Rabu, Juni 18, 2025
24.5 C
Palangkaraya

Ini Penjelasan Pertamina soal Antrean Kendaraan di SPBU yang Ada di Kotim

SAMPIT – Antrean panjang kendaraan di sejumlah SPBU di Sampit beberapa hari terakhir sempat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Banyak yang mengira bahwa bahan bakar jenis pertalite dan pertamax mulai langka. Namun, anggapan itu dibantah langsung oleh pihak Depot Pertamina Patra Niaga Sampit.

Dalam pertemuan bersama Komisi II DPRD Kotawaringin Timur (Kotim), pihak Pertamina memastikan bahwa distribusi BBM di wilayah ini tetap berjalan normal, tanpa adanya pengurangan pasokan.

“Distribusi pertalite dan pertamax di Kotim berjalan normal sesuai kuota harian. Tidak ada pengurangan atau pembatasan dari pihak Pertamina,” tegas Farel, perwakilan dari Divisi Pemasaran Pertamina Patra Niaga Sampit, Rabu (18/6/2025).

Ia menjelaskan, kuota harian untuk Kotim mencapai 366 kiloliter untuk pertalite dan 151 kiloliter untuk perrtamax. Seluruh kuota itu tetap disalurkan sesuai permintaan dari masing-masing SPBU, tanpa kendala distribusi dari pihak depot.

Farel menilai antrean kendaraan yang terjadi lebih disebabkan oleh lonjakan konsumsi. Salah satu faktor pemicunya adalah turunnya harga Pertamax, yang membuat selisih harga dengan Pertalite menjadi lebih kecil.

Baca Juga :  Penerimaan Pajak Restoran Tertinggi

“Kami menduga meningkatnya konsumsi Pertamax karena harga yang lebih terjangkau dan tidak jauh berbeda dengan Pertalite. Ditambah lagi dengan momentum Iduladha dan meningkatnya mobilitas masyarakat, permintaan BBM pun naik signifikan,” jelasnya.

Bukan hanya itu, kekhawatiran masyarakat terhadap isu kelangkaan juga memicu aksi pembelian dalam jumlah besar atau panic buying. Akibatnya, stok di SPBU habis lebih cepat sebelum pasokan berikutnya datang.

“Misalnya, tangki berkapasitas 8.000 liter datang pagi hari dan langsung habis sebelum siang. Padahal pengiriman kedua biasanya dilakukan sore hari. Kondisi seperti ini adalah hal yang wajar dalam sistem distribusi harian,” tambahnya.

Untuk mengatasi peningkatan permintaan, Pertamina berencana mengoperasikan depot-depot di Kalimantan Tengah, termasuk Sampit, Pangkalan Bun, dan Pulang Pisau, selama 24 jam dalam waktu dekat.

“Kami akan beroperasi 24 jam agar distribusi lebih cepat dan kebutuhan masyarakat terpenuhi. Ini solusi jangka pendek untuk mengatasi lonjakan permintaan,” kata Farel.

Ia juga menyampaikan bahwa faktor geografis turut memengaruhi kelancaran distribusi. Terutama saat debit sungai surut, yang menyebabkan kapal pengangkut BBM tertunda masuk pelabuhan.

Baca Juga :  Sepekan Jelang Lebaran, Warga Palangka Raya Mulai Berburu Baju Lebaran

“Bukan hanya Sampit, tapi juga di Pangkalan Bun dan wilayah lain di Kalimantan Tengah mengalami hal serupa jika air surut,” ungkapnya.

Untuk mengantisipasi praktik pelangsiran, Pertamina terus memperketat pengawasan melalui sistem barcode dan validasi pajak kendaraan. Konsumen yang melakukan pembelian tidak wajar akan langsung diblokir.

“Kami terus berupaya meminimalisir praktik pelangsiran, namun pengawasan tidak bisa kami lakukan sendiri. Diperlukan kerja sama semua pihak, termasuk masyarakat dan SPBU. Jika ditemukan pelanggaran, akan ada konsekuensi tegas bagi SPBU yang terlibat,” tegasnya.

Sementara itu, Pengawas Operasional Depot Pertamina Patra Niaga Sampit, Afif, menyampaikan bahwa pihaknya telah menambah pasokan Pertamax sebesar 32 kiloliter per hari dari depot di Pulang Pisau dan Pangkalan Bun.

“Stok Pertamax ditingkatkan dari 151 KL menjadi 180 KL per hari. Penambahan ini akan dievaluasi sesuai perkembangan kebutuhan di lapangan,” ujarnya.

