Rabu, Mei 21, 2025
31.8 C
Palangkaraya

Keterampilan Menjawet Uwei, Sarana Pelestarian Seni dan Budaya Kalteng

PALANGKA RAYA-Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei menjadi salah satu perlombaan baru yang digelar pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025. Perlombaan tersebut dilaksanakan di Panggung Terbuka Museum Balanga, Selasa (20/5).
Koordinator Lomba Keterampilan Menjawet Uwei, Lilik Margiatsih menjelaskan bahwa Menjawet Uwei merupakan istilah lokal Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang berarti menganyam rotan. Tradisi ini merupakan tradisi yang di turunkan secara turun-temurun dan menghasilkan berbagai produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi dan budaya.
Ia juga menjelaskan tujuan diadakannya Lomba Keterampilan Menjawet Uwei ialah melestarikan kearifan lokal dan memanfaatkan sumber daya alam, mengembangkan seni menganyam rotan sebagai warisan budaya Kalteng, serta menumbuhkan minat masyarakat terhadap kerajinan tangan berbahan baku rotan dan meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam karya anyam rotan.
“Jelas tujuannya untuk melestarikan budaya juga untuk me­narik minat generasi muda bahwa menjawet uwei merupakan tradisi yang harus di jaga pelestariannya,” ujarnya.
Pada FBIM 2025, Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei mengangkat tema Pesona Hutan Kalimantan. Lilik menjelaskan bahwa tema tersebut dipilih untuk menonjolkan simbol sinergi antara seni, budaya, dan kelestarian lingkungan. Perlombaan ini menjadi platform untuk merayakan keindahan alam sekaligus menginspirasi inovasi kerajinan tradisional di era modern
“Anyaman tradisional menggunakan bahan alami menunjukkan bagaimana masyarakat Dayak hidup selaras dengan alam. Tema ini mengajak generasi muda untuk menghargai kearifan ekologis tersebut,” jelas Lilik.
Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei itu sendiri dilaksakan pada (20/5) dengan durasi waktu tujuh jam, dimulai dari pukul 08.00 pagi hingga 15.00 sore. Waktu ini diberikan atas pertimbangan dan kesepakatan panitia dan peserta sehingga peserta bisa fokus menyelesaikan kerajinan yang mereka buat.
Adapun kriteria penilaian yang diberikan untuk peserta, yaitu Kebersihan, kerapian, keselarasan, kreatifitas, kualitas, estetika, fungsi, nilai lokal, serta narasi atau cerita yang disajikan peserta dalam karya yang mereka buat.
Lilik berharap Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei ini bisa terus terlaksana pada kegiatan FBIM tahun-tahun berikutnya dengan melihat dampak positif yang diberikan. Lilik menegaskan banyak generasi muda yang tidak mengetahui apa itu menjawet uwei sehingga perlombaan ini bisa menjadi sarana pengenalan seni dan budaya untuk generasi muda.
“Semoga kita semua bisa berperan dalam pelestarian seni dan budaya di Kalteng, salah satunya Keterampilan Menjawet Uwei agar bisa terus eksis dan tidak hilang ditelan zaman,” pungkasnya. (*ren/nue)

Baca Juga :  Yayasan Anwar KarimIV PT Sukajadi Sawit Mekar Ajarkan Peserta Didik Bagi Takjil

PALANGKA RAYA-Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei menjadi salah satu perlombaan baru yang digelar pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025. Perlombaan tersebut dilaksanakan di Panggung Terbuka Museum Balanga, Selasa (20/5).
Koordinator Lomba Keterampilan Menjawet Uwei, Lilik Margiatsih menjelaskan bahwa Menjawet Uwei merupakan istilah lokal Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang berarti menganyam rotan. Tradisi ini merupakan tradisi yang di turunkan secara turun-temurun dan menghasilkan berbagai produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi dan budaya.
Ia juga menjelaskan tujuan diadakannya Lomba Keterampilan Menjawet Uwei ialah melestarikan kearifan lokal dan memanfaatkan sumber daya alam, mengembangkan seni menganyam rotan sebagai warisan budaya Kalteng, serta menumbuhkan minat masyarakat terhadap kerajinan tangan berbahan baku rotan dan meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam karya anyam rotan.
“Jelas tujuannya untuk melestarikan budaya juga untuk me­narik minat generasi muda bahwa menjawet uwei merupakan tradisi yang harus di jaga pelestariannya,” ujarnya.
Pada FBIM 2025, Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei mengangkat tema Pesona Hutan Kalimantan. Lilik menjelaskan bahwa tema tersebut dipilih untuk menonjolkan simbol sinergi antara seni, budaya, dan kelestarian lingkungan. Perlombaan ini menjadi platform untuk merayakan keindahan alam sekaligus menginspirasi inovasi kerajinan tradisional di era modern
“Anyaman tradisional menggunakan bahan alami menunjukkan bagaimana masyarakat Dayak hidup selaras dengan alam. Tema ini mengajak generasi muda untuk menghargai kearifan ekologis tersebut,” jelas Lilik.
Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei itu sendiri dilaksakan pada (20/5) dengan durasi waktu tujuh jam, dimulai dari pukul 08.00 pagi hingga 15.00 sore. Waktu ini diberikan atas pertimbangan dan kesepakatan panitia dan peserta sehingga peserta bisa fokus menyelesaikan kerajinan yang mereka buat.
Adapun kriteria penilaian yang diberikan untuk peserta, yaitu Kebersihan, kerapian, keselarasan, kreatifitas, kualitas, estetika, fungsi, nilai lokal, serta narasi atau cerita yang disajikan peserta dalam karya yang mereka buat.
Lilik berharap Perlombaan Keterampilan Menjawet Uwei ini bisa terus terlaksana pada kegiatan FBIM tahun-tahun berikutnya dengan melihat dampak positif yang diberikan. Lilik menegaskan banyak generasi muda yang tidak mengetahui apa itu menjawet uwei sehingga perlombaan ini bisa menjadi sarana pengenalan seni dan budaya untuk generasi muda.
“Semoga kita semua bisa berperan dalam pelestarian seni dan budaya di Kalteng, salah satunya Keterampilan Menjawet Uwei agar bisa terus eksis dan tidak hilang ditelan zaman,” pungkasnya. (*ren/nue)

Baca Juga :  Yayasan Anwar KarimIV PT Sukajadi Sawit Mekar Ajarkan Peserta Didik Bagi Takjil

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/