SAMPIT – Di tengah sorotan dunia terhadap industri sawit, Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor mengingatkan pentingnya mengubah cara pandang dalam mengelola komoditas unggulan ini.
Ia menekankan, peningkatan produksi minyak nabati seharusnya tidak lagi bergantung pada pembukaan lahan baru.
“Kalau kita ingin tetap jadi pemain utama, maka caranya bukan dengan menambah luas kebun, tapi dengan mengoptimalkan apa yang sudah ada,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Menurut Halikinnor, Indonesia saat ini menyumbang sebagian besar pasokan minyak sawit dunia bersama Malaysia.
Namun, ia mengingatkan bahwa dominasi ini tidak bisa dipertahankan dengan cara-cara lama yang berisiko terhadap lingkungan.
Ia menilai, intensifikasi atau peningkatan hasil tanpa memperluas lahan menjadi jalan tengah yang paling realistis.
“Ini bukan hanya soal produksi. Kita juga harus menjaga kredibilitas industri sawit Indonesia di mata dunia. Jangan sampai karena mengejar volume, kita abaikan aspek lingkungan,” jelasnya.
Bupati menyebutkan sejumlah langkah konkret yang bisa diterapkan, seperti penggunaan bibit unggul, teknik budi daya yang lebih tepat, serta pengendalian hama yang efisien.
Ia juga menekankan pentingnya pendampingan petani agar perubahan ini benar-benar terjadi dari lapangan.
Lebih jauh, Halikinnor mengajak semua pemangku kepentingan untuk bergerak dalam satu visi, bahwa industri sawit harus dikelola secara modern dan bertanggung jawab.
Menurutnya, era ekspansi lahan besar-besaran sudah berakhir, dan kini saatnya memperkuat kualitas pengelolaan.
“Kalau kita ingin Kotim tetap punya peran penting dalam industri sawit global, kita harus jadi pelopor model pengelolaan sawit yang berkelanjutan, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun ekologi,” tandasnya. (mif/b/ram)