beberapa hal yang tak dapat dijawab selama belajar mandiri. Selain itu, beberapa ide yang ingin diwujudkan tak tercapai.
“Saya masuk Kelas Foto Borneo itu pada 2019 dan menjadi angkatan kedua. Di kelas itu saya diajarkan dasar-dasar fotografi, mulai dari teori hingga praktiknya, itu berlangsung selama enam bulan,” ucapnya.
Namun perjalannya tidaklah mulus. Sempat terpikir di benaknya untuk berhenti. Tidak melanjutkan belajar fotografi di Kelas Foto Borneo. Apalagi saat itu ia juga sibuk dengan kuliahnya. Ia tak ingin membebani orang tuanya. Ia berpikir untuk bekerja lagi. Apa pun pekerjaannya.