Rabu, September 4, 2024
29.2 C
Palangkaraya

Satu Jam Bersama Kepala Balai Taman Nasional Sebangau Andi M Khadafi

Sudah sewajarnya instansi pemerintah punya banyak program pembangunan. Bekerja dalam senyap menjadi bukti kinerja yang sudah terlaksana. Tidak muluk-muluk, perlahan pesona TNS terlihat masyarakat lokal, regional, hingga nasional. Apa saja yang bakal berubah dari TNS? Berikut ulasannya!

ALBERT M SHOLEH, Palangka Raya

GERIMIS menyelimuti Palangka Raya, Selasa 13 Juli lalu, menyejukkan berbagai sudut kota. Kantor Balai Taman Nasional Sebangau (TNS) Jalan Mahir Mahar Km 1,5 pun diselimuti mendung. Semangat bincang-bincang bersama Kepala Balai TNS Andi M Khadafi menghangatkan suasana.

Pria yang mengenyam S-1 Kehutanan itu menegaskan, pihaknya terus mengembangkan diri dan mempelajari terkait konservasi. Pasalnya, tugas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK sangat kompleks. “Terutama konservasi, kami terus belajar sampai saat ini memanajemen hutan, menanam pohon, sekarang di konservasi selain tumbuhan, satwa liar juga diurus, makanya saya sendiri juga terus belajar,” tuturnya.

Baca Juga :  Koyem Tetap Pimpin DPD Demokrat

Menurutnya, sesuai arahan dari direktorat jenderal, pemimpin harus supel dan mampu memanusiakan manusia, bicara dengan siapa saja. Di mana pun bekerja, kebersamaan bisa muncul, terutama di sini, terlebih saat musim api.“Saat banyak karhutla, yang memadamkan Manggala Agni, PNS, bahkan honorer ikut bersama masyarakat juga, kebersamaan itu yang kita jaga,” bebernya.

Menurutnya, hal itu adalah dasar. Prinsip penting sesuai arahan Dirjen KLHK mengarahkan pihaknya berbasis aturan, evidence base. Dicontohkannya, pengalaman sekat kanal sebagai reverensi terdahulu. Prinsip lain berbasis scientific. Kegiatan teknis ada buku, video, pemodelan spasial, pendugaan populasi orang utan, dan sebagainya. Prinsip kehati-hatian, clear dari awal sejak planning bersama masyarakat sehingga aman dan tidak ada konflik.Pria kelahiran Banjarmasin, 15 Oktober 1973 itu sebelumnya pernah tugas di Kalsel, Kalteng, Papua Barat, Kalbar, dan 2019 balik lagi ke Taman Nasional Sebangau Kalteng.

Baca Juga :  Tiga Desa Sangat Tertinggal, 87 Sudah Mandiri

Sudah sewajarnya instansi pemerintah punya banyak program pembangunan. Bekerja dalam senyap menjadi bukti kinerja yang sudah terlaksana. Tidak muluk-muluk, perlahan pesona TNS terlihat masyarakat lokal, regional, hingga nasional. Apa saja yang bakal berubah dari TNS? Berikut ulasannya!

ALBERT M SHOLEH, Palangka Raya

GERIMIS menyelimuti Palangka Raya, Selasa 13 Juli lalu, menyejukkan berbagai sudut kota. Kantor Balai Taman Nasional Sebangau (TNS) Jalan Mahir Mahar Km 1,5 pun diselimuti mendung. Semangat bincang-bincang bersama Kepala Balai TNS Andi M Khadafi menghangatkan suasana.

Pria yang mengenyam S-1 Kehutanan itu menegaskan, pihaknya terus mengembangkan diri dan mempelajari terkait konservasi. Pasalnya, tugas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK sangat kompleks. “Terutama konservasi, kami terus belajar sampai saat ini memanajemen hutan, menanam pohon, sekarang di konservasi selain tumbuhan, satwa liar juga diurus, makanya saya sendiri juga terus belajar,” tuturnya.

Baca Juga :  Koyem Tetap Pimpin DPD Demokrat

Menurutnya, sesuai arahan dari direktorat jenderal, pemimpin harus supel dan mampu memanusiakan manusia, bicara dengan siapa saja. Di mana pun bekerja, kebersamaan bisa muncul, terutama di sini, terlebih saat musim api.“Saat banyak karhutla, yang memadamkan Manggala Agni, PNS, bahkan honorer ikut bersama masyarakat juga, kebersamaan itu yang kita jaga,” bebernya.

Menurutnya, hal itu adalah dasar. Prinsip penting sesuai arahan Dirjen KLHK mengarahkan pihaknya berbasis aturan, evidence base. Dicontohkannya, pengalaman sekat kanal sebagai reverensi terdahulu. Prinsip lain berbasis scientific. Kegiatan teknis ada buku, video, pemodelan spasial, pendugaan populasi orang utan, dan sebagainya. Prinsip kehati-hatian, clear dari awal sejak planning bersama masyarakat sehingga aman dan tidak ada konflik.Pria kelahiran Banjarmasin, 15 Oktober 1973 itu sebelumnya pernah tugas di Kalsel, Kalteng, Papua Barat, Kalbar, dan 2019 balik lagi ke Taman Nasional Sebangau Kalteng.

Baca Juga :  Tiga Desa Sangat Tertinggal, 87 Sudah Mandiri

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/