PALANGKA RAYA – Videografi menjadi sarana dan media menyebarkan apa saja. Memanfaatkan sisi baiknya, Polda Kalteng mengadakan lomba video dengan tema Suara Hati Anak Polwan.
Melalui lomba video berdurasi 1 menit, memperingati Hari Jadi ke-74 Polwan Indonesia, peserta menggambarkan pekerjaannya sebagai pelayan masyarakat dan negara. Dalam waktu sesingkat itu, peserta juga menampilkan kodrat kehidupannya sebagai kaum ibu.
Tantangan cukup sulit. Di sela kesibukannya bekerja, melayani masyarakat, mengasuh anak, kerap menjadi dilema yang tak bisa dihindari polwan khususnya di Bumi Tambun Bungai.
Dalam 24 video dikirim peserta dari satuan kerja Polda dan Polres jajaran se-Kalteng, tergambar menjadi anak seorang polwan tidaklah mudah. Terutama masalah waktu. Lantaran jam dinas polisi bisa pagi, siang, sore maupun malam.
Ketulusan hati anak polwan, beragam. Selain bangga dan bahagia, tetap ada yang sedikit keberatan. Ya. Lagi-lagi kesibukan menuntut polwan serba cepat dan sigap memilih prioritas kantor dan rumah.
“Ada yang lucu. Banyak juga sisi lain yang disampaikan. Bahkan sedikit menggelitik beberapa peserta yang menampilkan gambar saat memasak untuk anaknya, kebanyakan goreng telur,” kelakar Kompol Anatasia Greta K SSos MSi saat proses penjurian bersama Aipda Deny Krisbiantoro, Ipda Yuanita Retno dan Albert M Sholeh SS, di RTMC Polda Kalteng, Senin (5/9).
Bahkan, di sela-sela penjurian video suara hati anak polwan, muncul candaan tatkala teringat anak pernah komplain lantaran sang ibu tidak sempat memasak dan kerap beli makanan via online.
Meski begitu, Jurnalis Kalteng TV dan Kalteng Pos Albert M Sholeh menilai, pesan dan kesan dari video peserta, dari sudut pandang anak polwan banyak yang merasa senang dan bangga. Hal itu tak terlepas dari peran seorang polwan yang juga sosok ibu rumah tangga.
Dari segi teknis videografi dan penyajian, Aipda Deny Krisbiantoro mengapresiasi seluruh peserta yang menuangkan ide ke dalam video 1 menit. Banyaknya keterbatasan tak menyurutkan semangat peserta mengirim karya.
“Terlihat jelas mana yang pakai tim atau dikerjakan sendiri. Tentunya berbeda kita melihatnya. Menggunakan smartphone dengan kamera profesional tentu tidak sama. Tetapi kita juga melihat upaya peserta tetap mengirim karyanya,” ucap Deny.
Di akhir penjurian, dari 24 karya ditentukan 10 besar. Rencana awal dipilih terbaik 1, 2 dan 3, bertambah menjadi 5 seiring adanya terbaik favorit 1 dan 2. (abe/red)