Jumat, Juni 28, 2024
26.1 C
Palangkaraya

Efektivitas Strategi Emosi : Fokus Coping Stres Pada Dewasa Awal

Oleh; Halimatus Sa’diyah

PADA fase dewasa awal ini, individu mempunyai berbagai peran baru yang tidak dijalaninya pada masa fase perkembangan sebelumnya, sehingga menuntut untuk orang dewasa mampu dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Jika individu pada dewasa awal ini tidak dapat beradaptasi dengan baik maka individu tersebut akan rentan mengalami stres.

Pada fase ini, individu diminta untuk sudah dapat memikirkan arah kehidupan ke depannya seperti apa, yang tak jarang sangat mengguncang mental individu tersebut pada tahap dewasa awal ini. Tahap fase dewasa awal membuat individu dihadapkan dengan berbagai permasalahan sosial mulai dari tuntutan orang tua, teman sebaya bahkan diri sendiri.

Dewasa awal menjadi tahapan yang membuat individu terguncang secara psikologis. Tokoh psikologi Hurlock menyatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap paradigma kehidupan baru dan ekspektasi sosial yang baru. Orang dewasa awal diharapkan mampu menjalankan peranperan yang baru.

Usia pada dewasa awal berlangsung pada rentang 18 sampai 29 tahun. Dewasa awal adalah tahap perkembangan kehidupan yang ditandai dengan perubahan konteks kognitif individu, emosional, fisik, dan sosial yang kontak langsung di lingkungannya. Masa dewasa merupakan masa dimana individu sudah mulai menentukan peran di masyarakat serta memikul tanggung jawab untuk apapun yang dihasilkan di masyarakat, emosional dan finansial pada diri sendiri. Sehingga terjadi banyak perubahan dalam kehidupan individu tersebut untuk dapat menjadi individu yang dewasa.

Adapun stres adalah perilaku respon individu terhadap peristiwa yang menekan sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya yang merupakan transaksi antara tekanan dari luar dan karakteristik individu dan mengancam kemampuan coping. Stres dapat terjadi pada individu yang ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan yang sering terjadi pada dewasa awal.

Baca Juga :  Riyo Pungki Irawan, Dokter di Balik Layanan Konsultasi Covid-19 Gratis, Ada Saja Yang Bertanya, ”Sudah Punya Pacar, Dok?”

Stres dapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu hal ini karena stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan ancaman bagi kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa-peristiwa ini disebut dengan stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres. Stres yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan dan depresi.

Stres sering terjadi pada dewasa awal yang telah menyelesaikan masa perkembangan masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dan kelanjutan dari masa kanak-kanak dalam menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai masa fase kedewasaan. Stres yang berkepanjangan berakibat pada terjadinya kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya memunculkan berbagai keluhan dan gangguan.

Individu menjadi sakit, namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari terhadap tekanan atau stres yang dialami individu dewasa awal tersebut. Tanpa disadari individu menggunakan cara penyesuaian dan penyelesaian terhadap stres tekanan yang kurang tepat.

Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat sesuai dengan stres yang dihadapi, meskipun tekanan itu tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Penyesuaian diri dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah coping.

Coping adalah upaya untuk mengelola situasi yang membebani, memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup dan berusaha mengatasi atau mengurangi stres. Adapun strategi coping stres yaitu emosi focus coping (strategi coping berfokus pada emosi) adalah segala upaya yang dilakukan untuk menemukan atau mendapatkan rasa nyaman dan membuat tekanan akibat stres menjadi lebih kecil.

Baca Juga :  Tangkal Covid-19 Delta, AstraZeneca Jamin Tak Ada Penggumpalan Darah

Coping ini digunakan apabila individu dewasa awal tidak dapat mengubah situasi yang menekan akibat stresor dengan mengatur respon emosional terhadap stres. Strategi emosi fokus coping stres ini seperti menenangkan diri, melakukan hobi, mencari kesenangan, meluapkan emosi dan melakukan pengalihan dengan kegiatan lain agar menghilangkan rasa stres yang di alami dengan melakukan hal-hal positif dan ini merupakan upaya agar tekanan stres yang dialami dapat berkurang dan adapun yang dapat dilakukan individu dewasa awal dalam efektivitas strategi emosi fokus coping tersebut antara lain :

1) Seeking social emotional support yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain.

2) Distancing yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan yang positif.

3) Escape avoidance yaitu individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak memikirkan mengenai masalah dengan tidur atau selalu denial.

4) Self control yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri ataupun tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.

5) Accepting responsibility yaitu menerima untuk menjalankan masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya yang tepat.

6) Positive reappraisal yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, yang bersifat religius.

