Universitas Kristen Palangka Raya (Unkrip) merupakan salah satu perguruan tinggi yang memiliki visi dan misi menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Hampir 90 persen lulusan perguruan tinggi (PT) ini terserap dalam dunia kerja.
EMANUEL LIU, Palangka Raya
UNKRIP didirikan oleh Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) dengan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Eka Sinta Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) sebagai Badan Penyelenggara. Universitas ini diresmikan oleh Gubernur Tingkat I Kalimantan Tengah Gator Amrih, S.H. pada 4 September 1987. Selanjutnya tanggal tersebut diperingati sebagai hari jadi (dies natalis) Unkrip.
Menyadari pentingnya ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi dalam pembangunan masyarakat, maka pada awal 1980-an, beberapa tokoh masyarakat Kristen di Palangka Raya merintis berdirinya suatu lembaga pendidikan tinggi. Tidak hanya mengasuh bidang teologia, tapi juga beberapa disiplin ilmu yang dipandang perlu untuk peningkatan kualitas SDM
Unkrip sebenarnya didirikan pada 1984. Namun regulasinya baru keluar pada 1987. Hingga saat ini terhitung sudah hampir 35 tahun berjalan. “Berdirinya Unkrip tujuan untuk mendidik masyarakat Kalteng agar ada penyebaran pendidikannya,” kata Rektor Unkrip Benius, M.M., Ph.D. saat berbincang dengan Kalteng Pos di ruang kerjanya, Jumat (21/1).
Benius berharap agar generasi muda di Kalteng tak hanya mengenyam pendidikan selevel SD, SMP, atau SMA sederajat. Ada alternatif lain di luar universitas negeri sebagai wadah untuk menimba ilmu, yang mayoritas lulusannya siap kerja. “Unkrip siap mencatatkan prestasi bersama mahasiswa yang ditempa selama empat tahun,” tegasnya.
Menurut Benius, pendirian Unkrip sebenarnya hampir bersamaan dengan Universitas Muhammadiyah dan PGRI. Karena itu Unkrip menjadi salah satu perguruan tinggi yang mencetak lulusan berpotensi dan berdaya saing di dunia kerja. Unkrip memiliki empat fakultas. Mancakup Fakultas Teknik, Fakultas Perikanan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), dan Fakultas Peternakan.
Mahasiswa dan mahasiswi Unkrip, kata Benius, jumlahnya sekitar 700-an lebih. Unkrip tidak hanya menerima mahasiswa yang beragama tertentu saja, tapi terbuka untuk semua. Sehingga dikenal dengan kampus Madani, karena merangkul semua agama, ras, suku, dan golongan, sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan falsafah Huma Betang.
“Begitu juga dosennya, tidak hanya berasal dari satu agama saja, tapi juga ada yang beragama Katolik, Islam, dan Kristen Protestan,” tambahnya.