Terkait kerugian yang dialami keluarganya, Raudah mengaku belum bisa memperkirakan. “Yang jelas rumah yang sudah puluhan tahun kami tempati, sama barang-barang yang tersimpan di dalam rumah yang rasanya cukup pang sudah, habis semua,” kata perempuan berusia 56 tahun ini.
Kini Raudah beserta suami, anak, menantu, dan keponakannya terpaksa harus tinggal bersama di rumah adiknya. Dia mengaku, sejauh ini bantuan yang diterima keluarganya baru berupa sembako seperti beras, gula, minyak goreng, sabun, serta mi instan.
“Ada juga bantuan baju diantar dari masjid sana, tapi mohon maaf kayanya banyak yang kada sadang di awak,” ujar Raudah dengan logat banjar yang kental.
Meskipun untuk saat ini bisa tinggal sementara di rumah adiknya, tapi satu harapan dari pasutri ini bahwa ke depannya akan ada bantuan dari Pemerintah Kota Palangka Raya atau Pemprov Kalteng supaya mereka bisa membangun kembali rumah.
“Kami harap ada bantuan untuk meulah rumah itu ja,” katanya.
Sementara itu, Radi yang merupaka salah satu anak Raudah berharap agar Pemprov Kalteng dan Pemko Palangka Raya bisa secepatnya mengulurkan bantuan bagi para korban kebakaran di komplek Mendawai.
“Kalau bisa secepatnya (bantuan pembangunan rumah), karena kami tidak enak juga berlama-lama tinggal menumpang, meski di tempat keluarga sendiri,” ucap pria 28 tahun ini mewakili orang tua dan saudaranya. (*/ce/ala)