PALANGKA RAYA-Kecelakaan air terjadi di Sungai Kahayan. Sebuah kelotok yang ditumpangi empat anak buah kapal (ABK) dan satu motoris terbalik dan karam. Dua di antaranya dinyatakan hilang dalam insiden yang terjadi tak jauh dari Pelabuhan Beringin, Jumat (17/12) sekitar pukul 10.30 WIB.
Kejadia bermula saat Tugboat (TB) Blue Whale XXVII menarik tongkang bermuatan batu split menuju dermaga PT Karya Halim Sampoerna yang jaraknya kurang lebih 1 mil dari posisi tugboat berada di Sungai Kahayan. Kelotok yang ditumbangi empat ABK ini terbalik saat menuju tongkang.
Empat ABK tersebut adalah Akram Hibatullah, Muhammad Fariz Akmal, Selamet Hariyadi, dan Daffa Kholisa Rozaq. Mereka menumpangi kelotok yang dimotoris oleh Hendrik warga Kota Palangka Raya, mengantar dari tugboat menuju tongkang untuk persiapan tambat ke dermaga. Ketika mendekati tongkang, sang motoris kelotok melakukan manuver dengan memutar di samping tongkang. Namun nahas, kelotok yang ditumpangi lima orang tersebut terbalik, lalu karam. Dua ABK dan motoris kelotok berhasil selamat, tapi dua ABK bernama Selamet Hariyadi dan Daffa Kholisa Rozaq tidak tertolong dan dinyatakan hilang.
Kepala Wilayah Kerja Bukit Pinang Palangka Raya KSOP Kelas IV Pulang Pisau Wiwin Iriani Hasanuddin mengatakan, posisi tugboat dan tongkang pengangkut batu split kal itu berada di tikungan Sungai Kahayan untuk proses tambat. Karena ada laporan untuk bersandar ke pelabuhan yang dituju, sehingga harus ada persiapan yang dilakukan ABK untuk proses tambat.
“Saat pemindahan ABK juru mudi dari tugboat ke tongkang itu, mereka menggunakan kelotok. Nah saat proses itulah kelotok yang membawa empat ABK itu terbalik, ada dua ABK hilang terbawa arus sungai,” ungkap Wiwin Iriani Hasanuddin.
Dari keterangan yang diterima pihak KSOP, lanjut Ririn, empat ABK tersebut tidak menggunakan life jacket atau pelampung keselamatan saat menumpangi kelotok. Padahal penggunaan pelampung keselamatan merupakan salah satu SOP bagi ABK. Menurut Wiwin, ABK umumnya sudah terampil berenang. Pelampung keselamatan pun selalu tersedia di kapal-kapal. Apabila jaket pelampung tersebut rusak, pihak kapal selalu berkoordinasi untuk mendatangkan yang baru.
“Saya yakin kapal mempunyai jaket pelampung dan pasti masih layak pakai, tapi kenapa saat melakukan proses tambat malah tidak digunakan, akibatnya ada korban jiwa seperti ini, untuk dua orang ABK yang selamat dan motoris saat ini sudah diberi perawatan medis,” lanjut Wiwin.