TUBERCULOSIS (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycrobacterium tuberculosis. TB juga terbagi atas dua macam yakni TB paru dan TB ekstra paru (Smeltzer et al., 2016). Prevalensi TB paru adalah persentase responden yang pernah didiagnosis menderita TB paru oleh dokter terhadap jumlah total responden. Prevalensi TB paru di Provinsi Kalimantan Tengah adalah 0,39 %, lebih rendah dibandingkan prevalensi nasional yaitu 0,42 %.
Walaupun prevalensi Kalimantan Tengah lebih rendah dari tingkat nasional, namun penyakit TB tetap menjadi perhatian khusus karena penyakit TB dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Di mana angka kejadiaan penderita lebih banyak pada orang dewasa dan lansia usia >45 tahun berjenis kelamin laki-laki.
Dari hasil pemeriksaan, maka penderita TB akan mendapatkan pengobatan yang akan diberikan oleh tenaga kesehatan dengan panduan Obat Anti Tb (OAT) yang digunakan di Indonesia yaitu mengikuti rekomendasi World Health Organization (WHO) dan International Standard for TB Cara (ISTC). OAT disediakan dalam bentuk paket (KDT) bertujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kontinuitas pengobatan sampai selesai dengan prinsip satu paket untuk satu pasien dalam satu periode pengobatan.
Masalah yang muncul dalam penatalaksanaan pengobatan bagi penderita TB adalah dengan tingginya kasus tuberkulosis (TB) dan rendahnya angka capaian pengobatan yang salah satunya diakibatkan oleh kurangnya kepatuhan penderita tuberculosis dalam mengkonsumsi obat, sehingga menyebabkan pengobatan memakan waktu yang lebih lama dan dapat menyebabkan tingginya kasus Multi Drug Resistance (MDR) dan komplikasi lebih lanjut. Selain itu, dapat menyebabkan terjadinya tuberculosis relaps (kambuh) yang dimana pasien tuberkulosis yang sudah dinyatakan sembuh, kembali di diagnosis tuberculosis. Dalam teknis pelaksanaanya di rumah diperlukannya dukungan dari orang terdekat dalam mengawasi keberhasilan pengobatan penderita TB.
Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita tuberkulosis dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. PMO merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin kepatuhan penderita untuk minum obat sesuai dengan dosis dan jadwal mencegah terjadinya resistensi obat.
Dalam proses pengobatan pasien dengan tuberkulosis, dukungan keluarga memegang peran penting dalam kehidupan penderita tuberkulosis, karena dukungan keluarga dapat membuat penderita tuberkulosis berjuang untuk hidup, berfikir kedepan, dan menjadikan hidup lebih bermakna. Dukungan keluarga dapat meningkatkan kesadaran penderita TB tentang pentingnya berobat. Penderita TB kadang menghentikan pengobatan sebelum waktunya karena gejala penyakit telah hilang atau berkurang, padahal terapi pengobatan TB perlu dilaksanakan sedikitnya selama enam bulan. Dengan meminum obat selama 6-8 bulan secara teratur dapat dipastikan penderita TB paru dapat sembuh sehingga penderita tidak kehilangan waktu kerja, sehingga penderita tidak kehilangan produktivitasnya.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diketuai oleh Natalansyah bersama anggota timnya Marselinus Heriteluna dan Agnes Dewi Astuti, yaitu dengan melaksanakan kegiatan pemberdayaan keluarga dalam upaya meningkatkan kepatuhan minum obat bagi Penderita TB Di Desa Tumbang Liting Kabupaten Katingan, sehingga kasus putus obat dan resisten obat akan menurun. Kegiatan dilakukan dengan memberikan edukasi kesehatan bagi masyarakat di Desa Tumbang Liting Kabupaten Katingan beberapa waktu yang lalu, dilanjutkan dengan penilaian pengetahuan keluarga dalam memberikan dukungan sekaligus sebagai PMO dan penilaian kepatuhan minum obat penderita TB.
Pemberian informasi kesehatan tentang dukungan keluarga dalam pemberian obat bagi penderita TB sangat bermanfaat dalam meningkatkan tingkat kepatuhan penderita TB meminum obat. Keluarga berperan dalam mengingatkan dan mendukung proses penyembuhan anggota keluarganya agar dapat menyelesaikan pengobatan hingga tuntas. Kepatuhan minum obat bagi penderita TB dipengaruhi oleh dukungan keluarga dalam memotivasi penderita TB terutama disaat mereka mengalami keputusasaan dalam menjalani terapi pengobatan yang lumayan cukup lama. Penderita TB harus menyelesaikan pengobatan secara terus menerus (tanpa putus), sehingga pengobatan dapat lebih efektif dengan hasil penyembuhan yang optimal. Harapannya, pemberdayaan masyarakat melalui dukungan keluarga sebagai bagian dari PMO penderita TB akan menurunkan kasus Multi Drug Resistance (MDR) dan komplikasi lebih lanjut serta kekambuhan kasus TB di wilayah Desa Tumbang Liting Kabupaten Katingan. (*)
Penulis:
Natalansyah S.Pd. M.Kes.
Dosen Jurusan Keperawatan
Departemen Komunitas Keluarga dan Gerontik
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya