JAKARTA – Para pera-jin tempe dan tahu mulai hari ini selama tiga hari ke depan menggelar aksi mogok produksi. Arti_nya, stok tahu dan tempe kosong di pasaran. Hal itu merupakan bentuk protes para perajin kare-na pemerintah dianggap tidak mampu menstabil-kan harga kedelai yang sedang meroket di pasar dunia.
Harga kacang kedelai impor dalam bebera-pa pekan terakhir te-rus meroket. Dari yang semula hanya sekitar Rp8.000 per kilogram (kg), kini harganya men-capai Rp11.240 per kg. Kondisi ini membuat para perajin tahu dan tempe menjerit karena sudah tak mampu lagi bertahan dan terancam gulung tikar.
Ketua Umum Pa-guyuban Dadi Rukun Rasjani mengatakan, kenaikan harga kacang kedelai impor ini sema-kin menambah tekanan ekonomi bagi para pera-jin tempe dan tahu yang selama ini sudah kesuli-tan karena pandemi.
“Alih-alih memberisubsidi guna membantu para pelaku ekonomi ke-cil ini, pemerintah justru terkesan membiarkan harga kacang kedelai naik tajam,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (21/2).
Rasjani menyebut, perajin tempe meminta pemerintah turun tan-gan untuk mengenda-likan harga kacang kede-lai impor. Aksi unjuk rasa ini diikuti oleh sekitar seratus perajin tempe dari berbagai wilayah diDepok dan sekitarnya.
Selain menumpuk peralatan produksi, mereka juga memben-tangkan berbagai span-duk berisi protes atas kenaikan harga kacang kedelai. “Pemerintahak bisa lagi tutup mata dengan nasib mereka. Mereka juga mendesak importir dan distribu-tor kedelai impor tak seenaknya menaikkan harga,” pungkasnya. (jpg/ko)