PALANGKA RAYA – Impor Kalimantan Tengah (Kalteng) selama Maret 2022 utamanya berasal dari empat negara, yaitu Laos US$1,39, Singapura US$0,87 juta, Jerman US$0,32 juta dan Saudi Arabia US$0,19 juta.
“Impor dari Laos berupa pupuk dalam bentuk kalium klorida, impor dari Singapura berupa bahan bakar mineral dalam bentuk aspal, sedangkan impor dari Jerman dan Saudi Arabia berupa berbagai produk kimia dalam bentuk katalisator,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Eko Marsoro, belum lama ini.
Eko menjelaskan, dibanding Februari 2022, peningkatan nilai impor terbesar berasal dari Laos senilai US$1,39 juta dalam bentuk pupuk kalium klorida. Sementara itu, penurunan terbesar terjadi pada Singapura sebesar 62,50 persen dan negara lainnya 100,00 persen.
“Tidak ada kegiatan impor yang berasal dari negara lainnya pada Februari 2022,” terangnya.
Ia menjelaskan, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2021, impor Kalteng pada Maret 2022 mengalami penurunan sebesar 74,61 persen. Impor dari Singapura mengalami penurunan terbesar senilai US$1,28 juta dari 59,53 persen, didorong oleh menurunnya impor kelompok bahan bakar mineral (aspal).
“Sementara itu, peningkatan terbesar berasal dari Laos (impor pupuk) senilai US$0,75 juta dan Jerman (impor katalisator) senilai US$0,24 juta,” ucapnya.
Ia menambahkan, bongkar muatan komoditas impor Kalteng dari seluruh negara mitra dagang selama Maret 2022 yang mencapai US$2,78 juta hanya dilakukan melalui Pelabuhan Sampit dan Pelabuhan Tanjung Perak. Dibanding Februari 2022, aktivitas bongkar muatan impor di Pelabuhan Sampit mengalami peningkatan terbesar senilai US$1,49 juta atau 153,61 persen, dari US$0,97 juta (Februari 2022) menjadi US$2,46 juta (Maret 2022).
“Sementara aktivitas bongkar muatan di Pelabuhan Pulang Pisau dan Pelabuhan Kumai mengalami penurunan dari yang sebelumnya ada kegiatan impor menjadi tidak ada kegiatan impor pada Maret 2022,” ujarnya.
Menurut dia, dibanding bulan yang sama pada tahun sebelumnya, nilai impor pada Maret 2022 melalui Pelabuhan Tanjung Perak merupakan satu-satunya yang mengalami peningkatan, yakni US$0,24 juta atau 300,00 persen.
“Sementara itu, nilai impor di pelabuhan lainnya mengalami penurunan, yakni Pelabuhan Sampit turun sebesar US$6,87 juta atau 73,63 persen dan Pelabuhan Pulang Pisau dan Kumai menjadi tidak ada transaksi impor sama sekali,” tandasnya. (aza/ko)