Berdasarkan data itu, jika dilihat dengan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada triwulan yang sama juga tumbuh positif. Untuk tahun depan, pertumbuhan perekonomian masih melihat perkembangan kasus Covid-19, apalagi saat ini menghadapi varian omicron seperti negara-negara lain yang sudah terdampak omicron yang mengganggu perekonomian.
Meskipun di Indonesia tidak separah mereka, namun bagaimanapun juga ekspor dari Indonesisa juga bisa terganggu. “Mudah-mudahan negara penerima barang dari Kalteng tidak terganggu perekonomiannya akibat Omicron,” ucapnya.
Harapannya, omicron di Indonesia tidak separah seperti negara di luar. Apabila kondisinya bisa terkendali, maka perekonomian di Kalteng akan aman, tetapi kalau tidak maka pertumbuhan ekonomi tidak akan tinggi. “Mungkin bisa tumbuh positif tetapi tidak akan bisa seperti sebelum pandemi,” ujarnya.
Pihaknya menyebut, terhadap sektor yang ada di Kalteng ini, sektor pertanian masih stabil, pertambangan relatif stabil, walaupun banyak negara yang mengeluarkan statemen mengurangi industri batu bara. Ini juga menjadi ancaman untuk Indonesia termasuk Kalteng.
“Mudah-mudahan permintaan batu bara dari Kalteng relatif tidak terlalu turun drastis, apalagi China juga akan mengurangi pabrik-pabrik menggunakan batu bara, padahal China tujuan ekspor batu bara Kalteng,” tegasnya.
Tentu, hal ini harus diantisipasi oleh Kalteng dengan menggerakkan sektor lain sebagai subitusi pengganti nilai tambah yang hilang dari sektor pertambangan. Untuk perkebunan di Kalteng relatif bagus, meski CPO ada tantangan di Eropa, namun itu bukan tujuan ekspor Kalteng.
“Yang aman itu sektor opertanian, industri, listrik, air minum perdagangan dan juga konstruksi,” tegasnya.
Di Kalteng, lanjut dia, memiliki potensi pertanian termasuk perkebunan yang harus ditangani dengan baik, teramsuk industri pasa hasil panen yang harusnya digenjot. Jangan sampai terjadi petani saat selesai panen kemudian yang menampung penggilingan dari luar Kalteng seperti Kalsel.
“Peluang usaha di Kalteng masih sangat terbuka, jika semua output bisa diambil dari Kalteng maka perdagangan di Kalteng hidup,” ucapnya.
Ditambahkannya, melihat perjalanan perekonomian di 2021, yang perlu menjadi perbaikan pada 2022 seperti tata kelola pertanian, terutama tanaman pangan, kemudian food estate harus betul-betul optimal. Kemudian konstruksi dari APBD dan APBN juga perlu ditingkatkan terlebih banyak konstruksi rusak akibat bencana banjir. “Masih banyak yang harus ditangani, tetapi memang perlu anggaran,” singkatnya.
Pihaknya juga menyebut, perlu menarik insvestor dari luar untuk bangun pabrik di Kalteng, karena untuk membangun pabrik ini tidak bisa mengandalkan perusahaan daerah terutama sektor industri. Apabila kaitannya dengan ibu kota negara (IKN).
“Kita ini sebetulnya wilayah yang akan menjadi penyangga, dalam rangka ke arah sana bisa dimulai fasilitas-fasilitas yang mungkin bisa menampung investor untuk bersiap menjadi provinsi penyangga ibu kota negara dan itu dimulai dari sekarang, kalau mendadak tidak mungkin, itu perlu kerja keras provinsi dan kabupaten/kota,” pungkasnya.