Sementara itu, Pertalite sebagai BBM subsidi, distribusinya tetap dilakukan normal sesuai permintaan dari SPBU tanpa ada pembatasan.(mif/ram)

SAMPIT – Antrean panjang kendaraan di sejumlah SPBU di Sampit beberapa hari terakhir sempat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Banyak yang mengira bahwa bahan bakar jenis pertalite dan pertamax mulai langka. Namun, anggapan itu dibantah langsung oleh pihak Depot Pertamina Patra Niaga Sampit.

Dalam pertemuan bersama Komisi II DPRD Kotawaringin Timur (Kotim), pihak Pertamina memastikan bahwa distribusi BBM di wilayah ini tetap berjalan normal, tanpa adanya pengurangan pasokan.

“Distribusi pertalite dan pertamax di Kotim berjalan normal sesuai kuota harian. Tidak ada pengurangan atau pembatasan dari pihak Pertamina,” tegas Farel, perwakilan dari Divisi Pemasaran Pertamina Patra Niaga Sampit, Rabu (18/6/2025).

Ia menjelaskan, kuota harian untuk Kotim mencapai 366 kiloliter untuk pertalite dan 151 kiloliter untuk perrtamax. Seluruh kuota itu tetap disalurkan sesuai permintaan dari masing-masing SPBU, tanpa kendala distribusi dari pihak depot.

Farel menilai antrean kendaraan yang terjadi lebih disebabkan oleh lonjakan konsumsi. Salah satu faktor pemicunya adalah turunnya harga Pertamax, yang membuat selisih harga dengan Pertalite menjadi lebih kecil.

Baca Juga :  Penerimaan Pajak Restoran Tertinggi

“Kami menduga meningkatnya konsumsi Pertamax karena harga yang lebih terjangkau dan tidak jauh berbeda dengan Pertalite. Ditambah lagi dengan momentum Iduladha dan meningkatnya mobilitas masyarakat, permintaan BBM pun naik signifikan,” jelasnya.

Bukan hanya itu, kekhawatiran masyarakat terhadap isu kelangkaan juga memicu aksi pembelian dalam jumlah besar atau panic buying. Akibatnya, stok di SPBU habis lebih cepat sebelum pasokan berikutnya datang.

“Misalnya, tangki berkapasitas 8.000 liter datang pagi hari dan langsung habis sebelum siang. Padahal pengiriman kedua biasanya dilakukan sore hari. Kondisi seperti ini adalah hal yang wajar dalam sistem distribusi harian,” tambahnya.

Untuk mengatasi peningkatan permintaan, Pertamina berencana mengoperasikan depot-depot di Kalimantan Tengah, termasuk Sampit, Pangkalan Bun, dan Pulang Pisau, selama 24 jam dalam waktu dekat.

“Kami akan beroperasi 24 jam agar distribusi lebih cepat dan kebutuhan masyarakat terpenuhi. Ini solusi jangka pendek untuk mengatasi lonjakan permintaan,” kata Farel.

Ia juga menyampaikan bahwa faktor geografis turut memengaruhi kelancaran distribusi. Terutama saat debit sungai surut, yang menyebabkan kapal pengangkut BBM tertunda masuk pelabuhan.

Baca Juga :  Sepekan Jelang Lebaran, Warga Palangka Raya Mulai Berburu Baju Lebaran

“Bukan hanya Sampit, tapi juga di Pangkalan Bun dan wilayah lain di Kalimantan Tengah mengalami hal serupa jika air surut,” ungkapnya.

Untuk mengantisipasi praktik pelangsiran, Pertamina terus memperketat pengawasan melalui sistem barcode dan validasi pajak kendaraan. Konsumen yang melakukan pembelian tidak wajar akan langsung diblokir.

“Kami terus berupaya meminimalisir praktik pelangsiran, namun pengawasan tidak bisa kami lakukan sendiri. Diperlukan kerja sama semua pihak, termasuk masyarakat dan SPBU. Jika ditemukan pelanggaran, akan ada konsekuensi tegas bagi SPBU yang terlibat,” tegasnya.

Sementara itu, Pengawas Operasional Depot Pertamina Patra Niaga Sampit, Afif, menyampaikan bahwa pihaknya telah menambah pasokan Pertamax sebesar 32 kiloliter per hari dari depot di Pulang Pisau dan Pangkalan Bun.

“Stok Pertamax ditingkatkan dari 151 KL menjadi 180 KL per hari. Penambahan ini akan dievaluasi sesuai perkembangan kebutuhan di lapangan,” ujarnya.

Sementara itu, Pertalite sebagai BBM subsidi, distribusinya tetap dilakukan normal sesuai permintaan dari SPBU tanpa ada pembatasan.(mif/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/