Jumat, November 22, 2024
24.1 C
Palangkaraya

RSDDS Laksanakan Pelatihan Pengendalian Resistensi Antimikroba

PALANGKA RAYA – RSUD dr. Doris Sylvanus merupakan salah satu rumah sakit rujukan provinsi Kalimantan Tengah berupaya memberikan layanan yang bermutu dan berorientasi pada keselamatan pasien.

Salah satunya melalui Pelatihan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) bagi pegawai di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan terkini dan lebih aplikatif di lapangan.

Pelatihan yang diikuti oleh 30 peserta ini terdiri dari perawat, dokter, apoteker, bidan, dan analis kesehatan, seluruhnya merupakan pegawai RSUD dr Doris Sylvanus.

Kegiatan berlangsung selama tiga hari, 30 September – 2 Oktober 2024 di Gedung Diklat RSUD dr Doris Sylvanus, Aula 1A dan 1B, Lantai 2.

Tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam upaya pengendalian resistensi antimikroba (AMR) di lingkungan rumah sakit.

Dalam sambutannya, Plt. Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus, Adi Fraditha, menyampaikan pentingnya pelatihan ini untuk memastikan penggunaan antibiotik yang tepat dan bijak di rumah sakit.

Baca Juga :  Dipinjami, Motor Malah Digadai

“Resistensi antimikroba merupakan ancaman serius bagi kesehatan global. Jika tidak ditangani dengan baik, kita bisa menghadapi masa pasca-antibiotik di mana infeksi tidak lagi bisa diobati dengan antibiotik yang ada saat ini.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan mengenai pentingnya pengendalian AMR,” ujarnya.

Adi Fraditha juga mengapresiasi dukungan dari Bapelkes Provinsi Kalimantan Tengah yang turut memfasilitasi pelatihan ini.

“Kami sangat berterima kasih atas kerjasama yang baik dengan Bapelkes Provinsi Kalimantan Tengah, yang telah mendukung kami dalam pelaksanaan pelatihan ini. Harapannya, ke depan, kerjasama ini akan terus berlanjut untuk pelatihan-pelatihan lainnya,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan, dr Itna Warnida SpP, FISR, yang juga Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antibiotik RSUD dr. Doris Sylvanus, menjelaskan bahwa pelatihan ini melibatkan narasumber berpengalaman seperti dr Florence Felicia SpMk, FIHFAA dr De Nancy Gloria, Linda Novianae SFarm Apt M Farm Klin, Eka Amelia  Apt MFarm, Wahyudi Harmoko SKep Ners, Christina Lia Siringo Ringo SKep Ners, Uria Guna Darma SKM MSi.

Baca Juga :  Perilaku Merokok Pada Remaja

“Kami berharap melalui pelatihan ini, para tenaga kesehatan dapat menerapkan pengetahuan yang didapat dalam praktik sehari-hari, terutama dalam penggunaan antibiotik yang rasional dan sesuai indikasi,” jelas dr. Itna.

Pelatihan PPRA ini juga menjadi bagian dari persiapan RSUD dr. Doris Sylvanus menuju akreditasi pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang diakui secara nasional.

“Kami sedang mempersiapkan akreditasi Diklat RSUD dr. Doris Sylvanus agar pelatihan yang kami selenggarakan dapat diakui dan kualitasnya terjamin,” tambah Adi Fraditha.

Para peserta menyambut baik pelatihan ini, dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan resistensi antimikroba, yang semakin menjadi ancaman dalam dunia medis. (sma)

PALANGKA RAYA – RSUD dr. Doris Sylvanus merupakan salah satu rumah sakit rujukan provinsi Kalimantan Tengah berupaya memberikan layanan yang bermutu dan berorientasi pada keselamatan pasien.

Salah satunya melalui Pelatihan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) bagi pegawai di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan terkini dan lebih aplikatif di lapangan.

Pelatihan yang diikuti oleh 30 peserta ini terdiri dari perawat, dokter, apoteker, bidan, dan analis kesehatan, seluruhnya merupakan pegawai RSUD dr Doris Sylvanus.

Kegiatan berlangsung selama tiga hari, 30 September – 2 Oktober 2024 di Gedung Diklat RSUD dr Doris Sylvanus, Aula 1A dan 1B, Lantai 2.

Tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam upaya pengendalian resistensi antimikroba (AMR) di lingkungan rumah sakit.

Dalam sambutannya, Plt. Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus, Adi Fraditha, menyampaikan pentingnya pelatihan ini untuk memastikan penggunaan antibiotik yang tepat dan bijak di rumah sakit.

Baca Juga :  Dipinjami, Motor Malah Digadai

“Resistensi antimikroba merupakan ancaman serius bagi kesehatan global. Jika tidak ditangani dengan baik, kita bisa menghadapi masa pasca-antibiotik di mana infeksi tidak lagi bisa diobati dengan antibiotik yang ada saat ini.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan mengenai pentingnya pengendalian AMR,” ujarnya.

Adi Fraditha juga mengapresiasi dukungan dari Bapelkes Provinsi Kalimantan Tengah yang turut memfasilitasi pelatihan ini.

“Kami sangat berterima kasih atas kerjasama yang baik dengan Bapelkes Provinsi Kalimantan Tengah, yang telah mendukung kami dalam pelaksanaan pelatihan ini. Harapannya, ke depan, kerjasama ini akan terus berlanjut untuk pelatihan-pelatihan lainnya,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan, dr Itna Warnida SpP, FISR, yang juga Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antibiotik RSUD dr. Doris Sylvanus, menjelaskan bahwa pelatihan ini melibatkan narasumber berpengalaman seperti dr Florence Felicia SpMk, FIHFAA dr De Nancy Gloria, Linda Novianae SFarm Apt M Farm Klin, Eka Amelia  Apt MFarm, Wahyudi Harmoko SKep Ners, Christina Lia Siringo Ringo SKep Ners, Uria Guna Darma SKM MSi.

Baca Juga :  Perilaku Merokok Pada Remaja

“Kami berharap melalui pelatihan ini, para tenaga kesehatan dapat menerapkan pengetahuan yang didapat dalam praktik sehari-hari, terutama dalam penggunaan antibiotik yang rasional dan sesuai indikasi,” jelas dr. Itna.

Pelatihan PPRA ini juga menjadi bagian dari persiapan RSUD dr. Doris Sylvanus menuju akreditasi pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang diakui secara nasional.

“Kami sedang mempersiapkan akreditasi Diklat RSUD dr. Doris Sylvanus agar pelatihan yang kami selenggarakan dapat diakui dan kualitasnya terjamin,” tambah Adi Fraditha.

Para peserta menyambut baik pelatihan ini, dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan resistensi antimikroba, yang semakin menjadi ancaman dalam dunia medis. (sma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/