Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

Pj Bupati Apresiasi Publikasi Stunting dan Deklarasi Basno

BUNTOK – Penjabat Bupati Barito Selatan (Barsel) Lisda Arriyana SSos mengapresiasi terselenggaranya publikasi stunting dan deklarasi basno tahun 2022 yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) Barsel, Rabu (21/12/2022).

Publikasi stunting merupakan rangkaian dari delapan aksi konvergensi upaya percepatan penanggulangan stunting dengan data publikasi dapat dijadikan acuan dalan pencegahan dan penanganan stunting tahun 2023.

“Mudah-mudahan kegiatan ini mampu menguatkan komitmen seluruh pihak yang hadir dalam menanggulangi permasalahan stunting bersama-sama, serta dalam merealisasikan program yang telah dirancang,” kata Lisda, Rabu (21/12/2022).

Permasalahan stunting, menurut pj bupati,  menjadi agenda pembangunan nasional. Hal ini mengacu pada keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/kepala BAPPENAS Nomor Kep.10/M.PPN/HK/02/2021 25 Februari 2021 Kabupaten Barsel.

“Termasuk salah satu dari 360 kabupaten kota sasaran intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2021 berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan,” terangnya.

Baca Juga :  Bisa Bersinergi dengan Pemerintah

Prevalensi stunting di Barsel mencapai angka 31,4 persen atau menurun 9,3 persen dari angka 40,7 persen tahun 2018. Pemkab Barsel terus berusaha untuk menurunkan angka stunting. Untuk itu, harus diatasi bersama-sama serta memerlukan sinergi berbagai pihak.

“Artinya kita harus menurunkan sebesar 17,4 persen dalam dua tahun ke depan. Kondisi tersebut ditambah dengan permasalahan akan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum pada masa kehamilan yang dapat berdampak serius  terhadap janin,” ungkapnya.

Secara teknis, lanjut dia, terdapat tiga pendekatan dalam pelaksanaan rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting. Yaitu, dengan pendekatan keluarga berisiko stunting yang dilakukan dengan intervensi hulu, pencegahan lahirnya bayi stunting dan penanganan balita stunting.

Baca Juga :  Tingkatkan Skills, Attitude, Behaviour Perempuan

Untuk yang kedua, melalui pendekatan multi sektor dan multipihak yaitu unsur kolaborasi yang menggabungkan berbagai pihak. Diataranya, pemerintah dan unsur pemangku kepentingan seperti dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat dan media.

Ketiga, pendekatan gizi terpadu dengan melakukan intervensi spesifik dan sensitif. Berfokus pada kesehatan dan kecukupan gizi 3 bulan calon pengantin, ibu hamil, ibu masa subur melahirkan,  dan balita, didukung dengan penyediaan sanitasi, akses air bersih serta bantuan sosial.

“Untuk itu, saya minta di tingkat desa, kelurahan, bidan desa dan petugas gizi puskesmas bersama-sama dengan kader masing-masing untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita berpotensi stunting dengan cirri-ciri balita dua bulan berturut-turut tidak naik berat badan,” tegasnya. (ner/ens)

BUNTOK – Penjabat Bupati Barito Selatan (Barsel) Lisda Arriyana SSos mengapresiasi terselenggaranya publikasi stunting dan deklarasi basno tahun 2022 yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) Barsel, Rabu (21/12/2022).

Publikasi stunting merupakan rangkaian dari delapan aksi konvergensi upaya percepatan penanggulangan stunting dengan data publikasi dapat dijadikan acuan dalan pencegahan dan penanganan stunting tahun 2023.

“Mudah-mudahan kegiatan ini mampu menguatkan komitmen seluruh pihak yang hadir dalam menanggulangi permasalahan stunting bersama-sama, serta dalam merealisasikan program yang telah dirancang,” kata Lisda, Rabu (21/12/2022).

Permasalahan stunting, menurut pj bupati,  menjadi agenda pembangunan nasional. Hal ini mengacu pada keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/kepala BAPPENAS Nomor Kep.10/M.PPN/HK/02/2021 25 Februari 2021 Kabupaten Barsel.

“Termasuk salah satu dari 360 kabupaten kota sasaran intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2021 berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan,” terangnya.

Baca Juga :  Bisa Bersinergi dengan Pemerintah

Prevalensi stunting di Barsel mencapai angka 31,4 persen atau menurun 9,3 persen dari angka 40,7 persen tahun 2018. Pemkab Barsel terus berusaha untuk menurunkan angka stunting. Untuk itu, harus diatasi bersama-sama serta memerlukan sinergi berbagai pihak.

“Artinya kita harus menurunkan sebesar 17,4 persen dalam dua tahun ke depan. Kondisi tersebut ditambah dengan permasalahan akan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum pada masa kehamilan yang dapat berdampak serius  terhadap janin,” ungkapnya.

Secara teknis, lanjut dia, terdapat tiga pendekatan dalam pelaksanaan rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting. Yaitu, dengan pendekatan keluarga berisiko stunting yang dilakukan dengan intervensi hulu, pencegahan lahirnya bayi stunting dan penanganan balita stunting.

Baca Juga :  Tingkatkan Skills, Attitude, Behaviour Perempuan

Untuk yang kedua, melalui pendekatan multi sektor dan multipihak yaitu unsur kolaborasi yang menggabungkan berbagai pihak. Diataranya, pemerintah dan unsur pemangku kepentingan seperti dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat dan media.

Ketiga, pendekatan gizi terpadu dengan melakukan intervensi spesifik dan sensitif. Berfokus pada kesehatan dan kecukupan gizi 3 bulan calon pengantin, ibu hamil, ibu masa subur melahirkan,  dan balita, didukung dengan penyediaan sanitasi, akses air bersih serta bantuan sosial.

“Untuk itu, saya minta di tingkat desa, kelurahan, bidan desa dan petugas gizi puskesmas bersama-sama dengan kader masing-masing untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita berpotensi stunting dengan cirri-ciri balita dua bulan berturut-turut tidak naik berat badan,” tegasnya. (ner/ens)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/