Site icon KaltengPos

Wow! Kotim Jadi Kabupaten Terbanyak Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Ilustrasi KDRT: Maulana Ijal/ Radar Jember (GRUP KALTENG POS)

 

PALANGKA RAYA-Kekerasan terhadap anak dan perempuan masih sering terjadi di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Ketua satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Kalteng Widya Kumala Wati. Mengatakan data yang dihimpun tercatat 389 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang tersebar di seluruh Kalteng.

 

Dengan rincian, Kotawaringin Barat 63 kasus, Kotawaringin Timur 64 kasus, Kapuas 47 kasus, Barito Selatan 27 kasus, Barito Utara 9 kasus, Barito Timur 5 kasus, Gunung Mas 24 kasus, Katingan 37 kasus, Murung Raya 11 kasus, Lamandau 14 kasus, Pulang Pisau 11 kasus, Seruyan 8 kasus, Sukamara 12 kasus dan Kota Palangka Raya 57 kasus.

 

“Dalam kasus yang seringkali terjadi terhadap perempuan dikarenakan ketergantungan perempuan terhadap ekonomi yang melibatkan laki-laki serta kemiskinan keluarga, perselingkuhan, dan anak tiri, menjadi salah satu faktor utama sering terjadi kekerasan terhadap perempuan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),” ujar Widya pada Rabu, (8/1/2025).

Adapun kasus kekerasan terhadap anak disebabkan buliying dan turunnya moral anak dijaman sekarang. Seperti persetubuhan anak di bawah umur yang dilakukan oleh kakak tiri maupun ayah tiri hingga pergaulan bebas.

Kasus yang sering kali ditangani satgas PPA Provinsi Kalteng kasus Buliying, persetubuhan anak di bawah umur, KDRT dan penjualan vidio porno.

“Yang ditangani sepanjang tahun 2024 kasus bullying, KDRT, kemudian persetubuhan dibawah umur yang terbaru yaitu kasus penjualan video porno yang mana disitu korbannya adalah anak-anak, perempuan muda dan lain sebagainya. Kasus jaringan penjualan vidio porno, kemudian ada juga kasus penipuan via media sosial selama tahun 2024,” ungkapnya.

Widya mengatakan, kasus persetubuhan anak di bawah umur sering terjadi dilakukan oleh kakak tiri, selain itu kasus bullying yang sering diawali karna olok-olokan, kemudian kata yang biasa digunakan saat ini, kata-kata yang sering digunakan saat ini sudah termasuk buliying verbal itu paling banyak.

“Adapun turunnya moral anak akibat pergaulan bebas yang tidak terawasi oleh orang tua dapat berdampak terhadap anak, sehingga membuat emosi dan keingintahuan anak akan sesuatu yang negatif selalu menjadi pemicu utama,” ujarnya.

 

 

Dikatakannya. Saat ini anak banyak anak yang kehilangan atitude nya, siswa disekolah mulai penuruan etika atitude anak terhadap guru disekolah maupun orang dewasa yang berada di sekolah, kemudian juga penipuan via media sosial yang menyebabkan seorang perempuan ingin bunuh diri.

“Kami melakukan langkah-langkah awal dalam menanggulangi kekerasan dan buliying yang kerap terjadi dilingkungan masyarakat. Salah satunya edukasi melalui media elektronik seperti radio, media televisi, dan juga media sosial saya, terus melakukan edukasi terkait pencegahan perempuan dan anak,” ungkpanya.

Orang tua penting mengajari anak-anaknya ketika dirumah, juga mengadakan kegiatan yang bertema edukasi untuk mengajarkan anak-anak arti disiplin, atitude etika terhadap orang tua, kemudian etika dalam berteman, Sehingga hal tersebut dapat menghindari bullying.

“Lebih waspada lagi ketika menggunakan media sosial, kemudian anak-anak lebih dipantau pergaulannya, terutama untuk orang tua selalu memantau anaknya agar bisa membuat anaknya terhidar dari kekerasan,” pungkasnya.(jef/kpg)

 

Exit mobile version