DHEA UMILATI, Palangka Raya
MELINDA menjalani magang di Dispursip Kalteng pada 2024. Dari tugas yang diberikan, remaja yang akrab disapa Melin, bersama rekannya, Erik, mengembangkan aplikasi untuk mengintegrasikan data perjalanan dinas pegawai dalam satu sistem yang lebih efisien.
“Bang Feb memberi tugas untuk membuat aplikasi yang bisa mengelola data perjalanan dinas pegawai. Ada dua jenis dokumen yang harus dikelola, yaitu surat perjalanan dinas dan surat perintah tugas. Kami harus mengintegrasikan data dari kedua dokumen tersebut ke dalam satu sistem,” kata Melin kepada Kalteng Pos, Kamis (30/1).
Dalam proses pengembangannya, Melin dan Erik bekerja sama dalam pengolahan data dan pembuatan sistem. Bagi mereka, proyek ini bukan sekadar tugas magang, melainkan tantangan nyata dalam penerapan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah.
Meski berasal dari jurusan Teknik Informatika Universitas Palangka Raya, Melin juga memiliki ketertarikan pada dunia literasi. Ia aktif dalam berbagai kegiatan literasi dan pernah terpilih sebagai Duta Baca. Keputusannya untuk magang di perpustakaan awalnya mengundang pertanyaan. Namun, ia segera menemukan keterkaitan erat antara teknologi dan perpustakaan.
“Awalnya aku juga bingung, kok Teknik Informatika magangnya di perpustakaan? Tapi setelah masuk, aku sadar bahwa perpustakaan juga terus berkembang mengikuti zaman. Banyak sistem digital yang diterapkan, seperti pendaftaran anggota secara online dan pencatatan kunjungan menggunakan sistem komputer,” tuturnya.
Selama dua bulan magang, dari September hingga November, Melin dan Erik menjalani berbagai tugas. Erik lebih banyak terlibat dalam bidang kepegawaian, sementara Melin fokus pada teknologi informasi. Selain mengembangkan aplikasi, ia juga membuat konten dan mendokumentasikan berbagai kegiatan, termasuk seminar yang diadakan di perpustakaan.
Pengembangan aplikasi perjalanan dinas ini bukan tanpa hambatan. Salah satu tantangan terbesar adalah sistem database yang kompleks. Melin harus memastikan bahwa data dari berbagai dokumen dapat terintegrasi dengan baik dalam satu tampilan.
“Sebenarnya cukup ribet karena harus menggunakan satu database untuk berbagai tampilan. Tapi karena ini bagian dari proyek magang, aku dan Erik berusaha menyelesaikannya dengan maksimal,” ungkapnya.
Meski aplikasi ini belum sepenuhnya diluncurkan, inovasi tersebut telah mendapat apresiasi. Melin bahkan meraih penghargaan kategori Riset Teknologi Tahun 2024 atas karyanya. Namun, implementasi penuh masih menunggu kesiapan lebih lanjut.
Baginya, pengalaman ini membuka wawasan tentang pentingnya digitalisasi dalam dunia perpustakaan dan administrasi. Ia berharap inovasi seperti ini dapat mengubah persepsi bahwa perpustakaan adalah tempat yang ketinggalan zaman.
“Perpustakaan bukan sekadar tempat membaca buku, tapi juga pusat informasi yang terus berkembang. Dengan digitalisasi, kita bisa menghilangkan anggapan bahwa perpustakaan itu membosankan. Justru seharusnya perpustakaan menjadi tempat yang inovatif dan selalu update dengan perkembangan zaman,” tegasnya.
Ke depan, mahasiswa Universitas Palangka Raya ini berharap makin banyak mahasiswa yang tertarik mengembangkan teknologi di bidang literasi dan administrasi. Dengan begitu, perpustakaan bisa makin modern dan memberikan layanan yang lebih efisien bagi penggunanya. (ce/ram)