Meski begitu, hal itu tak menyurutkan semangatnya. Dalam segala keterbatasan, ia tetap menganyam dan menjaga warisan budaya.
Dan, pada hari itu, usahanya tidak sia-sia. Karyanya dinobatkan sebagai juara pertama, mengharumkan nama Palangka Raya pada ajang manjawet uwei tahun ini.
Pada usia senja, Mardiana tak hanya menganyam rotan. Ia menganyam harapan, menenun jati diri, dan memintal benang-benang masa depan budaya Dayak. Ia tahu, tangan-tangan mudalah yang kelak akan menentukan apakah anyaman ini akan bertahan, atau perlahan menghilang ditelan zaman. (*/ce/ala)