PALANGKA RAYA– Setelah mengikuti pelatihan literasi media yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada, Selasa (24/5/2022), peserta mengaku semakin terbuka wawasannya dan sadar tentang dampak positif maupun negatif dari media sosial,
Windia, salahsatu peserta yang juga Guru di Al Amin Palangka Raya mengatakan, kegiatan seperti ini sebenarnya perlu juga diberikan kepada para guru, agar lebih memahami seperti apa dampak baik dan buruknya media sosial bagi orang dewasa maupun anak-anak.
“Materi-materi yang disajikan dalam pelatihan ini kan banyak yang mengejutkan dan tidak banyak orang mengetahui. Itulah kenapa perlu juga diberikan kepada para guru agar dapat mengawasi dan mengarahkan para siswanya ke arah yang positif terkait penggunaan media sosial ini,” kata Windia.
Sementara itu, Ketua PMKRI Palangka Raya yang juga sebagai peserta pelatihan, Obi Seprianto mengatakan, kegiatan ini membuka pandangan berpikir bahwa media sosial bukan hanya tentang mengekspresikan diri sendiri, tapi juga ada dampak lain bagi orang lain.
Pelatihan ini juga semakin mengingatkan bahwa dalam men-share atau membagi sesuatu di media sosial, harus terlebih dahulu memikirkan dampak positif dan negatif bagi diri sendiri dan oranglain.
“Saya juga mendapatkan informasi bagaimana medsos bukan hanya bermanfaat bagi eksistensi diri, tetapi ruang bisnis. Jadi, banyak hal yang kami dapatkan dari adanya pelatihan ini,” kata Obi yang baru menyelesaikan sarjana strata satu di Universitas Palangka Raya itu.
Pelatihan Literasi Media yang dilaksanakan AMSI Pusat bekerjasama dengan AMSI Kalteng dari tanggal 24-25 Mei 2022 itu, mengundang berbagai elemen yang ada di Palangka Raya sebagai peserta. Mulai dari para guru, dosen, mahasiswa, ASN serta lembaga lainnya.
Dalam pelatihan ini, materi-materi yang diberikan kepada peserta yakni, Dampak Media Sosial untuk pemahaman publik mengenai informasi, Rilis Pers dan Esensi Karya Jurnalistik, mengenal advertorial dan bentuk native advertising lain, dan mengenali jurnalisme yang mengabdi pada publik.
Kemudian, meretas algoritma media sosial, kebenaran, bukti dan batasan jurnalisme, mewaspadai makna ganda: efek foto/visual dalam berita. (ko)