Sabtu, Desember 14, 2024
23.9 C
Palangkaraya

Tempat Ibadah Harus Bebas Politik Identitas

SAMPIT-Mendekati Pemilihan Umum (Pemilu) yang jatuh pada tanggal 14 Februari nanti, Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor mengingatkan kepada mereka yang ikut berpartisipasi agar tidak melakukan politik identitas pada rumah-rumah ibadah. Mengingat rumah ibadah sudah semestinya bersih dari segala hal yang berkaitan dengan politik.

“Saya ingatkan di setiap rumah ibadah harus bebas dari politik identitas. Karena rumah ibadah itu untuk ibadah, jangan digunakan untuk hal yang demikian,” ujar Halikin, Minggu (4/2).

Ia juga mengatakan, hal itu juga untuk menghindari perpecahan antar sesama. Terlebih lagi dampak dari politik identitas bisa cukup serius. Politik identitas bisa saja menyerang ras, atau golongan tertentu. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan diskriminasi terhadap golongan tertentu.

Baca Juga :  Maksimalkan Pelayanan Kesehatan

“Jangan sampai pesta demokrasi lima tahunan ini membuat kita terpecah belah. Berbeda pendapat itu hal biasa,” sebutnya.

Ia menyebutkan, perbedaan pendapat bisa disalurkan melalui bilik suara pada hari pemungutan suara nanti. Selebihnya, umat manusia sudah sepatutnya saling menghargai dan memiliki sikap persaudaraan yang tinggi. Sehingga situasi yang kondusif dapat tercipta dalam Pemilu tahun ini.

“Kita ini semua bersaudara. Apalagi sesama umat muslim itu bersaudara. Walaupun bukan muslim, kita juga tetap bersaudara dalam Bhineka Tunggal Ika,” ucapnya. (sli/ans)

SAMPIT-Mendekati Pemilihan Umum (Pemilu) yang jatuh pada tanggal 14 Februari nanti, Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor mengingatkan kepada mereka yang ikut berpartisipasi agar tidak melakukan politik identitas pada rumah-rumah ibadah. Mengingat rumah ibadah sudah semestinya bersih dari segala hal yang berkaitan dengan politik.

“Saya ingatkan di setiap rumah ibadah harus bebas dari politik identitas. Karena rumah ibadah itu untuk ibadah, jangan digunakan untuk hal yang demikian,” ujar Halikin, Minggu (4/2).

Ia juga mengatakan, hal itu juga untuk menghindari perpecahan antar sesama. Terlebih lagi dampak dari politik identitas bisa cukup serius. Politik identitas bisa saja menyerang ras, atau golongan tertentu. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan diskriminasi terhadap golongan tertentu.

Baca Juga :  Maksimalkan Pelayanan Kesehatan

“Jangan sampai pesta demokrasi lima tahunan ini membuat kita terpecah belah. Berbeda pendapat itu hal biasa,” sebutnya.

Ia menyebutkan, perbedaan pendapat bisa disalurkan melalui bilik suara pada hari pemungutan suara nanti. Selebihnya, umat manusia sudah sepatutnya saling menghargai dan memiliki sikap persaudaraan yang tinggi. Sehingga situasi yang kondusif dapat tercipta dalam Pemilu tahun ini.

“Kita ini semua bersaudara. Apalagi sesama umat muslim itu bersaudara. Walaupun bukan muslim, kita juga tetap bersaudara dalam Bhineka Tunggal Ika,” ucapnya. (sli/ans)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/