Fitri sukses menyalurkan bakatnya dalam membuat boneka Amirugami; seni merajut boneka benang yang berasal dari Jepang. Karya gadis cantik berusia 19 tahun itu berhasil memikat banyak perhatian orang.
DHEA UMILATI, Palangka Raya
SUASANA car free day (CFD) di Jalan Yos Sudarso pada Minggu pagi (2/2/2025) begitu meriah. Sepanjang jalan orang-orang berolahraga, menikmati udara segar, dan bersosialisasi.
Di antara keramaian, ada satu sudut yang menarik perhatian pengunjung. Tampak meja kecil dengan boneka rajut berwarna-warni tertata rapi. Dari karakter anime hingga boneka beruang berukuran mungil dan sedang, semua terlihat menggemaskan.
Di balik meja itu, seorang gadis muda dengan senyum ramah sibuk melayani pengunjung. Namanya Fitri, seorang perajin amigurumi lulusan SMK 3 Palangka Raya. Sejak tahun lalu, ia menekuni seni merajut boneka atau yang dikenal dengan amigurumi. Hobi yang awalnya sekadar untuk mengisi waktu luang, kini berkembang menjadi bisnis yang mulai dikenal luas.
“Hobi ini awalnya cuma iseng, lihat di Instagram banyak yang bikin boneka rajut anime, lucu-lucu banget. Jadi kepikiran, bisa enggak ya bikin sendiri?” cerita Fitri sambil merapikan salah satu boneka buatannya.
Berawal dari rasa penasaran, Fitri mulai mencari tahu tentang teknik merajut boneka melalui YouTube dan Instagram. Prosesnya memang tidak mudah. Untuk membuat satu boneka kecil, bisa memakan waktu tiga hingga empat minggu.
“Dulu sering begadang, satu boneka aja bisa lama banget selesainya. Apalagi kalau salah, harus bongkar dan mulai lagi dari awal,” katanya mengenang masa-masa awal belajar merajut.
Namun, kegigihannya berbuah hasil. Setelah merasa cukup mahir, ia mulai mengajarkan teknik merajut kepada sang adik. Proses belajar bersama ini membuatnya makin percaya diri, hingga akhirnya berani memasarkan hasil karyanya.
“Baru akhir tahun kemarin mulai dijual, sekarang sudah ada yang pesan secara online,” katanya.
Boneka rajut buatan Fitri dijual dengan harga bervariasi. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pembuatannya. Boneka kecil dijual sekitar Rp75 ribu. Sedangkan yang berukuran lebih besar dengan benang tebal dijual hingga Rp120 ribu.
Di lokasi CFD pagi itu, banyak pengunjung yang berhenti untuk melihat-lihat boneka rajut buatannya. Beberapa anak kecil tampak antusias memegang boneka berbentuk karakter anime favorit mereka. Sementara, orang dewasa lebih banyak memesan untuk hadiah atau koleksi pribadi.
Menurut Fitri, permintaan pelanggan sering kali menjadi tantangan tersendiri. “Kadang ada yang minta desain rumit, misalnya boneka dengan banyak detail atau yang bisa digerakkan. Itu harus pakai kawat di dalamnya supaya tangannya bisa diatur,” jelasnya.
Bahan-bahan untuk merajut boneka dibeli Fitri secara online, termasuk benang khusus dan jarum rajut berukuran besar. “Kalau ada yang request, aku bikin dulu, baru dikirim. Tapi ada juga stok yang ready,” tuturnya.
Selain menjual secara langsung di lokasi CFD atau melalui media sosial, Fitri juga mulai memasarkan karyanya di platform e-commerce seperti Shopee. Ia mengaku senang, karena hobinya bisa menghasilkan uang. “Kalau dihitung-hitung, dalam sebulan bisa dapat sekitar Rp500 ribu sampai Rp2 juta, tergantung pesanan yang masuk,” ungkapnya.
Ketika ditanya apakah ingin mencoba membuat boneka dengan nuansa tradisional, Fitri mengangguk antusias. “Ada kepikiran sih, misalnya boneka pakai baju batik atau motif Dayak, tetapi belum sempat, nanti kalau ada waktu,” katanya.
Kini anak ketiga dari lima bersaudara ini mengaku fokus membuat boneka rajut. Ia juga berencana mengikuti event-event craft agar lebih banyak orang mengenal hasil karyanya.
“Saya pengen lebih banyak orang tahu tentang rajut ini. Kalau bisa, nanti bikin juga konten tutorial, biar makin banyak yang tertarik bikin sendiri,” tutupnya. (*/ce/ala)