Keberhasilan Strategi Emosi : Fokus Coping Stres lebih bergantung pada individu yang mengalami permasalahan emosi yang mana bisa mengakibatkan stres dan memerlukan berbagai cara untuk menanganinya dengan baik dan tepat. Dan tentunya sesuai dengan diri individu dewasa awal tersebut, sehingga tercapailah regulasi emosi yang baik dan tepat dalam menghadapi permasalahan pada dewasa awal dan tidak mengakibatkan stres.(*)

*) Penulis adalah Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Oleh; Halimatus Sa’diyah

PADA fase dewasa awal ini, individu mempunyai berbagai peran baru yang tidak dijalaninya pada masa fase perkembangan sebelumnya, sehingga menuntut untuk orang dewasa mampu dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Jika individu pada dewasa awal ini tidak dapat beradaptasi dengan baik maka individu tersebut akan rentan mengalami stres.

Pada fase ini, individu diminta untuk sudah dapat memikirkan arah kehidupan ke depannya seperti apa, yang tak jarang sangat mengguncang mental individu tersebut pada tahap dewasa awal ini. Tahap fase dewasa awal membuat individu dihadapkan dengan berbagai permasalahan sosial mulai dari tuntutan orang tua, teman sebaya bahkan diri sendiri.

Dewasa awal menjadi tahapan yang membuat individu terguncang secara psikologis. Tokoh psikologi Hurlock menyatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap paradigma kehidupan baru dan ekspektasi sosial yang baru. Orang dewasa awal diharapkan mampu menjalankan peranperan yang baru.

Usia pada dewasa awal berlangsung pada rentang 18 sampai 29 tahun. Dewasa awal adalah tahap perkembangan kehidupan yang ditandai dengan perubahan konteks kognitif individu, emosional, fisik, dan sosial yang kontak langsung di lingkungannya. Masa dewasa merupakan masa dimana individu sudah mulai menentukan peran di masyarakat serta memikul tanggung jawab untuk apapun yang dihasilkan di masyarakat, emosional dan finansial pada diri sendiri. Sehingga terjadi banyak perubahan dalam kehidupan individu tersebut untuk dapat menjadi individu yang dewasa.

Adapun stres adalah perilaku respon individu terhadap peristiwa yang menekan sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya yang merupakan transaksi antara tekanan dari luar dan karakteristik individu dan mengancam kemampuan coping. Stres dapat terjadi pada individu yang ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan yang sering terjadi pada dewasa awal.

Baca Juga :  Riyo Pungki Irawan, Dokter di Balik Layanan Konsultasi Covid-19 Gratis, Ada Saja Yang Bertanya, ”Sudah Punya Pacar, Dok?”

Stres dapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu hal ini karena stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan ancaman bagi kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa-peristiwa ini disebut dengan stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres. Stres yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan dan depresi.

Stres sering terjadi pada dewasa awal yang telah menyelesaikan masa perkembangan masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dan kelanjutan dari masa kanak-kanak dalam menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai masa fase kedewasaan. Stres yang berkepanjangan berakibat pada terjadinya kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya memunculkan berbagai keluhan dan gangguan.

Individu menjadi sakit, namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari terhadap tekanan atau stres yang dialami individu dewasa awal tersebut. Tanpa disadari individu menggunakan cara penyesuaian dan penyelesaian terhadap stres tekanan yang kurang tepat.

Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat sesuai dengan stres yang dihadapi, meskipun tekanan itu tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Penyesuaian diri dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah coping.

Coping adalah upaya untuk mengelola situasi yang membebani, memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup dan berusaha mengatasi atau mengurangi stres. Adapun strategi coping stres yaitu emosi focus coping (strategi coping berfokus pada emosi) adalah segala upaya yang dilakukan untuk menemukan atau mendapatkan rasa nyaman dan membuat tekanan akibat stres menjadi lebih kecil.

Baca Juga :  Tangkal Covid-19 Delta, AstraZeneca Jamin Tak Ada Penggumpalan Darah

Coping ini digunakan apabila individu dewasa awal tidak dapat mengubah situasi yang menekan akibat stresor dengan mengatur respon emosional terhadap stres. Strategi emosi fokus coping stres ini seperti menenangkan diri, melakukan hobi, mencari kesenangan, meluapkan emosi dan melakukan pengalihan dengan kegiatan lain agar menghilangkan rasa stres yang di alami dengan melakukan hal-hal positif dan ini merupakan upaya agar tekanan stres yang dialami dapat berkurang dan adapun yang dapat dilakukan individu dewasa awal dalam efektivitas strategi emosi fokus coping tersebut antara lain :

1) Seeking social emotional support yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain.

2) Distancing yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan yang positif.

3) Escape avoidance yaitu individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak memikirkan mengenai masalah dengan tidur atau selalu denial.

4) Self control yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri ataupun tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.

5) Accepting responsibility yaitu menerima untuk menjalankan masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya yang tepat.

6) Positive reappraisal yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, yang bersifat religius.

Keberhasilan Strategi Emosi : Fokus Coping Stres lebih bergantung pada individu yang mengalami permasalahan emosi yang mana bisa mengakibatkan stres dan memerlukan berbagai cara untuk menanganinya dengan baik dan tepat. Dan tentunya sesuai dengan diri individu dewasa awal tersebut, sehingga tercapailah regulasi emosi yang baik dan tepat dalam menghadapi permasalahan pada dewasa awal dan tidak mengakibatkan stres.(*)

*) Penulis adalah Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/