SAMPIT,KALTENG POS- Jelang Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah, pasokan sapi kurban dari luar daerah ke Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), mengalami perlambatan. Penyebab utamanya adalah masa karantina hewan yang kini jauh lebih panjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Daeng Beta, salah satu pedagang sapi kurban di Sampit, menyebut proses karantina yang diperpanjang berdampak langsung pada keterlambatan pengiriman sapi ke Kotim. Hal ini berimbas pada terbatasnya stok dan melambatnya perputaran penjualan.
“Dulu karantina hanya 18 hari, sekarang bisa sampai sebulan. Ada 25 hari karantina ditambah 8 hari vaksinasi, baru keluar surat jalan. Ini bikin sapi masuk lebih lambat dari biasanya,” jelas Daeng, Sabtu (17/5).
Akibatnya, sampai pertengahan Mei, pedagang musiman yang berdagang di Jalan HM Ardyad itu baru mendatangkan sekitar 150 ekor sapi yang berhasil masuk, dari rencana total 250 hingga 300 ekor. Padahal, tahun lalu ia mampu mendatangkan hingga 380 ekor. Lapak sapi juga terlihat masih sepi walaupun Iduladha kurang dari tiga minggu lagi. Beruntungnya, sapi kurban yang ia jajakan sudah ada yang dibeli.
“Sekarang baru laku sekitar 30 ekor. Karena sapi belum banyak datang, pembeli juga jadi ragu,” tambahnya.
Tak hanya lambat, proses distribusi juga menjadi lebih mahal. Kenaikan biaya akibat perpanjangan masa karantina membuat harga jual sapi ikut naik, antara Rp1 juta hingga Rp1,5 juta per ekor. Saat ini, sapi dijual dengan harga antara Rp18 juta hingga Rp50 juta, tergantung ukuran dan jenis.
“Stok terbatas, harga naik, masyarakat jadi makin susah cari sapi sesuai kemampuan mereka. Apalagi yang beli perorangan atau lewat arisan, biasanya mentok di angka Rp20 juta,” ujar Daeng.
Ia juga mengeluhkan sulitnya pengiriman langsung dari daerah asal seperti Sulawesi, akibat sistem di daerah yang belum mendeteksi masuknya hewan ternak dari luar provinsi. Solusinya, sapi harus dialihkan dulu lewat Kalimantan Selatan atau Kalimantan Timur.
“Akhirnya kita kirim lewat Banjarmasin atau Kaltim,” jelasnya. (mif)