KETEGANGAN geopolitik yang memanas di Timur Tengah kembali mengguncang pasar energi dan komoditas global. Tidak hanya mendorong lonjakan harga minyak mentah, konflik antara Israel dan Iran juga memicu kenaikan signifikan pada harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), yang kini semakin dilirik sebagai alternatif energi nabati di tengah krisis energi global.
Dilansir dari Infosawit, harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) ditutup melambung tinggi pada Senin (16/6/2025). Kenaikan ini seiring kenaikan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBoT) dan lonjakan harga minyak mentah dunia.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Senin (16/6/2025), kontrak berjangka CPO untuk Juli 2025 melonjak 171 Ringgit Malaysia menjadi 4.096 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO Agustus 2025 terkerek 177 Ringgit Malaysia di 4.104 Ringgit Malaysia per ton.
Peningkatan harga CPO tak bisa dilepaskan dari lonjakan harga minyak mentah dunia. Harga Brent, misalnya, ditutup melesat 7,5% ke level US$ 74,56 per barel—harga tertinggi sejak awal April 2025. Kenaikan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap pasokan energi global akibat konflik militer yang kian memanas.
Perang Iran-Israel,Selat Hormuz Terancam Ditutup, Harga Minyak & Emas Akan Naik
Dengan harga minyak fosil yang makin tidak stabil, CPO sebagai bahan baku utama biofuel kian menjadi sorotan. Negara-negara pengimpor besar seperti India dan China pun diperkirakan akan memperkuat diversifikasi energinya ke arah sumber yang lebih berkelanjutan dan bisa diproduksi secara domestik seperti biodiesel berbasis sawit.
Secara teknikal, meski ada lonjakan harga, CPO masih berada dalam tren bearish jangka pendek. Indikator Relative Strength Index (RSI) harian berada di level 43, menunjukkan tekanan jual masih cukup besar. Sementara indikator Stochastic RSI di level 38 mengonfirmasi posisi aset berada di area jual yang kuat.(net/ram)