Jumat, November 22, 2024
31.2 C
Palangkaraya

NTP Subsektor Andalan Kalteng Alami Penurunan

PALANGKA RAYA – Nilai Tukar Petani (NTP) Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) merupakan subsektor andalan di Kalimantan Tengah (Kalteng). NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat pada Januari 2022 mengalami penurunan 1,72 per sen, dari 155,99 menjadi 153,30. Ini terjadi karena Ib mengalami kenaikan 1,24 persen sementara It menurun 0,51 persen.

“Penurunan It Januari 2022 disebabkan oleh turunnya indeks kelompok tanaman perkebunanakyat, kelapa sawit dan kelapa,” ucap Kepala Badan Pusat (BPS), Kalteng, Eko Marsoro, baru-baru ini.

Ia melanjutkan, untuk NTP Peternakan (NTPT) pada Januari 2022 terjadi kenaikan sebesar 0,86 persen. Hal ini terjadi karena peningkatan It 1,41 persen yang lebih besar dibanding kenaikan Ib (0,55 persen). Peningkatan It Januari 2022 disebabkan oleh meningkatnya indeks harga semua kelompok penyusun NTPT.

“Yakni kelompok hasil ternak (telur ayam ras) sebesar 2,21 persen, kelompok unggas khususnya ayam ras pedaging dan ayam kampung sebesar 1,81 persen, kelompok ternak besar (sapi potong) sebesar 0,55 persen, dan kelompok ternak kecill (babi dan kambing) sebesar 0,47 persen,” katanya.

Baca Juga :  BRI Serahkan CSR

Eko melanjutkan, untuk NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) pada Januari 2022 mengalami kenaikan sebesar 1,05 persen. Ini terjadi karena peningkatan It 2,51 persen lebih besar dibanding peningkatan Ib 1,45 persen.

“Kenaikan It pada Januari 2022 disebabkan oleh naiknya It pada beberapa kelompok penyusun NTPH, yaitu kelompok buah-buahan, khususnya komoditas semangka, rambutan, nanas dan pisang sebesar 2,66 persen dan kelompok sayur-sayuran khususnya komoditas cabai rawit, kangkung dan terung 2,33 persen,” kata.

“Sementara itu kelompok tanaman obat (kunyit) mengalami penurunan 0,13 persen. Kenaikan Ib sebesar 1,45 persen yaitu dari 110,22 menjadi 111,82 disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok KRT sebesar 1,41 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 1,79 persen,” imbuhnya.

Menurut Eko, untuk NTP Tanaman Pangan (NTPP) pada Januari 2022, terjadi penurunan sebesar 0,12 persen. Ini terjadi karena Ib mengalami peningkatan 1,27 persen yang lebih besar dibanding peningkatan It 1,14 persen.  Peningkatan It pada Januari 2022 disebabkan oleh meningkatnya indeks pada semua kelompok penyusun NTPP, yaitu kelompok palawija (khususnya ketela pohon dan jagung) sebesar 2,72 persen dan kelompok padi sebesar 1,04 persen.

Baca Juga :  SP2020 Lanjutan Parameter Demografi

“Kenaikan Ib sebesar 1,27 persen disebabkan oleh kenaikan IndeksKelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,47 persen dan kenaikan Indeks Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,51 persen,” ungkapnya.

Sementara untuk NTP Perikanan (NTNP), tambahnya, pada Januari 2022 terjadi penurunan sebesar 1,69 persen. Penurunan ini terjadi karena It menurun 0,77 persen, sementara Ib mengalami peningkatan 0,94 persen. Penurunan It disebabkan oleh menurunnya harga komoditas perikanan tangkap 1,00 persen.

“Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok KRT sebesar 1,30 persen dan kenaikan indeks kelompok BPPBM 0,26 persen,” tandasnya. (aza/ko)

PALANGKA RAYA – Nilai Tukar Petani (NTP) Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) merupakan subsektor andalan di Kalimantan Tengah (Kalteng). NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat pada Januari 2022 mengalami penurunan 1,72 per sen, dari 155,99 menjadi 153,30. Ini terjadi karena Ib mengalami kenaikan 1,24 persen sementara It menurun 0,51 persen.

“Penurunan It Januari 2022 disebabkan oleh turunnya indeks kelompok tanaman perkebunanakyat, kelapa sawit dan kelapa,” ucap Kepala Badan Pusat (BPS), Kalteng, Eko Marsoro, baru-baru ini.

Ia melanjutkan, untuk NTP Peternakan (NTPT) pada Januari 2022 terjadi kenaikan sebesar 0,86 persen. Hal ini terjadi karena peningkatan It 1,41 persen yang lebih besar dibanding kenaikan Ib (0,55 persen). Peningkatan It Januari 2022 disebabkan oleh meningkatnya indeks harga semua kelompok penyusun NTPT.

“Yakni kelompok hasil ternak (telur ayam ras) sebesar 2,21 persen, kelompok unggas khususnya ayam ras pedaging dan ayam kampung sebesar 1,81 persen, kelompok ternak besar (sapi potong) sebesar 0,55 persen, dan kelompok ternak kecill (babi dan kambing) sebesar 0,47 persen,” katanya.

Baca Juga :  BRI Serahkan CSR

Eko melanjutkan, untuk NTP Tanaman Hortikultura (NTPH) pada Januari 2022 mengalami kenaikan sebesar 1,05 persen. Ini terjadi karena peningkatan It 2,51 persen lebih besar dibanding peningkatan Ib 1,45 persen.

“Kenaikan It pada Januari 2022 disebabkan oleh naiknya It pada beberapa kelompok penyusun NTPH, yaitu kelompok buah-buahan, khususnya komoditas semangka, rambutan, nanas dan pisang sebesar 2,66 persen dan kelompok sayur-sayuran khususnya komoditas cabai rawit, kangkung dan terung 2,33 persen,” kata.

“Sementara itu kelompok tanaman obat (kunyit) mengalami penurunan 0,13 persen. Kenaikan Ib sebesar 1,45 persen yaitu dari 110,22 menjadi 111,82 disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok KRT sebesar 1,41 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 1,79 persen,” imbuhnya.

Menurut Eko, untuk NTP Tanaman Pangan (NTPP) pada Januari 2022, terjadi penurunan sebesar 0,12 persen. Ini terjadi karena Ib mengalami peningkatan 1,27 persen yang lebih besar dibanding peningkatan It 1,14 persen.  Peningkatan It pada Januari 2022 disebabkan oleh meningkatnya indeks pada semua kelompok penyusun NTPP, yaitu kelompok palawija (khususnya ketela pohon dan jagung) sebesar 2,72 persen dan kelompok padi sebesar 1,04 persen.

Baca Juga :  SP2020 Lanjutan Parameter Demografi

“Kenaikan Ib sebesar 1,27 persen disebabkan oleh kenaikan IndeksKelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,47 persen dan kenaikan Indeks Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,51 persen,” ungkapnya.

Sementara untuk NTP Perikanan (NTNP), tambahnya, pada Januari 2022 terjadi penurunan sebesar 1,69 persen. Penurunan ini terjadi karena It menurun 0,77 persen, sementara Ib mengalami peningkatan 0,94 persen. Penurunan It disebabkan oleh menurunnya harga komoditas perikanan tangkap 1,00 persen.

“Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok KRT sebesar 1,30 persen dan kenaikan indeks kelompok BPPBM 0,26 persen,” tandasnya. (aza/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/