SAMPIT – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sebelumnya menyasar 19 sekolah di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, tiba-tiba dihentikan tanpa penjelasan resmi sejak pertengahan Mei 2025.
Penghentian ini menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat dan menjadi sorotan serius dari kalangan legislatif.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kotim, Riskon Fabiansyah menyayangkan penghentian mendadak program tersebut. Menurutnya, ketidakjelasan informasi menandakan lemahnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menyukseskan program strategis nasional.
“Kami belum mendapat penjelasan rinci. Bila ini menyangkut kebijakan nasional, seharusnya ada pemberitahuan resmi. Namun jika hanya terjadi di Kotim, Pemkab wajib mengusut tuntas dan memberikan klarifikasi kepada publik,” ungkap Riskon pada Rabu (4/6/2025).
Ia menegaskan bahwa program seperti MBG, yang menyasar pemenuhan gizi anak usia sekolah, tidak boleh diberhentikan secara sepihak, terlebih saat masih dalam tahap uji coba yang seharusnya dimonitor dan dievaluasi secara transparan.
“Kami sangat menyayangkan penghentian ini terjadi, padahal ini program ini sangat baik buat pertumbuhan serta pemenuhan. gizi pada anak sekolah,” ucap Riskon
Di sisi lain, Bupati Kotim Halikinnor menyatakan bahwa penghentian ini kemungkinan merupakan bagian dari tahapan evaluasi oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Ia mengakui bahwa masih ada kendala teknis dalam pelaksanaan, terutama pada kualitas distribusi bahan pangan.
“Saya sempat tinjau langsung, masih ada buah seperti pisang yang belum matang sempurna. Produksi lokal kita juga belum sepenuhnya mampu memenuhi standar. Pemerintah pusat melalui BGN sedang melakukan peninjauan ulang agar ke depan lebih baik,” ujar Halikinnor.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa program ini tidak akan dihentikan secara permanen. Evaluasi ini, menurutnya, justru menjadi momen penting untuk melakukan perbaikan menyeluruh demi kelancaran pelaksanaan tahap selanjutnya.
“Pemerintah daerah siap mendukung penuh dan akan terus berkoordinasi agar program ini bisa dilanjutkan dengan standar mutu yang lebih baik,” imbuhnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa distribusi terakhir MBG terjadi pada 14 Mei 2025. Setelah itu, sekolah-sekolah hanya menerima pemberitahuan singkat melalui aplikasi WhatsApp yang menyebutkan bahwa program dihentikan sementara, tanpa kejelasan kapan akan dimulai kembali.
Orang tua siswa dan pihak sekolah pun dibuat resah karena belum ada kejelasan kelanjutan.
Beberapa guru bahkan mengungkapkan kekhawatiran bahwa penghentian ini bisa berdampak pada asupan gizi siswa dari keluarga kurang mampu yang sangat mengandalkan bantuan tersebut.(bah/ram)