“Air mulai masuk ke rumah warga Sabtu malam. Ketinggian di dalam rumah sekitar 5-10 cm,” ujar Lurah Tumbang Rungan Ekoheriyanto kepada Kalteng Pos.
Selain itu, ribuan rumah warga di Jalan Kompleks Sosial Mendawai dan Jalan Anoi, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya juga terdampak banjir. Banjir kali ini disebut-sebut yang terparah dalam beberapa tahun belakangan. Di Jalan Anoi, RT 03 , RT 07, dan RT 09 RW 07 terendam cukup parah. Tak hanya rumah warga, banjir juga merendam beberapa fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, dan puskesmas. Ketinggian air yang merendam rumah warga bervariasi. Mulai dari setinggi paha orang dewasa hingga melebihi pinggang. Bahkan di beberapa titik mencapai dada orang dewasa.
Menurut keterangan Ancau warga RT 09 RW 07, banjir di kompleks tempat tinggalnya itu mulai terjadi Sabtu malam, bertepatan dengan hujan deras yang mengguyur wilayah kota Palangka Raya. “Sore memang air naik, tapi jalan ini masih kering, air belum masuk ke rumah, pas tadi pagi (kemarin) air sudah tinggi, naiknya cepat,” ucap Ancau.
Ancau yang mengaku sudah sekitar sepuluh tahun lebih tinggal di daerah itu, memperkirakan genangan air akan makin tinggi.
Meski banjir kali ini cukup parah, tapi masih banyak warga yang memilih bertahan di rumah masing masing. Mereka mengkhawatirkan harta benda jika harus meninggalkan rumah. Alasan warga itu dibenarkan Wardi, salah satu ketua RT di kompleks Mendawai.
“Kami sudah imbau kepada warga untuk mengungsi, memang ada yang mau, tapi kebanyakan masih bertahan di rumah masing masing karena takut barang-barang di rumah bisa berhamburan kalau banjir makin parah,” ujar ketua RT 03 ini kepada Kalteng Pos, kemarin.
Ditambahkannya, warga yang memilih bertahan, membuat semacam dek di dalam rumah sebagai tempat untuk untuk menaruh barang-barang sekaligus untuk tinggal sementara menghindari banjir. Wardi mengaku khawatir dengan keselamatan beberapa warga yang sempat terjebak banjir.
Saat ditanya perihal yang paling dibutuhkan warga saat ini, Wardi mengatakan, yang paling dibutuhkan adalah perahu karet untuk mobilisasi warga serta bantuan sembako.
“Sembako itu khusus untuk warga yang bertahan di rumah, karena mereka tidak bisa ke mana-mana untuk memenuhi kebutuhan hidup,” kata Wardi.
Sementara itu, Camat Jekan Raya Sri Utomo mengakui bahwa banjir yang terjadi di wilayah Jekan Raya khususnya di kompleks Mendawai Sosial dan Jalan Anoi merupakan banjir terparah yang pernah terjadi. “Sepertinya ini banjir yang paling besar,” kata Sri Utomo.
Ia mengungkapkan, khusus wilayah Jekan Raya, banjir terjadi di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Palangka, Bukit Tunggal, dan Petuk Ketimpun. Yang paling parah mengalami kebanjiran adalah Kelurahan Palangka. Banjir terjadi di 6 RW yang meliputi 25 RT yang ada di wilayah tersebut. “Ada sekitar 1.560 kk atau 1.869 jiwa yang terdampak banjir ini,” ujarnya.
Dikatakan Sri Utomo, khusus untuk warga korban banjir di kompleks Mendawai dan Jalan Anoi, pihak kecamatan bekerja sama dengan Dinas Perdagangan Kota Palangka Raya menyiapkan tempat pengungsian yang berlokasi di kompleks Pasar Kahayan.
“Di situ ada kios kosong yang belum digunakan, bisa dipakai sementara untuk tenpat pengungsian dan dapur umum,” ungkapnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Erlin Hardi menyampaikan perkembangan kondisi bencana banjir di Kalteng per Minggu (14/11), pukul 07.00 WIB. Sudah ada lima daerah yang terdampak. Di antaranya, Kabupaten Pulang Pisau, Kotawaringin Timur (Kotim), dan Kota Palangka Raya dengan status siaga darurat banjir.
“Ada lima kabupaten/kota terdampak banjir, tapi untuk Kabupaten Katingan dan Barito Selatan (Barsel) belum ada status,” katanya saat diwawancara Kalteng Pos, Minggu (14/11).