“Kapasitas respons yang menjadi PR yang tersisa ada pada penerapan testing dan tracing,” ucap Rini kepada Kalteng Pos, kemarin (24/8).
Rini menjelaskan, dalam menentukan level PPKM untuk suatu daerah, pemerintah pusat bertolak dari penilaian terhadap indikator laju penularan dan kapasitas respons kesehatan di suatu daerah. Salah satu penilaian dari kapasitas respons tersebut terdapat di unsur 3T.
“Kalau treatmentnya sudah bagus, karena nilai BOR atau keterisian rumah sakit tidak pernah lebih dari 100 persen. Nah, yang masih belum mencapai target itu adalah testing dan tracing,” ucapnya.
Menurut dokter yang sehari-hari bertugas di RSJ Kalawa Atei ini, berdasarkan data setiap minggu memang ada peningkatan pelaksanaan testing dan tracing di kota ini. Namun target 2.900 testing per hari belum mampu digapai pemko.
Rini mengatakan, lemahnya pelaksanaan testing dan tracing ini disebabkan kurangnya sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana untuk menunjang pelaksanaan testing dan tracing.
Terkait kapasitas respons kesehatan 3T yang masih lemah, PAEI Kalteng mengusulkan kepada pemko agar menggencarkan lagi pelaksanaan testing dan tracing kepada masyarakat dalam upaya pencegahan penularan Covid-19.
“Kami sarankan agar lebih meningkatkan testing dan tracing, sehingga semua kasus penularan bisa dilacak dan diperluas lagi kontak eratnya,” tuturnya.
Rina mengatakan, dengan adanya keputusan pemerintah pusat memperpanjang penerapan PPKM level 4 di Kota Palangka Raya, masyarakat tak perlu panik. Karena menurutnya, dalam upaya mengatasi persebaran Covid-19 saat ini, harus ada pembatasan pergerakan atau mobilisasi kegiatan masyarakat. “Terlebih lagi dinamika di kota ini sangat tinggi, kalau longgar sedikit, bisa menunjukkan gerakan dan peningkatan yang cepat, itu yang mesti diwaspadai,” pungkasnya. (ahm/sja/ce/ala)