PULANG PISAU – Masyarakat Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, turut serta dalam kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang diadakan oleh Lembaga Penelitian CESS (Centre of Empowering and Social Studies) berkolaborasi dengan WWF Kalimantan Tengah pada tanggal 21 Mei 2025 di aula desa setempat.
Kegiatan berlangsung selama kurang lebih dua jam dan diikuti oleh 20 perempuan dari Kelompok Pengrajin Purun Nusa Sehati yang mewakili masyarakat setempat.
Acara dibuka dengan sambutan dan kata pengantar dari Bapak Dr. Saputra Adiwijaya, S.Sos., M.Si, selaku Pembina dan Direktur Lembaga Penelitian CESS (Centre of Empowering and Social Studies). Turut mendampingi Ketua pelaksana, Osi Karina Saragih, S.Pd., M.Si, yang juga dosen Sosiologi di FISIP Universitas Palangka Raya.
Materi edukasi terkait Pencegahan Karhutla yang Inklusif disampaikan oleh narasumber dari Fakultas Sosiologi Universitas Palangka Raya, yaitu M. Syaeful Anam, S.Pd., M.Si. Dalam sesi diskusi interaktif yang menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD), peserta semakin antusias dan aktif bertanya serta memberikan masukan terkait langkah-langkah antisipatif yang mudah dilakukan di lingkungan mereka.
Materi Sosialisasi dan Edukasi ini menekankan pentingnya prinsip inklusif dalam pencegahan Karhutla, meliputi keterlibatan semua pihak, akses informasi yang setara, pengakuan terhadap pengetahuan lokal, kesetaraan gender dan usia, serta transparansi dan musyawarah.
Peserta dan narasumber juga membahas berbagai contoh kegiatan inklusif seperti musyawarah desa terbuka, pemetaan risiko partisipatif, pelaporan karhutla yang mudah, serta peran perempuan, anak muda, dan masyarakat adat dalam pencegahan tersebut.
Selain itu, kegiatan ini juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk akademisi, masyarakat, dan lembaga lingkungan, untuk mengatasi permasalahan Karhutla secara efektif.
Pendekatan inklusif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat diyakini mampu menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah desa yang masih sangat bergantung pada sumber daya alam tersebut.
Melalui dialog terbuka dan partisipatif ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami tindakan preventif yang tidak hanya mudah dilakukan, tetapi juga berkelanjutan dan dapat dioperasikan oleh semua kalangan.
Sebelum penutupan, terdapat tiga peserta memberikan testimoni bahwa informasi yang diperoleh sangat bermanfaat dan dapat memperluas cara mereka dalam mencegah Karhutla. Mereka menegaskan bahwa tindakan mudah dan inklusif sangat penting untuk diterapkan secara berkelanjutan di desa demi menjaga keberlanjutan lingkungan.
Kedepannya, melalui langkah-langkah kecil yang inklusif dan berkelanjutan, kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah penyebaran pengetahuan, tetapi juga sebagai momentum untuk membangun komitmen bersama dalam mewujudkan pencegahan Karhutla yang masif dan komprehensif. (ovi/b)