PALANGKA RAYA-Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Bidang Pencegahan dan Pengendal ian Penyakit (P2P) menggelar pertemuan monitoring Tes
Cepat Molekuler (TCM), mikroskopis, dan sistem transportasi spesimen tingkat provinsi tahun 2025. Kegiatan ini berlangsung di Palangka Raya, Rabu (11/6).
Acara resmi dibuka oleh Kepala Bidang P2P, Riza Syahputra, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng. Dalam sambutan ia menekankan, pentingnya peran laboratorium Tuberkulosis (TBC) dalam upaya pengendalian penyakit tersebut, mulai dari proses diagnosis hingga pemantauan dan evaluasi hasil pengobatan pasien. “Laboratorium TBC merupakan ujung tombak keberhasilan program penanggulangan TBC. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, metode diagnosis kini telah bertransformasi dari pemeriksaan BTA mikroskopis menjadi Tes Cepat Molekuler (TCM) yang lebih sensitif, cepat, dan akurat,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, transformasi ini sejalan dengan The End TB Strategy yang dicanangkan WHO, yang menargetkan eliminasi global epidemi TBC pada tahun 2035. Dalam mendukung target tersebut, pemerintah melalui Program Nasional Penanggulangan TBC telah menetapkan TCM sebagai metode diagnosis utama, sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Dirjen P2P No. HK.02.02/III.1/936/2021. Hingga Februari 2024, tegas dia, sebanyak 2.340 mesin TCM telah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia. Namun demikian, tantangan masih dihadapi, terutama dalam optimalisasi pemanfaatan alat serta pelaporan hasil pemeriksaan yang belum maksimal.
“Di Kalimantan Tengah, saat ini terdapat 20 laboratorium TCM yang tersebar di 14 kabupaten/kota. Namun, berdasarkan data dari SITB dan laporan bulanan tahun 2024, rata-rata utilisasi alat TCM baru mencapai 46,3%. Angka ini masih berada di bawah rata- rata nasional yang mencapai 66%, dengan rata-rata 86 pemeriksaan per alat,” ungkap Riza.
Menurut dia, pertemuan ini menjadi forum penting untuk mengevaluasi kinerja lapangan, membahas kendala yang dihadapi, serta merumuskan strategi peningkatan pemanfaatan TCM dan sistem transportasi spesimen secara terpadu dan berkelanjutan.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan dapat memperkuat kolaborasi dalam upaya mempercepat penanggulangan TBC, khususnya di Kalimantan Tengah,” tutupnya. (kom/ hms/uut/sir/aza)