PALANGKA RAYA-Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kalimantan Tengah (Kalteng), Sri Widanarni, mewakili Gubernur Kalteng, menghadiri acara Digitalisasi Finance Literacy bertajuk The Future of Digitalisasi Finance: Digital Financial Asset and Crypto Asset, The Benefits, Risk, and Regulation. Acara ini digelar di Aula Palangka, Universitas Palangka Raya belum lama ini.
Dalam sambutannya, Sri Widanarni menyampaikan apresiasi terhadap tema acara yang dinilainya sangat relevan dengan perkembangan zaman. Ia menekankan pentingnya literasi keuangan, terutama dalam menghadapi maraknya aset kripto yang menawarkan potensi keuntungan besar namun juga risiko tinggi.
Sri menjelaskan bahwa aset kripto memang menarik minat banyak orang, termasuk masyarakat awam. Namun, di balik potensi keuntungan tersebut, terdapat banyak risiko penipuan yang mengintai.
“Kegiatan ini hadir untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam berinvestasi,” ujarnya.
Menurut Sri, Pemprov mendukung penuh upaya peningkatan literasi keuangan masyarakat. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat diharapkan dapat membuat keputusan finansial yang bijak dan terhindar dari praktik-praktik penipuan.
“Pemerintah akan terus mendukung upaya-upaya seperti ini untuk memastikan masyarakat memiliki pengetahuan yang memadai tentang keuangan digital,”tutupnya.
Sementara itu, Kepala OJK Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Parjiman, dalam laporannya mengungkapkan data terbaru mengenai perkembangan aset kripto di Indonesia. Pada tahun 2024, jumlah investor aset kripto mencapai 22,91 juta orang, meningkat 23,77% dari tahun sebelumnya. Nilai transaksinya pun melonjak tajam hingga Rp650,61 triliun, atau naik 335,91% dari tahun 2023.
Meski demikian, Parjiman mengingatkan bahwa aset kripto memiliki risiko tinggi, terutama bagi masyarakat yang belum memahami mekanisme investasinya. Banyaknya masrayakat yang tergiur untuk cepat kaya berakhir terkena scam yang akhirnya semakin memperburuk perekonomian mereka, hal ini adalah salah satu motivasi terbesar adanya literasi keuangan digital di laksanakan.
“Literasi Keuangan sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, terutama terkait penipuan aset kripto,” katanya.
Sepanjang tahun 2024, Kantor OJK Provinsi Kalimantan Tengah telah menyelenggarakan 110 kegiatan edukasi keuangan. Kegiatan tersebut mencakup Kehumasan, Kemitraan, Publikasi, Inklusi, Satgas PASTES, dan Edukasi Keuangan, dengan total peserta mencapai 31.282 orang. Mayoritas peserta berasal dari masyarakat umum dan pelaku UMKM.
Parjiman juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama meningkatkan literasi keuangan. Ia mengajak semua pihak bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang cerdas secara finansial, sehingga dapat berkontribusi positif bagi perekonomian daerah dan nasional.
“Acara ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi keuangan, khususnya dalam menghadapi era digitalisasi finansial yang semakin berkembang.”tutup Parjiman. (*ren/nue)
Pemprov Dorong Literasi Keuangan Digital

PALANGKA RAYA-Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kalimantan Tengah (Kalteng), Sri Widanarni, mewakili Gubernur Kalteng, menghadiri acara Digitalisasi Finance Literacy bertajuk The Future of Digitalisasi Finance: Digital Financial Asset and Crypto Asset, The Benefits, Risk, and Regulation. Acara ini digelar di Aula Palangka, Universitas Palangka Raya belum lama ini.
Dalam sambutannya, Sri Widanarni menyampaikan apresiasi terhadap tema acara yang dinilainya sangat relevan dengan perkembangan zaman. Ia menekankan pentingnya literasi keuangan, terutama dalam menghadapi maraknya aset kripto yang menawarkan potensi keuntungan besar namun juga risiko tinggi.
Sri menjelaskan bahwa aset kripto memang menarik minat banyak orang, termasuk masyarakat awam. Namun, di balik potensi keuntungan tersebut, terdapat banyak risiko penipuan yang mengintai.
“Kegiatan ini hadir untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam berinvestasi,” ujarnya.
Menurut Sri, Pemprov mendukung penuh upaya peningkatan literasi keuangan masyarakat. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat diharapkan dapat membuat keputusan finansial yang bijak dan terhindar dari praktik-praktik penipuan.
“Pemerintah akan terus mendukung upaya-upaya seperti ini untuk memastikan masyarakat memiliki pengetahuan yang memadai tentang keuangan digital,”tutupnya.
Sementara itu, Kepala OJK Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Parjiman, dalam laporannya mengungkapkan data terbaru mengenai perkembangan aset kripto di Indonesia. Pada tahun 2024, jumlah investor aset kripto mencapai 22,91 juta orang, meningkat 23,77% dari tahun sebelumnya. Nilai transaksinya pun melonjak tajam hingga Rp650,61 triliun, atau naik 335,91% dari tahun 2023.
Meski demikian, Parjiman mengingatkan bahwa aset kripto memiliki risiko tinggi, terutama bagi masyarakat yang belum memahami mekanisme investasinya. Banyaknya masrayakat yang tergiur untuk cepat kaya berakhir terkena scam yang akhirnya semakin memperburuk perekonomian mereka, hal ini adalah salah satu motivasi terbesar adanya literasi keuangan digital di laksanakan.
“Literasi Keuangan sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, terutama terkait penipuan aset kripto,” katanya.
Sepanjang tahun 2024, Kantor OJK Provinsi Kalimantan Tengah telah menyelenggarakan 110 kegiatan edukasi keuangan. Kegiatan tersebut mencakup Kehumasan, Kemitraan, Publikasi, Inklusi, Satgas PASTES, dan Edukasi Keuangan, dengan total peserta mencapai 31.282 orang. Mayoritas peserta berasal dari masyarakat umum dan pelaku UMKM.
Parjiman juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama meningkatkan literasi keuangan. Ia mengajak semua pihak bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang cerdas secara finansial, sehingga dapat berkontribusi positif bagi perekonomian daerah dan nasional.
“Acara ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi keuangan, khususnya dalam menghadapi era digitalisasi finansial yang semakin berkembang.”tutup Parjiman. (*ren/nue)