Budaya merupakan identitas suatu daerah. Tiap daerah memiliki budaya yang khas dan unik. Jika tidak dilestarikan, kekayaan budaya daerah terancam akan punah. Putra-Putri Kebudayaan Nusantara Kalteng 2021 punya tekad melestarikan itu. Berusaha menumbuhkembangkan cinta akan budaya Bumi Tambun Bungai.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
KALTENG memiliki segudang sumber daya yang melimpah. Tidak hanya pariwisata yang menjadi perhatian publik, tapi juga bahasa dan kekayaan budaya lainnya. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 lalu, tercatat Kalteng menempati urutan keempat kepemilikan bahasa terbanyak se-Indonesia.
Berdasarkan data balaibahasakalteng.kemdikbud.go.id, tercatat ada 37 ragam bahasa Dayak di Provinsi Oloh Itah ini. Ragam bahasa ini belum termasuk bahasa yang dibawa oleh kaum pendatang dari luar Kalteng, seperti bahsa serapan Banjar, Jawa, Sunda, Batak, dan sebagainya.
Kemajuan tekhnologi juga menjadi bumerang jika tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Media sosial tanpa kontrol pribadi, bisa membuat generasi muda secara perlahan menggerus budaya daerah. Tanpa disadari, budaya asing perlahan masuk melalui media sosial (medsos).
Seperti diketahui, pengguna medsos didominasi kaum muda. Jika tidak ada penyaringan, generasi muda secara perlahan akan terpengaruh budaya-budaya daerah lain atau budaya asing, dan kemudian meninggalkan budaya sendiri.
Doni Miseri Cordias Domini dan Cindy Destasya Masal hadir sebagai perwakilan putra-putri Dayak untuk memperjuangkan pelestarian budaya Kalteng, agar tetap dicintai masyarakat Bumi Tambun Bungai, bahkan dikenal daerah lain sebagai identitas Kalteng. Salah satunya bahasa Dayak Kalteng.
Pria yang sering disapa Doni ini menyebut bahwa perlu ada gerakan untuk melestarikan bahasa daerah agar tidak mudah punah. Salah satunya melalui kurikulum pembelajaran di sekolah-sekolah.
“Jika dilihat, memang kurikulum pembelajaran bahasa Dayak di Kalteng ini hanya digunakan di tingkat sekolah dasar (SD), sedangkan SMP dan SMA sudah dikurangi, bahkan sudah tidak ada,” kata pria kelahiran Desa Gohong, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis).
Pria yang berulang tahun tiap 6 Mei itu menyebut, harus ada gebrakan inovasi dalam rangka melestarikan bahasa daerah. Selain melalui kurikulum pembelajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah, juga diiringi dengan penerapan dalam percakapan sehari-hari.