Usia tak menghalangi seseorang untuk berkreasi. Seperti yang dilakukan oleh Dian Purnawati. Perempuan 46 tahun ini menjadi pusat perhatian setelah produk olahannya memenangi Lomba Inovasi Daerah Palangka Raya.
PATHUR RAHMAN, Palangka Raya
DIAN Purnawati merupakan satu dari sekian banyak pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Palangka Raya yang mengikuti Lomba Inovasi Daerah Palangka Raya. Awalnya ibu satu anak ini mengaku tidak berniat untuk ikut lomba bertajuk Inovasi Ekonomi Cerdas oleh Pelaku UMKM ini. Sebab menurutnya yang bakal meraih juara adalah produk-produk yang menarik dan bagus.
Namun, dua hari menjelang batas akhir atau deadline pengiriman karya lomba, Dian langsung tancap gas membuat video tas belanja hasil kerajinan tangannya dari kain perca atau kain sisa.
“Saya mengirimkan karya tas belanja kain perca itu bisa dikatakan sudah deadlinenya, saya kirim saat batas waktu terakhir pengiriman karya dan video, pembuatan tas itu saya kebut selama dua hari,” cerita Dian Purnawati saat berbincang dengan Kalteng Pos di kediamannya, Jalan Putri Karindang I, Nomor 6, Palangka Raya, Rabu (15/9).
Ia mengaku tidak membuat karya lain dalam Lomba Inovasi Daerah Kota Palangka Raya kali ini. Hanya fokus pada pembuatan tas belanja dari kain perca.
Saat pengumuman, ternyata karya tangannya terpilih sebagai juara satu. Dian mengaku tak menyangka bisa menyabet juara pertama. “Semua berkat dukungan teman-teman UMKM mas, jadi saya ikut lomba ini di waktu deadline,” ungkap Dian.
Saking senangnya, Dian memutuskan untuk memberi satu karya tangannya itu sebagai cendera mata untuk Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin.
Dian menjelaskan, untuk promosi pemasaran karya tangannya, ia masih mengandalkan media sosial. Terkadang tas buatannya itu ia pakai saat jalan-jalan sekaligus promosi atau endorse secara tak langsung.
Dian berterima kasih kepada Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya yang telah mengapresiasi karyanya. Juga terhadap Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Kota Palangka Raya yang memberinya mesin jahit baru.
“Untuk melihat koleksi tas belanja dan sarung bantal dari kain perca ini, bisa datang saja ke Galery DP Craft di Jalan Putri Karindang I, Nomor 6, ayo main ke galeri kami sambil lihat-lihat koleksi,” ajaknya.
Dian menceritakan, awal mula dirinya bisa menyulap kain sisa menjadi barang-barang berharga karena kepeduliannya dengan lingkungan yang bersih dari sampah, baik sampah rumah tangga maupun sampah industri.
Kepeduliannya itu sudah terlihat sejak 2018 lalu. Kala itu dia melihat cukup banyak sampah kain bekas baju seragam suaminya. Ia pun berpikir bahwa sangat disayangkan bila dibuang begitu saja. Iseng ia membuat sarung bantal dari kain sisa yang dijahit sedemikian rupa.
“Awalnya iseng saja, trus ada temen ke rumah dan lihat sarung bantal dari kain perca itu, lalu saya diminta buat untuknya,” ujar Dian.
Dari situlah Dian mulai memanfaatkan kain sisa atau kain perca dan menjadikannya sesuatu yang bernilai ekonomis. Dan tentunya bisa digunakan kembali oleh masyarakat.
Pada awalnya, ibu berusia 46 tahun ini mendapatkan kain perca dari penjahit secara cuma-Cuma, karena memang kain-kain perca itu tidak dipakai lagi. Lama-kelamaan ia merasa tak enak hati. Ia memutuskan untuk membeli kain perca dari para penjahit dengan harga bervariatif per kantongnya. Tergantung jenis kainnya. Mulai dari Rp15 ribu rupiah untuk kain biasa hingga Rp50 ribu untuk kain batik khas Kalteng.
“Kain perca ini kan sayang kalau dibuang dan dibakar begitu saja, karena saya sangat cinta dan peduli lingkungan, makanya saya sulap kain perca jadi sarung bantal dan tas belanja,” ungkap Dian.
Untuk pembuatan satu set (lima buah sarung bantal dan satu taplak meja) memakan waktu sekitar tiga sampai enam hari. Per paketnya dijual sekitar Rp400 ribu.
Setelah sukses di pembuatan sarung bantal dari kain perca, Dian melihat ada sisi lain dari kain perca yang bisa dimanfaatkan. Muncul ide membuat tas belanja untuk menggantikan penggunaan kantong plastik untuk berbelanja. Tentunya sangat ramah lingkungan, karena tas belanja ini bisa digunakan berulang kali dibandingkan kantong plastik.
Karena rasa peduli akan go green Kota Palangka Raya, tas belanja karyanya itu ia promosikan secara langsung kepada masyarakat dengan cara memakainya saat jalan-jalan. Alhasil banyak yang berminat membeli tas belanja buatannya.
Dian menyebut, pembuatan satu tas belanja bisa memakan waktu satu hari, sesuai tingkat kerumitan motifnya. Satu tas belanja dijual dengan harga mulai dari Rp40 ribu sampai Rp80 ribu. Bahan dasar tas itu berupa perpaduan antara kain blancu atau kain yang biasa digunakan untuk karung tepung terigu, lalu dipadukan dengan motif kain perca yang disambung sedemikian rupa. Untuk menyambungkan satu meter kain perca, perlu waktu sampai satu hari.
“Kenapa lama, karena sendiri yang mengerjakannya,” tutur Dian.
Ia menambahkan, sejah ini penjualan tas belanja karyanya ini cukup bagus. Bank Indonesia (BI) pernah memesan sebanyak 100 tas belanja produknya itu. Lalu pada kloter kedua dipesan lagi sebanyak 75 tas untuk tempat paket sembako.
Baru-baru ini Dian dapat lagi pesanan dari Kedai Itah untuk pembuatan 20 tas belanja per minggu. Sebagaimana diketahui, para pengunjung maupun pemilik (owner) Kedai Itah sangat anti dengan penggunaan kantong plastik.
“Jadi (pengunjung) selalu diarahkan untuk membawa tas belanja sendiri. Dalam hal ini pihak Kedai Itah memiiki ide untuk menyediakan tas belanja di kafe mereka, jadi mereka bekerja sama dengan saya untuk jadi penyuplai,” pungkasnya. (*/ce/ala)